Tuesday, 22 December 2020
Xtra Miles yang Xtra
Tuesday, 15 December 2020
Xtra Miles Hexagon City
Langkah kami tidak berhenti pada penyelesaian naskah saja tapi masih berlanjut dengan promo dan open pre order karya kami di Hexamarket. Mbak Geta, Mbak Zaki dan mbak Thika akan mengawal promo dan penjualan karya project passion kami di market place Hexagon City, Hexamarket. Semoga laris manis dan bermanfaat untuk Hexagonia ya.
Tuesday, 1 December 2020
Contribution to Nation
Tuesday, 10 November 2020
Habbit to Nation
Setelah menentukan karakter diri dalam Hexagon City, 2 minggu terakhir kami dilatih untuk menjalankan habbit baik yang mendukung suksesnya passion project dalam co-housing. Aku memilih untuk melatih habbit percaya diri untuk berperan aktif dalam diskusi co-housing ,baik tentang progress passion project, curhatan tetangga ataupun diskusi lainnya. Alhamdulillah di tengah kesibukan adaptasi ritmeh hidup baru setelah seminggu menjalani long distance marriage, aku masih bisa berusaha percaya diri untuk hadir dalam diskusi-diskusi co-housing.
Sebenarnya aku sudah hampir menyerah mengikuti kegiatan di Hexagon City ini. Rasanya butuh waktu, tenaga dan pikiran yang besar untuk bisa berperan aktif di sini. Tapi alhamdulillah punya tetangga-tetangga yang saling menguatkan di co-housing 6 Kepenulisan. Membaca aliran rasa para tetangga membuat tersadar, aku gak sendirian. Kita semua punya kesibukan masing-masing dan kita semua mencoba untuk bertahan.
Kami sering mengadakan diskusi-diskusi dalam co-housing, termasuk membahas lagi apa sih tujuan kita dalam project ini.
Dari tujuan yang sudah ditentukan, kami juga membahas milestone yang akan dijalani bersama.Friday, 30 October 2020
Cinta Itu Saling Menjaga
"Jeng sing sabar yo." begitu pesan masuk yang dikirimkan oleh sahabatku, yang suaminya satu instansi dengan Pak Bojo. Aku gak paham apa maksudnya. Harusnya aku yang berkata begitu karena dia dan keluarga sedang diuji dengan positif Covid-19. Di tengah acara Dharma Wanita di kantor sore itu, aku mencuri-curi waktu untuk melihat lagi deretan pesan masuk dalam ponselku. Jantungku seketika berdegup lebih kencang ketika pesan dari grup keluarga sekilas terbaca, "Sing sabar le, dilakoni ae". Mataku terbelalak, dengan cepat aku membuka grup itu untuk membaca lebih lengkap pesannya. Benar saja, ada petikan tabel SK mutasi di sana, Pekalongan - Jayapura. Beberapa saat aku sudah mencoba menahan air mata untuk tidak keluar dari tempatnya, tapi tak bisa. Mataku mulai berkaca-kaca, nafasku menjadi lebih sesak rasanya. Aku tak tahan lagi, aku ijin keluar ruangan, mencari pundak teman untuk menangis tumpahkan beban. Meraung-raung aku menangis di mushola kantor sampai bapak-bapak yang baru selesai sholat ashar bingung menatapku seperti itu.
Anehnya, sampai aku berhasil tenang lagi, tak ada telpon atau pesan masuk dari Pak Bojo. Aku mencoba menelpon tapi tak diangkatnya. Aku hanya mengirimkan pesan padanya, "Ayah yang kuat ya, tenang insyaallah kami baik-baik saja di sini" Setelah itu, aku tak menghubunginya lagi. Kalau aku saja terkejut dengan berita ini, apalagi dia. Tak mudah baginya untuk bekerja jauh meninggalkan anak istri. Meski sudah sering kami membahas tentang kemungkinan mutasi kerja ke ujung lain negara ini, tapi tetap saja ada sisi yang menyesakkan ketika SK itu benar-benar dihadirkan dalam hidup kami.
