Sunday, 8 January 2017

Pedagang Cabe dan Analogi Kehidupan

Saya selalu menganalogikan berbagai hal dalam kehidupan dengan jejeran pedagang cabe di pasar. 
Tentang rejeki.
Jangan pernah khawatir dengan rejeki kita. Rejeki itu sudah ada yang mengatur. Takarannya sudah ada. Tinggal kitanya saja yang mau atau tidak untuk berusaha menjemputnya. 
Lihatlah pedagang cabe di pasar. Ada berapa banyak pedagang cabe yang kita temui di pasar? Satu? Dua? Tiga? Banyak?
Jawaban saya: Banyak.
Apa yang terjadi dengan pedagang cabe yang banyak itu?
Apakah mereka khawatir?
Apakah mereka sedih ada banyak pedagang cabe lain di pasar?
Apakah mereka kekurangan rejeki?
Apakah mereka berhenti berjualan?
Tidak.
Di kampung kelahiran saya, masih banyak pedagang cabe yang sudah jualan sejak saya SD sampai sekarang saya beranak dua
Jadi, jangan pernah khawatir dengan rejeki kita, jika pedagang cabe yang berjejeran di pasar saja semua masih bertahan dari jaman Nyonya Mener baru berdiri sampe sekarang jaman Cak Lontong muncul di tipi.
Yang perlu khawatir adalah orang2 yang tak punya keinginan untuk berusaha menggapai mimpi. 
Yang perlu khawatir adalah orang2 yang bertopang dagu, mengharap belas kasihan, dan menyandarkan hidup pada orang lain untuk kebutuhannya setiap hari.

No comments:

Post a Comment