Wednesday, 29 November 2017

Mendung Disini dan Disana


Mendung menggelayut diujung senja hampir setiap harinya. Udara dingin dan lembab membuat ketahanan tubuh kami satu per satu mulai jauh dari prima. Berawal dari anak ragil yang batuk pilek lalu demam dan mimisan. Pertama kali mengalami mimisan membuat saya lumayan ketakutan. Pun dimasa kecil saya langganan mimisan, tetap saja kalau terjadi pada anak rasanya jantung ini berdegup lebih kencang. Berusaha tidak panik karena ibu harus jadi sosok yang menjadi sandaran. 

Setelah anak ragil mulai membaik, kami memanfaatkan waktu untuk istirahat sambil menjenguk Mbah Uti di kampung halaman. Apalah daya dua hari kemudian anak mbarep yang muntah-muntah. Ditambah dengan diare membuat saya harus menjadi ibu siaga. Tapi sekuat-kuatnya ibu akhirnya roboh juga. Semalaman ikut muntah-muntah, tidur harus dengan kostum astronot lengkap dari ujung kaki sampai ujung kepala. Seluruh badan tak jelas bagaimana rasanya. Tak tau mau makan apa, semuanya serba salah.

Orang bilang istirahat saja, tapi menjadi ibu tidak ada cutinya. Tetap harus berdiri tegak untuk keluarga. Apalagi pekerjaan dikantor juga tak mengenal jeda. Pak Bojo yang dinas ke luar kota membuat kondisi drama semakin lengkap sudah. Saya hanya sibuk merasakan pusing kepala dan mual muntah. Sampai teman sebangku anak mbarep diopname pun sampai tak sempat menengok, bahkan tetangga sebelah teman main anak-anak masuk rumah sakit pun saya tak tahu kabarnya. Astaghfirullah, benar-benar mendung disini dan disana 

Ahh, ujian ini tak ada seujung jari jika dibandingkan apa yang dialami saudara-saudara kita di daerah bencana. Teriring do'a tuk kita semua agar senanntiasa sehat dan hidup penuh berkah. Tak lupa do'a tuk saudara-saudara di daerah bencana, Bali, Wonogiri, Pacitan juga Yogyakarta, semoga badai segera berlalu disana. Semoga Allah senantiasa melindungi, memberi kekuatan dan keselamatan untuk kita semua.

Baca juga: Miso Pekalongan

No comments:

Post a Comment