Friday, 30 October 2020

Cinta Itu Saling Menjaga



 "Jeng sing sabar yo." begitu pesan masuk yang dikirimkan oleh sahabatku, yang suaminya satu instansi dengan Pak Bojo. Aku gak paham apa maksudnya. Harusnya aku yang berkata begitu karena dia dan keluarga sedang diuji dengan positif Covid-19. Di tengah acara Dharma Wanita di kantor sore itu, aku mencuri-curi waktu untuk melihat lagi deretan pesan masuk dalam ponselku. Jantungku seketika berdegup lebih kencang ketika pesan dari grup keluarga sekilas terbaca, "Sing sabar le, dilakoni ae". Mataku terbelalak, dengan cepat aku membuka grup itu untuk membaca lebih lengkap pesannya. Benar saja, ada petikan tabel SK mutasi di sana, Pekalongan - Jayapura. Beberapa saat aku sudah mencoba menahan air mata untuk tidak keluar dari tempatnya, tapi tak bisa. Mataku mulai berkaca-kaca, nafasku menjadi lebih sesak rasanya. Aku tak tahan lagi, aku ijin keluar ruangan, mencari pundak teman untuk menangis tumpahkan beban. Meraung-raung aku menangis di mushola kantor sampai bapak-bapak yang baru selesai sholat ashar bingung menatapku seperti itu. 

Anehnya, sampai aku berhasil tenang lagi, tak ada telpon atau pesan masuk dari Pak Bojo. Aku mencoba menelpon tapi tak diangkatnya. Aku hanya mengirimkan pesan padanya, "Ayah yang kuat ya, tenang insyaallah kami baik-baik saja di sini" Setelah itu, aku tak menghubunginya lagi. Kalau aku saja terkejut dengan berita ini, apalagi dia. Tak mudah baginya untuk bekerja jauh meninggalkan anak istri. Meski sudah sering kami membahas tentang kemungkinan mutasi kerja ke ujung lain negara ini, tapi tetap saja ada sisi yang menyesakkan ketika SK itu benar-benar dihadirkan dalam hidup kami. 

Long Distance Relationship (LDR) bukanlah hal pertama bagi kami. Dulu waktu baru kenalan di tahun akhir kuliahku, kami terpisahkan Selat Sunda. Dia di Lampung dan aku di Jakarta. Dilanjutkan dengan Bengkulu - Lampung setelah aku penempatan kerja hingga tiga bulan pertama kami menikah. Waktu itu, seminggu sekali aku PJKA (Pulang Jum'at Kembali Ahad) ke Lampung. Alhamdulillah tak lama, aku mendapatkan SK pindah ikut suami. LDR berikutnya ketika suami mutasi kerja ke Pekalongan. Tiga bulan kami menjalani LDR, tapi suami bisa seminggu atau dua minggu sekali pulang ke Lampung. 

Kali ini, Pekalongan - Jayapura. Terkejut pasti, tapi untuk mengatakan tak siap, kami tak mau berkata seperti itu. Selama ini kami sudah sering membahas tentang mutasi. Kami selalu meyakini, ketika saat itu tiba, Allah sudah menguatkan kami. Allah selalu memberikan yang terbaik pada hamba-Nya di waktu yang terbaik pula. Itu yang selalu tertanam dalam hati kami. 

Hingga jam kantor sudah terlewat 1,5 jam, Pak Bojo tak kunjung menjemput aku. Mungkin dia butuh waktu untuk menenangkan diri sejenak. Biarlah dia mengambil waktu untuk menerima berita ini dengan ikhlas. Dan akupun menenangkan diriku sambil menunggu dijemput Pak Bojo. Aku harus tenang, agar Pak Bojo tenang. Aku harus kuat, agar dia pun kuat menjalani tugas di ujung timur Indonesia. Aku harus kuat, agar anak-anak kuat. 

Mataku menatapnya dengan senyuman seraya berkata, "Gak apa-apa ya, insyaallah kita bisa." setelah aku memasuki mobil saat dijemput di depan kantor. Dia hanya menjawab dengan senyuman dengan langsung memelukku. Mungkin dia pun tak tahu harus berkata apa padaku. Kemudian yang tersisa dalam pikiran kami berdua adalah bagaimana cara memberi tahu anak-anak tentang kabar ini. Kami pun sepakat, nanti kita beri tahu mereka saat kita berdua sudah lebih tenang. 

Begitulah, ternyata cinta itu saling menjaga. Aku berusaha kuat untuknya, dia pun berusaha kuat untukku. Padahal dalam hati kami sama-sama sedang menangis sedih. 

