Hai teman-teman pembaca setia blog Sejuta Kata. Hari ini saya membawa oleh-oleh menarik buat kalian semua dari acara Kulwapp by IIP Kediri Raya bersama Mbak Dian Kusumawardani. Kulwapp kali ini memiliki tema yang luar biasa, "Kupas Tuntas Home Education".
Mbak Dian Kusumawardani ini adalah anggota IIP Surabaya Raya yang baru saja meluncurkan buku solonya yang berjudul Ibuku Adalah Sekolah Terbaik Bagiku. Sebelumnya, beliau juga sudah menulis tiga buku antologi yang sama-sama memiliki tema tentang parenting.
Saya merasa beruntung sekali bisa mengikuti kulwapp bersama beliau untuk kedua kalinya. Meski kulwapp yang pertama dulu belum saya bagi oleh-olehnya disini ya.
Oleh-oleh paling penting dari acara kemarin adalah paragraf ini:
"Home Education (HE) atau pendidikan berbasis rumah, sejatinya adalah amanah bagi setiap orang tua. Sebagai agen sosialisasi primer, orang tua berkewajiban memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Dengan HE, rumah-rumah akan menjadi miniatur peradaban, dimana peradaban sebuah masyarakat berawal dari rumah."
Bagi saya, Home Education (HE) adalah pendidikan dasar bagi anak-anak. Sayangnya, akhir-akhir ini telah terjadi salah kaprah dalam pemikiran orang tua. Kebanyakan menganggap pendidikan anak itu ya di sekolah. Padahal keluarga adalah pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam mendidik amanah yang telah dititipkan Allah.
Mbak Dian menjelaskan, ada empat alasan mengapa kita perlu menerapkan Home Education (HE):
- No One Responsible Except Us
- It Takes A Village To Raise A Child
- Helping Children With Their Own Potency
- Miniatur Peradaban
Orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam mendidik amanah yang telah dititipkan Allah. Kita sebagai orang tua adalah pihak yang paling memahami karakter dan keunikan setiap anak. Oleh karena itu pendidikan terbaik adalah dari orang tuanya. Alangkah baiknya kalau setiap rumah menerapkan HE ini pada anak-anaknya sehingga konsep pendidikan keluarga akan berjalan di lingkungan sekitar kita. Hal ini secara tidak langsung akan membentuk suatu peradaban baru di lingkungan kita dalam menghasilkan generasi penerus yang berakhlak baik dan tumbuh sesuai fitrah.
Bagaimana cara memulai Home Education (HE)?
Dengan mulai mendidik diri kita sebagai orang tua.
Dengan mulai mendidik diri kita sebagai orang tua.
Dalam kulwapp ini dijelaskan bahwa langkah untuk memulai HE dibagi menjadi dua, pondasi awal dan teknis. Pondasi awal itu berupa tazkiyatunnafs yaitu pensucian jiwa, membersihkan hati dengan banyak mendekat, memohon ampun serta menjaga perintah Allah dengan harapan keridhaan Allah agar ditambah hidayah sehingga fitrah nurani memancar dalam akhlak dan sikap serta kesadaran yang tinggi atas peran.
Lima langkah melaksanakan tazkiyatunnafs:
- Mu'ahadah, mengingat kembali maksud penciptaan Allah, makna syahadah, janji dan misi pernikahan, dll.
- Muroqobah, memperbanyak mendekat kepada Allah. Mulailah dari amal yang paling mudah dan disukai namun berpahala banyak.
- Muhasabah, melakukan evaluasi dan perbaikan terus menerus terhadap proses mendidik diri dan anak.
- Mujahadah, menjalankan dengan sungguh-sungguh dan ridha.
- Mu'aqobah, menerapkan ukuran dalam perjalanan dan menerima konsekuensinya dengan baik.
- Berdiskusi secara rutin antara kita dan pasangan tentang konsep Home Education (HE). Tentukan jadwal khusus untuk bersunggu-sungguh membahas ini.
- Seringlah belajar bersama dengan pasangan kita tentang Home Education (HE), baik dengan silaturahim, ikut seminar, bedah buku dan lain-lain kemudian segera tentukan apa hal-hal baik yang bisa segera kita terapkan di keluarga kita.
- Berpeganglah teguh pada Al Qur'an dan Hadits sebagai acuan utama kita mendidik anak karena Home Education (HE) adalah pendidikan berbasis akhlak dan talent.
- Belajarlah melihat potensi unik anak-anak kita, kemudian perkuat sisi keunikan tersebut. Ingat bahwa anak kita adalah 'limited edition' hanya kita yang paham, jangan pasrahkan pada orang lain. Setiap anak memiliki potensinya masing-masing. Kenali potensinya dengan banyak melakukan kegiatan bersama. Amati dan catat setiap hasil belajar bersama anak, dengan demikian kita akan mampu mengetahui potensi anak.
