Wednesday, 29 August 2018

Naufal dan Sandal

“Bunda kenapa teman-teman menertawakan aku dari tadi pagi?” tanya Naufal ketika dijemput bunda di depan sekolah taman kanak-kanaknya.
Bunda pun heran kenapa tiba-tiba Naufal bertanya seperti itu. Untuk menjawab pertanyaan Naufal, bunda pun mengamatinya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Naufal menunggu bunda yang sedang mengamatinya dengan wajah penasaran. Dia bingung kenapa teman-teman melihatnya dengan aneh seharian ini.
Sepertinya tidak ada yang aneh.
Eits ...
Tunggu dulu. Apa itu?
Pantas saja Naufal ditertawakan teman-temannya. Ternyata hari ini dia memakai sandal beda warna dan beda model kanan dan kiri. Bunda lalu jongkok sambil tersenyum, “Nak, mungkin ini yang membuat teman-teman tertawa. Ada yang lucu di sini.” Bunda menunjuk pada sandal Naufal yang berwarna merah di kanan dan biru di kiri. Satu sandal berbentuk sandal jepit dan satu sandal berbentuk selop.
Ekspresi Naufal belum berubah, wajahnya masih menunjukkan keheranan. “Apa yang lucu, Bunda?” tanyanya.
“Coba Adik lihat sandal teman-teman, semua warnanya sama. Modelnya pun sama antara sandal kanan dan kiri.” Bunda mencoba memberikan pengertian.
Naufal melihat satu per satu temannya yang lewat. Dia mengamati sandal yang dipakai teman-temannya. Benar juga, pikirnya. Semuanya memakai sandal dengan warna dan model yang sama kanan dan kiri. Dia lalu kembali melihat ke ujung bawah kakinya. Tapi, apa yang salah dengan sandalnya?
“Tapi apa yang salah dengan sandalku, Bunda? Naufal masih bingung kenapa teman-teman memandangnya aneh.
Bunda yang tidak menyadari anaknya memakai sandal yang berbeda sejak tadi pagi mengantarnya sekolah, mencoba menjelaskan, “Nak, umumnya orang-orang memakai sandal yang warna dan modelnya sama. Karena hari ini Adik memakai sandal yang warna dan modelnya berbeda antara kanan dan kiri, itu dianggap lucu sama teman-teman. Emang kenapa kok Adik pakai sandal yang berbeda hari ini?”
Naufal pun menjawab, “Sandalku merah yang kiri putus kemarin. Tapi yang kanan masih bagus. Jadi kan masih bisa dipakai. Ya udah aku pakai aja. Sayang kan kalau masih bagus harus dibuang.”
Masyaallah ternyata itu alasannya kenapa hari ini Naufal memakai sandal yang berbeda. Dia tidak tega untuk membuang sandal merah yang kanan karena kondisinya masih bagus.

Monday, 27 August 2018

Bunda Suka Mendongeng, Tapi Bukan Sekarang

Bunda terpaku dalam diam ketika mendapatkan tugas tantangan 10 hari dari kelas Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional level 10. Membangun karakter anak melalui dongeng, itulah tema tugas pada level ini. Bunda suka mendongeng, tepatnya membacakan buku dongeng untuk anak-anak. Tapi bukan sekarang. Momennya saat ini kurang pas untuk bunda menyelipkan pesan melalui dongeng. Karena akhir-akhir ini, dua jagoan sedang pada masa super kritis, sedang tinggi rasa ingin tahunya. Jadi bunda harus menjawab semua pertanyaan, menyampaikan pesan dengan jawaban logis apa adanya yang bisa diterima oleh nalar mereka. 

Mungkin di usia anak-anak umur 8 dan 9 tahun ini sedang memasuki masa super aktif. Melihat dan mendengarkan cerita kegiatan sehari-hari mereka, rasanya banyak hal yang harus diluruskan, banyak pesan yang harus disampaikan. Tapi tidak mungkin dalam sehari mereka diberondong oleh beribu nasihat dari bunda yang berdalih menginginkan kebaikan anak-anak kesayangan.

Bunda akan ceritakan salah satu kejadian beberapa hari terakhir yang membuat bunda teringat belum pernah menjelaskan tentang 'pelajaran' tersebut pada anak-anak. 

Minggu lalu, anak-anak libur dalam rangka Idul Adha. Seperti biasa liburan mereka diisi dengan bermain bersama teman-teman seperumahan. Kadang di rumah kami, kadang di rumah tetangga, kadang juga di halaman mushola. Sejak pagi setelah mandi dan sarapan, mereka sudah langsung beredar. Mereka baru pulang menjelang sholat dzuhur, mengambil sarung lalu berangkat lagi untuk sholat jamaah ke mushola. 