Sambil menunggu waktu keberangkatan ke Jayapura, kami masih saja berusaha saling menguatkan betapa sedihnya hati kami masing-masing. Aku membuat list barang dan hal-hal apa saja yang perlu disiapkannya untuk ke Jayapura. Dia membuat list hal-hal apa di rumah yang perlu disiapkan sebelum berangkat ke Jayapura agar aku tak repot nanti di rumah, termasuk brain storming ke anak-anak. Aku tahu dia sedih, meski selalu berusaha menyembunyikan air matanya. Dia pun tahu, meski berkali-kali aku mengatakan, "Don't worry, we'll ok here" , aku menyimpan bendungan air mata yang siap untuk tertumpah.

Dari selembar SK mutasi ini aku belajar bahwa cinta itu saling menguatkan, cinta itu saling menjaga. 

 

Tuesday, 27 October 2020

Character to Nation

 


Menjadi warga Hexagon City itu sangat menyenangkan. Kami selalu mendapatkan kejutan-kejutan yang seru. Kali ini Hexagonia diajak untuk menyelami karakter moral dan karakter kinerja. Wow, ini hal baru bagi saya. Belajar tentang berbagai macam karakter moral dan karakter kinerja dan bagaimana cara mengaplikasikannya.

Hexagonia diminta berdiskusi dalam co-housing masing-masing tentang karakter moral apa saja yang akan menjadi booster dalam mendukung berjalannya kapal project passion kami. Bukan hanya karakter yang menjadi booster tapi kami juga mendiskusikan karakter yang akan menyebabkan kapal project passion kami mengalami delay bahkan berhenti berlayar. 

Saya memilih karakter 'Percaya Diri' karena selama ini saya sering bersembunyi di pojokan ruangan kalau berkumpul dengan orang-orang hebat. Padahal seharusnya saya bersemangat untuk menimba ilmu dan semangat untuk maju bersama beliau-beliau yang sudah melangkah terlebih dahulu. 

Karakter ini sangat saya butuhkan agar bisa menjadi Hexagonia sejati. Terus semangat belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak. Gak boleh lagi baperan, tapi harus berperan. Yakin akan potensi dan kompetensi yang dimiliki. 

Bismillah, bisa.






Tuesday, 20 October 2020

Passion to Nation

Passion to Nation

Submit your idea, spread your passion

Itulah semangat yang disampaikan oleh ibu walikota Hexagon City pada kesempatan pertamanya berjumpa dengan para Hexagonia. Dengan penuh semangat, ibu walikota menyampaikan kalau semua warga Hexagon City, yaitu para Hexagonia harus semangat untuk berperan menjadi warga yang produktif. Nah, kali ini dalam rangka Passion to Nation, Hexagonia ditantang untuk mengisi Passion Canvas pribadi dan juga untuk membuat Project Passion bersama tetangga-tetangga di co-housing masing-masing.

Project Passion adalah project dalam co-housing yang berkaitan dengan passion. Kami diminta untuk berdiskusi mengapa dipertemukan dalam satu co-housing dan mengapa project ini harus ada. Kami juga diminta untuk berdiskusi apakah project passion yang akan dibuat bersama ini mampu membuat kita produktif, lalu apa strong why co-housing kita untuk menjadi produktif.

Dijelaskan juga bahwa membuat project passion merupakan bagian dari knowledge management, yaitu menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama ini. Segepok pengetahuan yang diterima bisa dikelola untuk menjadi ilmu yang bermanfaat. Salah satu wujudnya adalah membuat project berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang sudah didapatkan selama ini sesuai dengan passion. Project passion merupakan wujud dari berbagi ilmu agar lebih bermanfaat bagi orang lain. 

Ibu walikota menyampaikan bahwa semua Hexagonia memiliki kompetensi dan potensi yang bisa dijadikan modal untuk menjadi warga Hexagon City yang produktif. Sebagaimana yang disampaikan oleh walikota, hal serupa juga disampaikan oleh founding mother Hexagon City, bahwa tidak ada remahan rengginang di kota ini. Semua warga memiliki potensi yang luar biasa, semua warga memiliki passion yang bisa dikembangkan agar menjadi warga produktif.

Founding Mother juga menjelaskan bahwa syarat utama untuk bisa hidup di Hexagon City adalah dengan melakukan aktivasi passion. Yang dimaksud dengan passion adalah perasaan seseorang yang sangat kuat terhadap sesuatu. Passion seringkali menjadi sebab kuat seseorang melakukan sesuatu tanpa diminta, menjalankannya dengan sungguh-sungguh dan melakukan improvement dari waktu ke waktu. 

