"Aku sebel banget, temen-temen tiap hari ngece aku pacaran sama Nafiz." anak sulung saya masuk rumah dengan wajah kesal.
Baru kali ini dia kesal, biasanya dia tipikal anak yang loyal sekali kalau berurusan dengan teman. Sebenarnya ini sudah kali kedua dia bercerita tentang itu. Pertama kali cerita dulu, saya hanya meminta dia untuk cuek saja. Kalau teman-teman ngece dan kita gak merasa melakukan apa yang dikatakan mereka, ya biarkan saja. Tidak perlu menanggapi apa yang mereka katakan. Kalau kita tampak marah atau sebal, teman-teman akan semakin senang ngece kita.
Rupanya dia sudah mempraktekkan apa yang saya sarankan. Tapi ternyata teman-temannya masih saja mengolok-olok dia. Si Mas duduk tegak dengan wajah yang sudah kusut menahan kesal. Masih memakai seragam sekolah, dia terus saja mengungkapkan kekesalannya.
Saya berusaha mendengarkan dengan seksama semua yang dia ungkapkan. Berusaha mencerna satu per satu kata agar bisa menyimpulkan pendampingan seperti apa yang dia butuhkan. Sepertinya dia benar-benar kesal. Dia melipat tangan di depan dada, ekspresinya masih saja berkerut menahan amarah.
Saya memberikan saran padanya untuk menahan amarah. Tak perlu mengeluarkan energi terlalu besar untuk menanggapi olok-olokan teman. Kalau kita tanggapi baik dengan jawaban maupun dengan ekspresi yang tampak kesal atau marah, mereka akan semakin senang mengolok-olok kita. Tapi kalau kita menanggapinya dengan santai, mereka akan lelah sendiri dan berhenti mengolok-olok.
"Ya aku udah nahan marah sih. Aku gak ngomel sama mereka." dengan wajah masih kesal si anak sulung saya ini meyakinkan saya kalau dia sudah berusaha untuk menghadapi teman-temannya tanpa amarah. Meskipun ekpresi wajahnya tetap saja kusut seperti benang layangan tersangkut di dahan pohon.
Ayahnya yang baru mendapatkan cerita tentang hal ini di malam hari memberitahu mereka, hal terbaik yang bisa kita lakukan ketika kita diolok-olok adalah berdo'a. Karena Allah akan mengabulkan do'a orang yang terdzolimi. Berdo'alah untuk hal-hal baik, termasuk mendo'akan teman-teman agar tidak mengolok-olok lagi. Kasian kalau mereka terus mengolok-olok nanti tidak disayang Allah.
Mendengar semua saran dari ayah bunda, membuat benang kusut pada wajah anak sulung saya ini sedikit demi sedikit mulai terurai. Dan hebatnya anak-anak, meski perasaannya sebal dan marah mereka sangat mudah memaafkan temannya.
Anak sulung tetap ceria ketika teman-teman menjemputnya untuk salat ke mushola. Bahkan mereka sudah bermain dan tertawa lepas bersama usai salat tarawih seperti biasanya. Masyaallah betapa kita harus belajar pada anak-anak tentang memaafkan.
#RuangBerkaryaIbu #IbuProfesional #MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta #KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu #Proyek2RBI #Day11
#semuaanakadalahbintang #institutibuprofesional #kelasbundasayang #Day5
#30DWC #30DWCJilid13 #Day6
No comments:
Post a Comment