Saya
selalu menganalogikan berbagai hal dalam kehidupan dengan jejeran pedagang cabe
di pasar.
Tentang
rejeki.
Jangan
pernah khawatir dengan rejeki kita. Rejeki itu sudah ada yang mengatur.
Takarannya sudah ada. Tinggal kitanya saja yang mau atau tidak untuk berusaha
menjemputnya.
Lihatlah
pedagang cabe di pasar. Ada berapa banyak pedagang cabe yang kita temui di
pasar? Satu? Dua? Tiga? Banyak?
Jawaban
saya: Banyak.
Apa
yang terjadi dengan pedagang cabe yang banyak itu?
Apakah
mereka khawatir?
Apakah
mereka sedih ada banyak pedagang cabe lain di pasar?
Apakah
mereka kekurangan rejeki?
Apakah
mereka berhenti berjualan?
Tidak.
Di
kampung kelahiran saya, masih banyak pedagang cabe yang sudah jualan sejak saya
SD sampai sekarang saya beranak dua
Jadi,
jangan pernah khawatir dengan rejeki kita, jika pedagang cabe yang berjejeran
di pasar saja semua masih bertahan dari jaman Nyonya Mener baru berdiri sampe
sekarang jaman Cak Lontong muncul di tipi.
Yang
perlu khawatir adalah orang2 yang tak punya keinginan untuk berusaha menggapai
mimpi.
Yang
perlu khawatir adalah orang2 yang bertopang dagu, mengharap belas kasihan, dan
menyandarkan hidup pada orang lain untuk kebutuhannya setiap hari.
No comments:
Post a Comment