Passion dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Passion for knowledge
Perlu dimiliki seseorang agar mau mempelajari suatu keahlian atau pengetahuan

2. Passion for business
Dianjurkan dimiliki agar seseorang terdorong untuk menjadi mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain secara finansial

3. Passion for service
Dorongan naluriah sebagai makhluk sosial untuk selalu terhubung dan melayani sesama

4. Passion for people
Passion ini banyak memengaruhi bagaimana kita membentuk, menjaga dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.

Sementara itu, pengembangan passion dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

1. Fundamental Life Stage 
Tahapan ini biasanya dilalui ketika seseorang berumur 0 - 20 tahun. Kata kunci dari tahapan ini adalah knowledge, mencari ilmu pengetahuan 

2. Forefront Life Stage
Tahapan ini muncul pada usia 20 - 40 tahun. Kata kunci dari tahapan ini adalah business, mandiri, tidak bergantung pada orang lain, produktif, untuk diri sendiri.

3. Foster Life Stage
Tahapan ini muncul pada usia 40 - 60 tahun. Kata kunci dari tahapan ini adalah service, mengembangkan sesuatu, mendorong orang, berbagi, melayani

4. Final Life Stage
Tahapan ini muncul pada usia di atas 60 tahun. Kata kunci dari tahapan ini adalah people, bermanfaat bagi orang banyak.

Akan tetapi, tahapan pengembangan passion pada kenyataannya bisa tidak sesuai dengan usia yang telah dituliskan. Tidak ada kata terlambat untuk memulai tahapan pengembangan passion dan sah-sah saja memulai dari tahapan yang mana. Yang perlu digaris bawahi adalah, perlu dipahami ada di tahapan mana perkembangan passion kita sekarang agar bisa dikelola dengan baik sehingga membawa kita menjadi produktif.

Untuk memahami secara detail pengembangan passion-nya, Hexagonia ditantang untuk membuat Passion Canvas. Dan berikut adalah Passion Canvas Bunda.



Passion Bunda adalah menulis. Meskipun belum banyak karya yang dihasilkan dalam bidang kepenulisan, tetapi menulis adalah kegiatan yang membuat mata Bunda berbinar. Dengan menulis, Bunda bisa mengurai benang kusut yang memenuhi kepala. Untuk saat ini passion menulis Bunda berada pada tahapan Fundamental Life Stage. Bunda sedang semangat untuk belajar dan belajar lagi mengembangkan passion menulis agar bisa menghasilkan karya yang bisa dinikmati dan bermanfaat bagi banyak orang. Niat dan semangat untuk bermanfaat bagi banyak orang ini juga menandakan jika passion menulis Bunda sedang berada pada tahapan Foster Life Stage.

Untuk mengembangkan passion dalam dunia kepenulisan, Bunda perlu meningkatkan hardskill dan softskill. Bunda perlu meningkatkan jam terbang dalam dunia kepenulisan, mengikuti pelatihan menulis artikel agar mudah tembus media, pelatihan optimalisasi blog & sosial media untuk personal branding as a writer, pelatihan SEO blog dan juga pelatihan untuk mulai merambah penulisan buku solo. Sedangkan dari sisi softskill, Bunda perlu untuk kembali meluruskan dan menguatkan niat, mengapa harus menulis, meningkatkan komitmen & tekad untuk menulis, meningkatkan kepercayaan diri dan belajar lagi tentang manajemen waktu agar kegiatan wajib seperti mengurus keluarga dan bekerja tetap bisa berjalan dengan baik.

Selama ini Bunda menemui beberapa tantangan dan kendala untuk mengembangkan passion menulis. Bunda terjebak dalam zona nyaman, merasa begini saja cukup. Sebenarnya ini adalah manifestasi dari rasa kurang percaya diri dan rasa minder. Setiao mengikuti komunitas menulis dan bertemu dengan orang-orang hebat di bidangnya, bukan semangat untuk menggali ilmu dari pakarnya malah sibuk untuk bersembunyi bahkan berlari menjauh. Semangat berjuang untuk maju bisa dikatakan sangat kurang. 

