Grogi, deg-degan, takut atau entah apa yang aku rasakan pagi ini. Aku berada di dalam mobil L300 yang penuh sesak dengan penumpang. Berdua dengan teman seperjuangan, aku duduk di baris paling belakang. Kami akan berangkat ke kabupaten tempat penugasan, Bengkulu Selatan.
Kalau di Kota Bengkulu saya masih bisa sedikit memahami bahasa sehari-harinya, kali ini di dalam mobil saya mulai merasa berada di planet asing. Tak paham sama sekali dengan apa yang mereka bicarakan. Ah sudahlah pikirku. Aku masih mencoba menikmati perjalanan yang katanya memakan waktu sekitar 4-5 jam ini. Rumah-rumah di sepanjang jalan tampak tidak terlalu padat seperti di kampungku. Tadi aku melihat ada beberapa rumah berjejeran si sepanjang jalan.
Aku ingin tidur sebenarnya tapi sayang kalau melewatkan perjalanan pertama dengan memejamkam mata. Jadi aku putuskan untuk mendengarkan musik saja sambil melihat pemandangan sepanjang jalan. Di tengah perjalanan, aku melihat pantai yang begitu indah. Kami melewati beberapa kilometer jalan yang berada tepat di pinggir pantai tanpa tertutup rumah-rumah orang. Masyaallah indah sekali pantai-pantai di Bengkulu ini.
Setelah 5 jam perjalanan, mobil yang aku tumpangi tiba-tiba masuk ke sebuah perkampungan. "Lho kok masuk kesini?" aku bertanya pada temanku.
"Mungkin ada penumpang yang turun di kampung ini." jawab temanku tenang.
Benar ternyata ada penumpang yang turun di depan sebuah rumah dalam perkampungan ini. Tapi kok mobil tetap berhenti? Bahkan sopirnya pun ikut turun dan masuk ke dalam rumah itu. Aku dan temanku tidak paham apa yang dikatakan sopir pada kami ketika turun dari mobil. Kami pasrah.
Beberapa penumpang dan sopir naik kembali ke mobil setelah 30 menit kemudian. Ternyata mereka mampir di rumah saudara untuk berkunjung sekaligus makan siang, meski waktu masihmenunjukkan pukul 11.30 sekarang. Ini mobil umum atau pribadi sebenarnya? Bisa berhenti dan mampir rumah saudara begini.
Perjalanan pun dilanjutkan menyusuri jalan berliku dan aku mulai melihat tulisan Kabupaten Bengkulu Selatan di beberapa bangunan sekolah yang kulewati. Sudah mau sampai tujuan berarti. Karena tak tahu harus turun dimana, kami mengatakan pada sopir kalau nanti kami turun di terminal saja.
"Yakin ayuk nak turun di terminal?" tanya sopir itu. Ya iyalah kami mau turun di terminal, memangnya mau turun dimana lagi. Nanti kan kita bisa minta jemput teman kantor yang sudah diberi nomor telponnya oleh teman di Kota Bengkulu kemarin.
Mobil masuk ke terminal 30 menit kemudian. "Benar kalian nak turun di sini? tanya sopir itu lagi.
"Benar Pak." jawab teman saya dengan ragu. Kami langsung menurukan koper besar yang sudah kami bawa dari Jawa. Mobil yang kami tumpangi mulai meninggalkan kami. Dan tiba-tiba kami melihat 3 ekor anjing tepat di depan mata. Mau teriak takut dikejar, apalagi lari. Saya hanya bisa mencengkeram lengan teman di sebelah saya yang ternyata masih menelpon teman kantor yang ada di kabupaten ini. Anjing itu hanya melewati kami.
Kami mencoba mencari tempat duduk untuk menunggu dijemput teman kantor. Sepanjang mata melihat, tidak ada satupun mobil yang berhenti di terminal ini. Hanya ada 2 warung makan di dalam terminal yang menjadi tanda-tanda kehidupan dalam terminal. Tentunya ditambah dengan anjing-anjing yang berkeliaran. Astaga mimpi apa aku harus bertemu anjing sebanyak ini.
Rasa deg-degan dan grogi karena mau bekerja di tempat yang baru sudah berganti dnegan rasa deg-degan dan takut menghadapi anjing-anjing dalam terminal ini. Untung kami gak perlu lama-lama ada dalam terminal ini, karena dua teman dengan motor plat merah sudah datang menjemput kami.
"Selamat datang di Bengkulu Selatan, Kota Manna Sekundang Setungguan" dua teman itu memberikan sambutan dengan jabatan erat.
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday44 #tantangancerbung
Lanjut mbak Nurul
ReplyDelete