Tapi ada yang berbeda dengan hari itu. Abid, anak tertua Bunda pulang dari mushola dengan tangan kosong. Tak ada sarung yang dibawanya seperti biasa. Abid pulang dari mushola dengan celana pendek dan kaos oblong kostum bermainnya. Bunda tidak tahu keberangkatan anak-anak ke mushola karena baru sampai rumah di jam istirahat kantor. 

"Mas dari mana?" tanya bunda sepulang Abid daei mushola. 

Abid tampak kaget ditanya seperti itu oleh bunda, "Dari mushola."

Bunda menanyakan alasannya tidak membawa sarung dan peci saat ke mushola tadi. Abid pun menjawab singkat, katanya di mushola ada sarung yang bisa dipakai. 

Tak salah memang, tapi alangkah baiknya kalau kita berangkat ke mushola dalam kondisi bersih dan rapi. Bukankan kita ke mushola untuk beribadah, untuk berdo'a pada Allah?

"Coba kalau Mas berangkat ke sekolah pakai baju main trus baru ganti di seragam, kira-kira baik gak?" tanya bunda mencoba memancing pemikirannya. Abid tampak termenung memikirkan kata-kata Bunda. Dia duduk di samping Bunda sambil terdiam agak lama. Kemudian dia menunduk lalu menggeleng. 

Bunda pun melanjutkan celotehannya, "Kalau ke sekolah saja kita berusaha tampil rapi dan bersih sejak berangkat, apalagi ke mushola. Allah yang memberikan segalanya untuk kita, jadi sudah seharusnya kita berikan yang terbaik pula untuk Allah. Termasuk dalam hal berpakaian rapi dan bersih saat ke mushola. Lagipula, sarung yang disediakan di mushola itu sebenarnya untuk para musafir. Mas ingat gak kalau kita bepergian jauh, biasanya kita pinjam sarung di mushola SPBU atau masjid?"

"Iya, kan biasanya aku pakai celana pendek. Jadi kalau sholat pinjam sarung di mushola." jawabnya. 

Bunda membalas jawaban Abid dengan senyuman, "Nah, karena itu kita harus jaga kebersihan sarung-sarung di mushola. Coba kalau sarung disana dipakai terus sama anak-anak yang baru bermain dan belum bersih-bersih diri seperti Mas tadi, pasti cepat kotor kan? Padahal Mas rumahnya dekat, bisa bersih-bersih diri dulu lalu pakai sarung dari rumah."

Abid menganggukkan kepala tanda paham dengan penjelasan panjang lebar bunda. Pelukan hangat pun dihadiahkan untuk Abid karena sudah mau mendengarkan penjelasan bunda. 

Beginilah perkembangan anak-anak bunda sekarang. Mereka sedang ada pada masa ingin tahu yang tinggi. Jadi bunda belum bisa memasukkan pesan melalui dongeng untuk mereka. Bunda suka mendongeng, tapi bukan sekarang saatnya. 

#bundasayang #institutibuprofesional #level10 #tantangan10hari #day1 #grabyourimagination
#30dwc #30dwcjilid14 #squad6 #day6











Sunday, 26 August 2018

Materi Bengkel Diri: Melejitkan Potensi Diri

Potensi diri adalah suatu kekuatan di dalam diri yang mungkin belum muncul atau belum tampak bahkan oleh diri kita sendiri. Potensi diri merupakan karunia dari Allah yang bisa kita kembangkan agar kita lebih bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. 

Sesungguhnya tiap insan adalah juara. Dimulai dari proses kehadiran diri kita di dunia sudah menunjukkan kalau kita adalah juara. Ribuan sperma berebut untuk mendekati sel telur dan pada akhirnya hanya ada satu yang bisa menjadi juara untuk bersatu dan menjadi embrio, menjadi calon diri kita kemudian. 

Allah pun berfirman dalam At-Tin ayat 4, "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." Seharusnya hal ini bisa membuat kita merasa percaya kalau kita dihadirkan di dunia dengan suatu keistimewaan yang telah diberikan oleh Allah. 

Dalam surat Al isro ayat 70, Allah juga menjelaskan tentang keistimewaan penciptaan manusia di dunia ini. "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna."

Potensi diri mana setiap manusia bermacam-macam adanya. Setiap orang memiliki potensi yang berbeda dengan orang lain. Potensi yang terpendam dalam diri akan lebih mudah muncul kalau kita merasa membutuhkan potensi tersebut. Memahami tujuan hidup akan membantu kita untuk lebih memahami apa potensi diri yang kita butuhkan dan harus lebih kita tonjolkan untuk mencapai tujuan hidup tersebut. 