Harus dicari solusi dari kendala-kendala yang dihadapi. Bunda harus lebih semangat lagi mendisplinkan diri, membuat jadwal rutin untuk menulis dan juga menyusun target menulis 1 bulan ke depan. Saat ini, Bunda sedang menantang diri untuk konsisten berbagi tulisan di instagram @nurulku_quranjournaling. Di sini Bunda membagikan hasil quran jornaling atau tadabur Al Qur'an yang di-posting setiap dua hari sekali. Berharap dari sini bisa menabung koin-koin amal jariyah yang akan dipanen kelak di akhirat. Bunda juga sedang menantang diri untuk update konten blog seminggu sekali, tentunya selain tulisan jurnal tugas dari Hexagon City dan juga selain tugas dari kelas Gemari Pratama yang sedang Bunda ikuti.

Mengikuti pelatihan kepenulisan juga menjadi tantangan Bunda, tentunya harus mengikat ilmu dengan tulisan dan praktek agar lebih bermanfaat. Lalu juga Bunda akan update konten instagram @katanurulku setiap minggunya, bergantian antara membacakan puisi karya penyair lain dan puisi karya sendiri. Target mengirimkan artikel ke media massa sebulan sekali juga kembali dikibarkan, setelah tahun lalu sempat bisa terwujud selama 6 bulan berturut-turut. Yang menjadi tantangan terbaru adalah mengikuti lomba kepenulisan, menambah buku antologi dan menyusun buku solo. 

Bismillah, tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha. Insyaallah Bunda bisa mewujudkan Passion to Nation.

Monday, 12 October 2020

The New Journey Begin


Sumber foto: https://id.wikipedia.org/wiki/Burung-burung_Cenderawasih

Beberapa hari lalu anak ragil mendapatkan pelajaran tentang hewan langka yang sekarang sudah dilindungi oleh negara. Salah satunya adalah burung cenderawasih. Dia belajar mengapa burung cenderawasih sekarang dinyatakan langka, bagaimana ciri-ciri burung cenderawasih dan juga di mana habitat asli burung cantik ini. Kami pun menerangkan tentang Papua, habitat asal burung cenderawasih. Tak menyangka, kalau cerita tentang Papua dan burung cenderawasih ini berbuntut panjang dalam kisah hidup kami.

Sore itu, Bunda sedang mengikuti acara pertemuan Dharma Wanita di kantor. Sambil menyimak acara, sesekali Bunda membuka pesan masuk di ponsel. Ada satu notifikasi telfon tak terangkat dari sahabat kuliah yang suaminya juga sahabat dari si Ayah. Ada apa ya kok telfon, pikir Bunda. Sempat tersirat kekhawatiran karena dia dan keluarga sedang diberi ujian oleh Allah untuk berjuang melawan virus Corona. Jangan-jangan ada apa-apa. Tapi begitu membuka pesan darinya, Bunda mengernyitkan dahi dan bertanya-tanya. "Sabar ya jeng" begitu pesannya. Bukannya Bunda yang harus mengatakan itu pada dia yang sedang berjuang. Belum sempat membalas pesannya, Bunda melihat pesan yang belum terbuka di grup keluarga. Terbaca sekilas pesan dari Pakdenya krucil, "Sabar yo le. Dilakoni wae"

Wuah, pikiran mulai melayang, hati pun ikut tak tenang. Jangan-jangan.....

Bunda sudah tidak fokus dengan pembahasan dalam acara Dharma Wanita. Bunda buka pesan di grup keluarga. Ada sebaris potongan tabel di sana yang berisi nama si Ayah, instansi kerja saat ini, Pekalongan, dan di ujung tabel itu tertuliskan Jayapura. 

Allahu akbar.

Hanya satu kata itu yang terlintas di kepala. Tak terasa, ada bendungan air mata yang tak tertahankan untuk tertumpah. Tapi karena tak ingin menjadi pusat perhatian di tengah acara, Bunda mencoba untuk menahan air mata agar tetap di tempatnya. Mencoba menghela nafas panjang dan beristighfar agar hati ini lebih tenang. Satu menit, dua menit, tiga menit......

Lalu mencoba membagikan kabar itu pada dua sahabat yang duduk berjauhan dari Bunda dengan gerakan bibir yang tak bersuara. Ekspresi mereka malah lebih syok dari Bunda. Mereka berkata, tenang dulu ya. Bunda masih berusaha untuk tenang, tapi air mata ini tak lagi bisa ditahan. Pikiran mulai penuh dengan banyak hal. Akhirnya Bunda memutuskan untuk keluar ruangan, meminta teman untuk menyampaikan ijin pada pimpinan. Berlari Bunda mencari sahabat yang biasa menampung air mata ini. Bunda butuh pelukan. Dia sedang sholat ashar. Tak sabar Bunda menunggu, begitu rangkaian sholatnya berujung pada salam, Bunda menyergapnya sambil terisak dalam tangisan. Bunda kabarkan padanya tentang berita mutasi si Ayah. Dia memeluk Bunda, membiarkan tangisan ini pecah sampai hati lega seperti biasa. 

