Melatih kemandirian hari ke 3, yeayyyyy.
Sebenarnya kawan-kawan kecil saya ini sudah tergolong mandiri untuk ukuran anak seusianya. Hanya saja membuatnya terus bersemangat, konsisten dan menjaga kedisiplinannya itu lho yang butuh suplemen sabar dari kami orang tua sebagai pendampingnya. Kadang kami juga berpikir, apa kami terlalu kejam ya membuat mereka mandiri sejak mereka kecil begini. Mereka sekarang baru kelas 1 dan 2 SD tapi kami selalu menegaskan pada mereka untuk mandiri dalam banyak hal. Bahkan kami mengajarkan itu sejak mereka masih belum sekolah dulu.
Anak ragil saat umur 1,5 tahun |
Dulu kami menata mainan berdasarkan golongannya, binatang, puzzle, mobil-mobilan, dan juga buku. Saat mereka bermain jangan harap mereka akan mengambil satu per satu berdasarkan golongan mainan yang sudah kita tata. Bukan jagoan namanya kalau gak berantakin semua. Hehehehe. Tapi kami mengajak mereka untuk menata kembali 'kapal pecah' nya. Ya meski dulu waktu mereka kecil 90% kami yang akhirnya menata. Tapi saya gak pernah capek jadi 'radio rusak' yang terus berbunyi, "Nah singa dan jerapah rumahnya disini, kalau mobil garasinya disini." Kawan-kawan kecil ini mungkin awalnya acuh saja saat kita mencontohkan cara menata mainannya, tapi lama kelamaan mereka mulai mengikuti.
Rumah mainan kawan-kawan |
Anak mbarep dan anak ragil saling melengkapi dalam hal ini. Mereka saling mengingatkan dan bekerja sama untuk menjalankan aturan yang sudah kami sepakati. Hari Jum'at kemarin hari libur sekolah memperingati Maulid Nabi, jam main full sehari untuk mereka. Dalam satu hari libur mereka bisa mengerjakan lebih dari satu macam permainan. Pagi pamit mau main ke rumah tetangga, lalu tiba-tiba pulang beserta rombongan. Pertama nonton tv bareng di rumah, tapi biasanya tak bertahan lama. Berikutnya berganti membaca buku bersama, setelah habis satu buku mereka mencari kegiatan lain lagi. Bermain di kamar kegiatan berikutnya, perang bantal, main mobil-mobilan, main sekolah-sekolahan berganti dalam waktu yang tak lama.
Rumah Mainan Kawan-Kawan |
Pasti enggak lah. Kemarin saja dia jawab, "Lha kok aku lagi aku lagi, Mamas juga bantuin lah". Lalu masih lanjut jawab, "Nanti aja aku kan capek abis mainan.". Trus Ummi harus gimana? Pertama yang saya lakukan adalah tarik nafas panjang, lalu hembuskan. Hahaha. Setidaknya itu cara menaikkan level sabar setingkat lebih tinggi.
"Ya kan beres-beresnya barengan sama mamas juga. Kalau barengan kan lebih cepat selesainya. Ummi bantuin juga deh."
Apakah ini indikasi kegagalan dalam melatih kemandirian?
Oh tentu tidak.
Melatih kemandirian pada anak adalah sebuah proses yang berlangsung terus menerus.
Kegagalan dalam melatih kemandirian itu adalah saat kita berhenti dan menyerah.
Baca juga : Kemah Di kamar Kita
#harike3
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah
No comments:
Post a Comment