- Mulailah membuat kurikulum untuk anak-anak kita dengan sederhana, mulai dari aktivitas mereka 0-2 tahun, 2-7 tahun, 7-10 tahun, 10-14 tahun dan lebih dari 14 tahun. Kurikulum dibuat dengan acuan frame work operasional pendidikan berbasis fitrah. Dimana setiap kurikulum berbeda sesuai dengan tahapan usia anak. Namun tidak saling menafikkan setiap fitrah yang dimiliki anak. Setiap fitrah memiliki tahap keemasannya masing-masing.
- Perkuat bonding kita bersama anak-anak di usia 0-7 tahun. Perkuat dengan bahasa ibu dan bermain bersama alam. Jadi sebaiknya jangan terlalu dini memasukkan anak ke lembaga yang bernama 'sekolah'. Lakukan banyak aktivitas bersama anak, khususnya aktivitas di alam bebas. Biarkan anak mengamati dan mengambil pelajaran dari alam dan sekitarnya.
- Ketika sudah memasuki usia sekolah perkaya wawasan anak dengan berbagai konsep pendidikan. Ingat, 'sekolah' itu hanya bagian pilihan dari pendidikan, bukan satu-satunya.
- Konsep utama Home Education (HE) adalah Iqra' dan Thalabul 'Ilmi. Jadi urusannya adalah belajar atau tidak belajar bukan sekolah atau tidak sekolah.
Home Education (HE) tidak berarti homeschooling, kendati anak bersekolah di sekolah formal, orang tua tetap bertanggung jawab melaksanakan Home Education (HE).
Ilmu yang sangat bermanfaat kan?
Alhamdulillah dengan mengikuti kulwapp ini seperti mengisi kembali baterai semangat saya untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Kewajiban kita sebagai orang tua adalah mendidik mereka bukan menyekolahkan mereka. Dan pelaksanaan Home Education (HE) ini berlaku untuk semua jenis ibu di dunia, baik ibu yang bekerja di ranah domestik saja alias ibu rumah tangga maupun ibu yang memiliki amanah tambahan untuk bekerja di ranah publik. Karena sejatinya apapun kegiatan sehari-hari seorang ibu, kewajiban pertama dan utama adalah untuk mendidik anak-anaknya.
Dari hasil tanya jawab kulwapp ini ada beberapa hal menarik yang menjadi catatan saya:
- Sering-seringlah mengajak pasangan untuk berdiskusi tentang Home Education (HE). Mantra dari Mbak Dian: Ngobrol Bareng, Main Bareng dan Aktivitas Bareng.
- Bila orang tua bekerja, gunakan waktu yang ada semaksimal mungkin untuk membersamai anak. Jadikan anak tetap prioritas utama, walaupun tidak sepenuhnya kita pegang bukan berarti kita berlepas tangan.
- Untuk menjaga kekonsistenan kita dalam melaksanakan Home Education (HE), selalu ingat komitmen dan tujuan awal yang ingin dicapai.
- Kurikulum Home Education (HE) ditentukan sendiri oleh setiap orang tua disesuaikan dengan kondisi dan keadaan keluarga. Untuk tahapan usia mengacu pada framework pendidikan berbasis fitrah.
- Tahapan usia mengacu pada framework pendidikan berbasis fitrah yaitu usia 0-7 tahun fokus fitrah keimanan, 7-10 tahun fokus fitrah belajar, dan 10-14 tahun fokus fitrah bakat.
- It Takes A Village To Raise A Child, dibutuhkan orang sekampung untuk mendidik anak. Kalimat ini bermakna bahwa lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Oleh karena itu lingkungan yang baik adalah karunia luar biasa. Kita bisa menularkan semangat Home Education (HE) pada tetangga sekitar, misal melalui WA Grup ataupun acara rujakan dan yang pasti keteladanan atau contoh dari keluarga kita adalah virus yang paling mudah diterima.
Alhamdulillah, semoga sharing info tentang Home Education (HE) ini bermanfaat bagi kita semua.
Al Ummu Madrasah Al Ulaa, Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya.Jadi jangan pernah lelah untuk belajar dan belajar menjadi guru terbaik bagi mereka.
(Kurniasih, 2018)
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday42
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday21
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike10
Review dan catatan yg keren maak.
ReplyDeletecocok buat calon mamak kaya saya 🙊😎😂😂😂
Mba dian yg kmarin ikut d merkurius juga kan ya?
Iya ini mbak Dian ini sempat di Merkurius mak. Dipelajari baik2 ya mak biar belak sudah cukup nanti
Delete