Thursday, 15 March 2018

Cintamu Tak Sebatas Valentine


Banyak wanita di luar sana menantikan manisnya coklat atau cantiknya si mawar merah dari cintanya. Tapi aku tidak, karena aku tak akan mendapatkan keduanya darimu. Apalagi kalau berharap mendapatkannya di hari Valentine yang kata orang adalah hari kasih sayang. Aku tak mau berharap dan tak akan pernah bermimpi untuk merayakan hari berwarna pink itu. 

Apa itu artinya kamu gak cinta aku? 

Bukan, aku tahu pasti cintamu sangat besar untukku. Cintamu bukan hanya di hari berwarna pink itu lalu hari lain menjadi abu-abu. Cintamu padaku juga bukan warna warni seperti pelangi yang datang ketika hujan pergi dan hilang ketika matahari mulai muncul lagi. 


Cintamu padaku tak berwarna tapi penuh rasa. Tak perlu kata-kata manis tuk nyatakan semua rasa cintamu padaku. Sebuah pelukan yang menenangkan sangatlah cukup untuk menyatakan betapa besar cintamu.

Cintamu padaku tak diwujudkan dengan hadiah setangkai mawar merah. Kehadiranmu, perhatianmu, kesabaranmu, dan masih banyak lagi hadiah yang setiap hari kau berikan untukku. 

Kamu bukan sosok pria romantis yang suka mengajak candle light dinner di restoran mahalTapi kamu sosok pria paling manis karena selalu mengizinkan aku untuk terus berkembang. Bukan hanya berkembang lebar badannya saja, tapi kamu juga selalu mengizinkan aku belajar dan belajar untuk menjadi perempuan, istri dan ibu yang lebih baik lagi. 

Ketika lima hari dalam seminggu, delapan jam dalam sehari aku sudah bekerja di ranah publik, aku masih bisa mengikuti kelas-kelas parenting atas izinmu. Aku juga masih bisa mengikuti komunitas menulis, hafalan Al Qur'an dan Hadits di sela-sela hariku bersamamu dan keluarga kecil kita. Kamu membantuku menjaga anak-anak, membantuku mengerjakan pekerjaan rumah tangga tanpa banyak kata. Jika aku tampak sedikit lelah, kau langsung mengkhawatirkanku dan bertanya, "Kamu lapar?". 

Kamu juga selalu setia mendengarkan setiap ceritaku. Kamu tahu betul kadang aku tak butuh jawaban atau komentar, aku hanya butuh kamu yang mau mendengarkan. Kamu sabar sekali mendengarkan kecerewatanku setiap hari. Kamu sangat memahamiku, sampai-sampai kalau aku tak bersuara sebentar saja kamu langsung berkata, "Gawat, sepertinya kamu mulai lapar."


Tulisan ini untuk memenuhi chalenge bulan Februari dari Rumbel Literasi Media, Ibu Profesional Semarang

No comments:

Post a Comment