Berita ini bukan sesuatu yang sepenuhnya mengejutkan sebenarnya. Sejak sebelum menikah, si Ayah sudah menceritakan kemungkinan mutasi ke seluruh Indonesia. Terlebih di awal tahun ini, si Ayah mengikuti assesment test kenaikan jenjang fungsional. Dan beberapa minggu kemudian, kami mendapatkan kabar dari sekian banyak yang mengikuti tes, hanya 4 orang saja yang lulus, salah satunya si Ayah. Selamat ya, tinggal menunggu SK, kata kolega si Ayah waktu itu. Jadi aroma mutasi sudah mulai tercium sejak awal tahun. 

Sejak saat itu, kami mulai membahas beberapa hal yang perlu disiapkan jika waktunya tiba. Sounding ke anak-anak tentang kemungkinan Ayahnya pindah tugas ke daerah lain, penyiapan mental Bunda, menyiapkan anak-anak untuk lebih mandiri dengan mengajak mereka piket berbagi tugas pekerjaan rumah, menata finansial, sampai memperdalam ilmu agama dengan ngaji tentang takdir Allah dan cara ikhlas menerimanya. 

Tapi bukan manusia jika tak mudah lelah hatinnya. Hati kami yang lemah ini mulai berharap jika kondisi pandemi akan menunda terbitnya SK pindah di instansi kerja si Ayah. Tapi tiba-tiba di tengah tahun mulai bermunculan berita mutasi di kantor si Ayah. Tak termasuk nama si Ayah dalam 4 kloter mutasi saat itu. Tetapi kloter ke-4 mutasi membuat si Ayah sedikit nge-drop mentalnya. Kursi kosong di pulau Jawa dan pulau Sumatra yang tadinya menjadi harapan si Ayah, tetiba penuh diisi oleh rombongan mutasi kloter ke-4 kala itu. Tinggal beberapa kursi kosong di wilayah timur Indonesia yang tersisa. Ternate, Ambon, Biak, Sorong dan Jayapura yang tersisa kata si Ayah. Sekuat-kuatnya sosok si Ayah di mata kami, istri dan anak-anaknya, beliau tetaplah memiliki rasa berat untuk bekerja jauh dari keluarga. 

Dengan sok kuat, Bunda berusaha menenangkan si Ayah kala itu. Bunda mengatakan, yakinlah keputusan Allah itu tidak pernah salah. Allah Maha Baik. Selama ini, apa yang Allah berikan pada kita sudah sangat luar biasa. Bisa bertahan di kota ini selama 7 tahun adalah anugerah yang besar dari-Nya. Kelak, jika waktu itu tiba, yakin saja kita pasti sudah dinilai siap untuk menjalaninya, insyaallah. Jangan khawatir, Allah sudah memberikan kita lingkungan rumah yang aman, insyaallah. Kita juga punya banyak tetangga rasa saudara, teman-teman kantor yang begitu baiknya dan anak-anak yang sudah mulai tumbuh kemandiriannya. Jangan khawatir, begitu yang Bunda sampaikan saat itu pada si Ayah.

Namun ternyata ketika saatnya tiba, Bunda tak setegar itu. Pecah tangisan Bunda dalam pelukan sahabat yang berusaha menenangkan. Apakah Bunda kuat? Apakah Bunda bisa? Apakah Bunda sanggup? Beberapa pertanyaan yang terlintas di tengah linangan air mata. Hal besar yang paling Bunda khawatirkan adalah anak mbarep. Dia kelas 5 SD sekarang, tapi kami sama sekali belum punya gambaran tentang lanjutan sekolah jenjang berikutnya. Anak mbarep belum tumbuh benar tanggung jawab belajarnya. Dia masih bahagia dengan kegiatan bermainnya. Lalu apa yang akan Bunda lakukan untuk mendampingi dia menjelang kelulusan sekolah dasarnya jika si Ayah nun jauh di sana. Apakah Bunda sanggup menjalani semua peran di rumah jika si Ayah secara fisik tak setiap saat ada?