...bersambung

Resume dari materi Bengkel Diri, 25 Agustus 2018
Melejitkan Potensi Diri-Life Mapping Strategy
Oleh Ummu Balqis, Kepala Sekolah Bengkel Diri

#30dwc #30dwcjilid14 #squad6 #day5

Saturday, 25 August 2018

Materi Bengkel Diri : Adab Menuntut Ilmu (Bagian 2)

Para malaikat selalu membentangkan sayapnya menaungi para penuntut ilmu karena senang dengan perbuatan itu, dan orang alim dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi dan ikan-ikan di dalam air. Kelebihan orang alim atas ahli ibadah bagaikan kelebihan cahaya rembulan atas cahaya bintang 
(HR. Abu Daud)

Betapa Allah memuliakan orang-orang yang senantiasa menuntut ilmu. Malaikat pun senang dengan para penuntut ilmu.  Rasulullah bersabda dalam hadist riwayat Muslim bahwa jika manusia mati, terputuslah amalnya kecuali tiga hal, shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendo'akan dirinya. 

Agar ilmu yang kita pelajari bermanfaat dan menjadi ladang amal jariyah maka kita bisa menyampaikannya pada orang lain. Jika orang lain mengamalkan ilmu itu maka kita akan mendapatkan pahala sebesar pahala orang yang melakukan kebaikan itu. Hal ini disampaikan Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim.

Empat hal yang bisa dilakukan sebagai muslim dalam menuntut ilmu, antara lain:
  1. Pembentukan nalar rasional
  2. Pengakuan metode eksperimental
  3. Memetik segala yang bermanfaat
  4. Memberantas tahayul dan khurafat
Berkaitan dengan ilmu, setiap muslim wajib untuk:
  1. Mengkaji tsaqafah Islam untuk memberi arah bagi hidupnya dan mengkaji dengan landasan keimanan
  2. Mengkaji ilmu untuk diamalkan
  3. Mempelajari sains dan teknologi yang diminati, dalam kerangka beribadah kepada Allah dan diamalkan sesuai syariah.
Dalam menuntut ilmu, seorang muslim diharapkan untuk memahami adabnya agar bernilai sebagai ibadah. Adab tersebut antara lain:
  • Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
  • Rajin berdo'a kepada Allah, memohon ilmu yang bermanfaat
  • Bersungguh-sungguh dalam belajar dan senantiasa merasa haus ilmu
  • Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah
  • Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu
  • Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan oleh ustadz, syaikh atau guru
  • Berusaha memahami, menghafalkan ilmu syar'i yang disampaikan. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan, mengamalkan ilmu yang diperoleh.
  • Berusaha mendakwahkan ilmu

#bengkeldiri #bengkeldiriangkatan4 #BD4Ummusalamah #resumeMDIsesi1BD46
#30DWC #30DWCjilid14 #squad6 #day4

Friday, 24 August 2018

Materi Bengkel Diri: Adab Menuntut Ilmu (Bagian 1)

Allah berfirman dalam Al Qur'an surat Az Zariat ayat 56:

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."

Ustadzah Wahyuningtyas Riski Fitriandini yang akrab dipanggil dengan ustadzah Fitri , dalam materi dasar Islam komunitas Bengkel Diri angkatan 4, menyampaikan bahwa ibadah yang dimaksud adalah ibadah dalam dimensi yang luas. Bukan hanya mencakup hubungan manusia dengan Allah saja, tapi juga mencakup hubungan manusia dengan diri sendiri  dan hubungan dengam manusia lainnya. 

Hubungan dengan Allah berkaitan dengan aqidah dan ibadah. Hubungan dengan diri sendiri berkaitan dengan akhlaq dan adab tentang pelaksanaan kegiatan sehari-hari, seperti cara makan, minum, berpakaian, dll. Hubungan dengan manusia lain berkaitan dengan hukum, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dll. 

Seluruh aspek kegiatan dalam kehidupan kita ternyata bisa dinilai sebagai ibadah. Akan tetapi ada satu syarat yang harus dipenuhi agar kegiatan kita bernilai ibadah, yaitu kita tahu ilmunya. Tanpa kita berdasar pada ilmu maka apa yang kita kerjakan akan sia-sia dan tidak mendatangkan keridhoan dari Allah. Oleh karena itu, Allah berfirman "Allah mengangkat derjat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS: Mujadalah 11).  Orang yang berilmu tahu mana kegiatan yang diridhoi Allah, bernilai ibadah sehingga mendekatkan ke surga dan mana kegiatan yang justru mendatangkan kemurkaan Allah sehingga mendekatkan ke neraka. 


#bengkeldiri #bengkeldiriangkatan4 #BD4Ummusalamah #resumeMDIsesi1BD46
#30DWC #30DWCjilid14 #squad6 #day3