Jadi ceritanya, sepulang acara liburan long weekend kemarin si adik tiba-tib bilang kalau dia mau jualan jajan di sekolah. Biskuit yang dia beli waktu liburan masih banyak di kotaknya. Dia pengen jual ke teman-temannya.
Wuah saya dan suami menyambut dengan semangat dong. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Baru sehari sebelumnya kami berdikusi tentang pendidikan bisnis pada anak-anak. Tujuannya sih ingin mengenalkan pada mereka kalau untuk mendapatkan sesuatu, maka kita harus berusaha. Eh, kami belum menemukan jalannya malah si adik sudah mengajukan proposal duluan.
Kami langsung mengajari dia menentukan harga jual. Kami menjelaskan kalau namanya jualan itu, kita ambil untung atas barang itu. Tapi untungnya tidak boleh terlalu besar.
Setelah dihitung-hitung akhirnya disepakatilah kalau biskuit itu akan dijual dengan harga dua ribu rupian per bungkus. Adik dengan semangat menata biskuit-biskuitnya di dalam tas kecil yang kami siapkan. Sementara itu, si anak mbarep tidak mau mengikuti jejak si adik untuk berjualan.
"Adik, kalau besok laku tiga biskuit berarti berapa uang yang adik dapat?" ayahnya menguji kemampuan berhitung si calon pengusaha ini.
Agak lama dia berpikir, menjalankan bayangam sempoa di atas kepalanya. Melihat adiknya kebingungan, si anak mbarep pun membantu adiknya. Akhirnya anak mbarep yang menjawab pertanyaan ayahnya, "Enam ribu kan?"
Kami pun terus menguji dengan angka pengali berikutnya. Ah senangnya anak-anak mulai terbuka pikirannya untum berbisnis, berjualan, ataupun berusaha menjemput rezeki. Kami tidak lupa berpesan kalau nanti jualannya belum laku tidak boleh sedih. Karena berjualan itu ada masa ramai ada masa sepi bahkan tidak laku sama sekali.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
#Day8
No comments:
Post a Comment