Isakan dan linangan air mata yang tak terbendung itu membuat kerumunan bapak-bapak di kantor yang kebetulan sedang berkumpul di sekitar mushola melihat Bunda dengan penuh kekhawatiran. Terucaplah istighfar sambil melepas pelukan dari sahabat Bunda. Dia meyakinkan kalau Bunda pasti bisa, Bunda pasti kuat dan harus kuat agar si Ayah dan anak-anak juga kuat. Sambil menyeka air mata, Bunda mengambil air wudhu untuk bersujud pada-Nya. Bunda tak bertanya mengapa, Bunda hanya berdo'a meminta kekuatan menjalaninya saja. Karena Bunda yakin semua yang diberikan Allah adalah hal terbaik bagi Bunda dan keluarga. 

Setelah sholat, Bunda mencoba menghubungi si Ayah. Tak ada pesan masuk darinya. Telpon pun tak diangkat. Ah, mungkin si Ayah juga sedang terkejut dengan berita ini. Mungkin beliau masih mencari cara terbaik untuk menyampaikan berita ini pada Bunda. Sambil menunggu kabar dari si Ayah, Bunda pun mulai mengabari sanak saudara, meminta bantuan do'a agar kami kuat dan tetap bahagia menjalani takdir-Nya. 

Sampai jam pulang kerja jauh terlewat, si Ayah tak kunjung memberikan kabar. Bunda hanya menuliskan pesan, "Ayah semangat ya. Insyaallah kami akan baik-baik saja di sini. Jangan khawatir, kita pasti bisa."

Padahal pikiran Bunda masih dipenuhi dengan nasib anak mbarep. Bagaimana cara Bunda nanti mendampingi menjelang kelulusan sekolah dasarnya dengan kondisi anak mbarep yang sekarang masih asyik bermain saja. Sahabat lain di kantor menyampaikan, "Siapa tahu nanti dengan kondisi Ayahnya yang jauh akan muncul tanggung jawab lebih dari anak mbarep. Insyaallah akan ada hikmah baik dari semua ini" Benar juga. Semoga saja.

Alhamdulillah dukungan dari sahabat-sahabat di kantor membuat Bunda bisa tersenyum di hari Jum'at sore itu. Dan pada waktu si Ayah datang menjemput, hati Bunda sudah pada titik tenang. Meski begitu, ketika masuk mobil, kami berdua sama-sama tercekat tak mampu berbicara apa-apa. Kami hanya berpelukan, tanpa kata, tapi hangat terasa. Lalu kami hanya meniti perjalanan pulang dengan seuntai senyuman. Beberapa saat sebelum sampai di rumah, kami memikirkan hal yang sama. Bagaimana cara menyampaikan berita ini pada anak-anak?

Kami belum menemukan jawabannya hingga sampai di rumah. Kami sama-sama tak tahu bagaimana cara menyampaikan kabar ini pada mereka. Tapi kesunyian di rumah pecah ketika anak mbarep tiba-tiba terisak. Kami bingung, kenapa dia tiba-tiba menangis. Tak lama, Bunda tersadar, anak mbarep sedari kecil memang punya hati yang lembut. Dia paling perasa ketika Bundanya sedang sedih hati. Kami pun bertanya apa yang membuatnya sedih? Mungkin dia merasakan kesedihan hati Bunda, tapi tak tahun alasannya. Diapun menjawab, "Aku kangen Mbah Kung" 

Ya, mungkin dia merasakan kesedihan bundanya. Tapi karena tak punya alasan, terbukalah satu-satunya memori sedih terbesar dalam hidupnya, yaitu ketika Mbah Kungnya meninggal. Kami pun tersenyum seraya berkata, "Baiklah kalau kangen mbah kung, besok kita mudik ya"

Anak mbarep pun mengangguk, tanpa tahu alasan sebenarnya kami mengajak mudik adalah untuk memberikan kabar mutasi ini pada Mbah Uti dan meminta restu beliau sebelum si Ayah berangkat ke Jayapura, tanah Papua. Kami berdua tak membahas apapun lagi tentang ini di rumah, hanya tersenyum saling menatap, seakan empat mata kita serempak berkata, "The New Journey Begin"


 

Sunday, 11 October 2020

Task 1: Mind Map Berbenah


Semakin belajar, semakin merasa tidak pintar. Hal ini yang selalu Bunda rasakan setiap mengikuti kegiatan belajar apapun. Termasuk ketika mengikuti kelas Gemari Pratama. Gak pernah tahu sebelumnya kalau urusan berbenah yang selama ini kita anggap hal sepele, perlu dibuat mind map-nya. Kita harus paham tujuan, motivasi dan hal-hal yang menyebabkan berbenah itu harus dilakukan.

Tujuan besar Bunda adalah untuk bisa tinggal di rumah yang rapi, bersih dan nyaman sehingga seisi rumah bisa hidup dengan lebih teratur dan bahagia. Rumah rapi itu imbasnya besar, hati jadi lebih tenang, hidup jadi lebih teratur dan pada akhirnya bisa membawa kebahagian lebih dalam rumah. 

Sedangkan tujuan Bunda dalam berbenah meliputi beberapa hal, yaitu agar Bunda terbiasa untuk hiduo rapi, tanpa nanti. Bunda juga ingin memberikan teladan pada anak-anak bahwa berbenah dan hidup rapi itu suatu kebutuhan. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi maka beban hidup kita tidak akan bertambah dengan melihat lingkungan yang berantakan. Rumah rapi dan bersih akan membuat hati kita tenang, hidup lebih sehat, nyaman dan bahagia. 

Sebenarnya rumah yang kami tinggali sekarang sudah cukup rapi, asri, lega karena desain rumah sedari awal kami buat tanpa banyak sekat sehingga sirkulasi udara terjaga dengan baik. Udara bebas keluar masuk, hembusan angin juga terasa hingga ke sudut-sudut rumah. Sudah bisa dikatakan rumah yang nyaman. Tapi itu sebagia besar adalah sumbangsih suami yang hobi berbenah. Beliau beda dengan Bunda yang berbenah kalau mood lagi kondusip, beliau rajin sekali berbenah. Seakan berbenah itu bukan sebagai suatu beban tapi sesuatu yang memang harus selalu dilakukan. Beliaulah motivasi Bunda untuk mengikuti program belajar ini. 

Berbenah kalau sempat dan kalau mood kondusif memang menjadi penghambat Bunda dari kerapian dan membuat suami geleng-geleng kepala selama ini. Beliau sering berkata, "Koyok ngene kok yo betah.", "Berantakan ngene kok yo iso turu." Padahal kalau sedang semangat berbenah, satu rumah bisa Bunda bongkarin, bersihin dan tata ulang sampai kece. Tapi sayangnya mood itu muncul sewindu sekali sepertinya. Penghambat lainnya, Bunda juga termasuk penyayang barang. Sering bilang, dibuang sayang. Sukanya barang-barang yang sebenarnya sudah gak sering dipakai itu disimpan dulu sampai pada akhirnya rela untuk dilepaskan. Jadi menuh-menuhin gudang. Hal ini yang menyebabkan berbenahnya Bunda itu bisa disebut berbenah tampak muka. Karena sebenarnya dipendam di belakang. Kadang juga Bunda masih lapar mata untuk barang-barang tertentu, meski kalau dibandingkan dengan emak-emak di sekeliling sih masih tergolong level rendah lah lapar matanya. Tapi tetap saja menyebabkan penumpukan barang di rumah.

Pernah suatu saat mencari tahu bagaimana bisa rumah-rumah di instagram itu selalu tampak rapi. Ternyata ada hasil ada usaha. Mereka punya jadwal rutin untuk berbenah tiap bagian rumah. Dan sebagian besar dari mereka selalu tuntas berbenah alias bukan berbenah tampak muka seperti Bunda. Semoga saja ya setelah belajar di Gemari Pratama ini, Bunda bisa lebih konsisten dalam berbenah. Bisa memilah mana kebutuhan dan keinginan, jadi gak ada penumpukan barang di rumah. 

Semangat berbenah, agar rumah jadi lebih rapi, bersih, sehat dan nyaman. 

#Task1GP #gemaripratama #gemaripratama4 #GP4kelas4 #menatadirimenatanegeri #gemariclass #metodegemarrapi #berbenahalaIndonesia #indonesiarapi #serapiitu #segemariitu #gemarian

 

Monday, 5 October 2020

Pemilihan Walikota Hexagon City




Satu kata untuk Hexagon City, 'Wowwwwwww'. Benar-benar gak nyangka kalau kota virtual ini didirikan dengan seserius  dan sedetail ini. Layaknya kota di dunia nyata, Hexagon City juga akan dipimpin oleh seorang walikota. Pada awalnya, hanya berpikir kalau pemilihan walikota ini hanya sebuah simbolis untuk pemilihan sebuah komunitas biasa saja.Akan tetapi setelah mengikuti rangkaian acara menjelang pemilihan walikota, dari acara kampanya di grup facebook, kampanye regional, acara penyampaian argumen para kandidat sampai pada puncaknya ada sesi bicara dari Tim Sukses. Masyaallah sungguh tidak main-main kota ini didirikan.

Ada 6 kandidat walikota Hexagon City, dimana keenamnya adalah sosok-sosok yang sangat luar biasa. Berasal dari berbagai latar belakang, berbagai passion tapi beliau semua satu semangat, memberikan yang terbaik untuk Hexagon City. Tidak ada aroma persaingan yang arogan seperti pemilihan pemimpin di 'negara tetangga'. Para kandidat walikota justru saling mendukung dan saling menyemangati. Luar biasa. 

Saat sesi komentar Pengamat Pemilu dan Tim Sukses tentang Pemilu di Hexagon City, mata langsung berbinar, bahagia dan akhirnya terharu. Bagaimana tidak, melihat tim sukses yang dengan sukarela mencurahkan segenap hati, pikiran, waktu dan tenaga untuk mendukung kandidat walikota. Ada yang menyiapkan materi kampanye, ada yang menyusun jadwal kampanye, ada juga tim desain yang membuat video dan poster-poster kampanye yang keren. Tim sukses tampil dengan mata berbinar semangat dan bahagia. Masyaallah, dalam hari berkata, inilah 'the power of emak-emak' yang sesungguhnya. Beliau semua keren.
Lalu apa peran saya dalam kegiatan pemilu walikota Hexagon City ini?

Saya adalah penggembira. Saya mendukung kegiatan pemilu ini dengan gembira. Saya menyerap semangat dan kebahagiaan yang terpancar dari KPU 'Tim Formula', para kandidat dan juga para Tim Sukses. Saya juga memilih walikota dengan gembira.


Siapapun nanti yang memimpin Hexagon City, semoga bisa membawa kota ini menjadi kota produktif, bisa membawa warganya selalu kreatif untuk menciptakan ide-ide solutif.

Sunday, 4 October 2020

Bunda Jadi Murid Gemari Pratama 4

 


Gemar Rapi merupakan metode berbenah yang holistik yang fokus pada perbaikan pribadi diawali dari rumah. Begitulah penjelasan singkat tentang Gemar Rapi yang Bunda dapatkan dari blog co-founder-nya, mbak Khoirun Nikmah. Nah. ternyata Gemar Rapi ini punya kelas online yaitu Kelas Intensif Online (KIO) Gemar Rapi. Kelas ini terdiri dari tiga level, yaitu Gemari Pratama, Gemari Madya dan Gemari Utama. 

Setahun lalu, Bunda tahu Gemari ini dari sosial media beberapa teman. Sliwar silwer aja tuh di timeline. Pernah sekali lihat cara pendaftarannya, cuma lihat aja trus Bunda tutup karena lumayan euy bayarnya. Begitu waktu itu mikirnya. 

Sampai beberapa waktu lalu, salah satu founder Gemari menjadi narasumber di kelas Institut Ibu Profesional. Bunda mulai penasaran tuh, di sana dijelaskan kalau di Gemari yang dipelajari awal adalah perubahan mindset dan perilaku terlebih dahulu. Kata-kata ini bikin Bunda sangat penasaran, ternyata beberes itu gak sesimpel yang kita kenal selama ini.Beberes itu ternyata ada ilmunya, beberes itu ternyata ada tahapan-tahapannya.


Nah, selain rasa penasaran Bunda itu, yang menjadi motivasi untuk mengikuti KIO Gemari Pratama adalah ingin mengimbangi rajinnya si Ayah. Kadang Bunda minder juga tuh lihat si Ayah rajinnya gak pernah surut. Bunda sebenarnya juga suka beberes dan suka lihat rumah rapi bersih. Tapi bedanya, kalau Bunda itu beberesnya tergantung mood. Kalau mood baik lagi muncul, bakal seharian bisa bongkarin barang-barang, tata ulang deh serumah. Tapi sayangnya mood baiknya muncul sewindu sekali. Lebih sering muncul magernya alias males gerak. Hehehehe. Jadi, ikut KIO Gemari Pratama ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Bunda. 

Harapannya sih, semoga dengan ikut kelas ini, motivasi untuk beberes lebih besar lagi. Lebih semangat untuk merapikan rumah dan pastinya ingin melihat senyum si Ayah merekah sempurna melihat istrinya rajin beberes rumah. 

So, bismillah, Bunda siap mengosongkan gelas untuk belajar di KIO Gemari Pratama 4.