Long Distance Relationship (LDR) bukanlah hal pertama bagi kami. Dulu waktu baru kenalan di tahun akhir kuliahku, kami terpisahkan Selat Sunda. Dia di Lampung dan aku di Jakarta. Dilanjutkan dengan Bengkulu - Lampung setelah aku penempatan kerja hingga tiga bulan pertama kami menikah. Waktu itu, seminggu sekali aku PJKA (Pulang Jum'at Kembali Ahad) ke Lampung. Alhamdulillah tak lama, aku mendapatkan SK pindah ikut suami. LDR berikutnya ketika suami mutasi kerja ke Pekalongan. Tiga bulan kami menjalani LDR, tapi suami bisa seminggu atau dua minggu sekali pulang ke Lampung.
Kali ini, Pekalongan - Jayapura. Terkejut pasti, tapi untuk mengatakan tak siap, kami tak mau berkata seperti itu. Selama ini kami sudah sering membahas tentang mutasi. Kami selalu meyakini, ketika saat itu tiba, Allah sudah menguatkan kami. Allah selalu memberikan yang terbaik pada hamba-Nya di waktu yang terbaik pula. Itu yang selalu tertanam dalam hati kami.
Hingga jam kantor sudah terlewat 1,5 jam, Pak Bojo tak kunjung menjemput aku. Mungkin dia butuh waktu untuk menenangkan diri sejenak. Biarlah dia mengambil waktu untuk menerima berita ini dengan ikhlas. Dan akupun menenangkan diriku sambil menunggu dijemput Pak Bojo. Aku harus tenang, agar Pak Bojo tenang. Aku harus kuat, agar dia pun kuat menjalani tugas di ujung timur Indonesia. Aku harus kuat, agar anak-anak kuat.
Mataku menatapnya dengan senyuman seraya berkata, "Gak apa-apa ya, insyaallah kita bisa." setelah aku memasuki mobil saat dijemput di depan kantor. Dia hanya menjawab dengan senyuman dengan langsung memelukku. Mungkin dia pun tak tahu harus berkata apa padaku. Kemudian yang tersisa dalam pikiran kami berdua adalah bagaimana cara memberi tahu anak-anak tentang kabar ini. Kami pun sepakat, nanti kita beri tahu mereka saat kita berdua sudah lebih tenang.
Begitulah, ternyata cinta itu saling menjaga. Aku berusaha kuat untuknya, dia pun berusaha kuat untukku. Padahal dalam hati kami sama-sama sedang menangis sedih.
Sambil menunggu waktu keberangkatan ke Jayapura, kami masih saja berusaha saling menguatkan betapa sedihnya hati kami masing-masing. Aku membuat list barang dan hal-hal apa saja yang perlu disiapkannya untuk ke Jayapura. Dia membuat list hal-hal apa di rumah yang perlu disiapkan sebelum berangkat ke Jayapura agar aku tak repot nanti di rumah, termasuk brain storming ke anak-anak. Aku tahu dia sedih, meski selalu berusaha menyembunyikan air matanya. Dia pun tahu, meski berkali-kali aku mengatakan, "Don't worry, we'll ok here" , aku menyimpan bendungan air mata yang siap untuk tertumpah.
Dari selembar SK mutasi ini aku belajar bahwa cinta itu saling menguatkan, cinta itu saling menjaga.
Tuesday, 27 October 2020
Character to Nation
Tuesday, 20 October 2020
Passion to Nation
Passion to Nation
Monday, 12 October 2020
The New Journey Begin
Sunday, 11 October 2020
Task 1: Mind Map Berbenah
Monday, 5 October 2020
Pemilihan Walikota Hexagon City
Sunday, 4 October 2020
Bunda Jadi Murid Gemari Pratama 4
Monday, 28 September 2020
Build My Hexa House
Hexagonia City, sebuah kota masa depan yang dibangun oleh sekumpulan ibu-ibu produktif dengan bekal passion-passion istimewanya. Masyaallah tabarakallah, luar biasa sekali rasanya bisa menjadi bagian dari kota keren ini.
Langkah pertama untuk ikut membangun kota adalah dengan membangun our own Hexa House. Rumah yang nyaman untum tempat tinggal dan mengembangkan passion kita.
NurulKu Hexa House, dibangun dengan konsep rumah sederhana yang nyaman dan asri. Dengan kolam ikan di depan menyambut siapapun yang akan memasukinya dengan kesejukan gemericik airnya. Sekeliling rumah dipenuhi dengan tanaman membuat suasana semakim segar dan nyaman. Area belakang rumah dilengkapi dengan playground dan kolam renang, menjadi pusat refreshing untuk seisi rumah. Isi rumah sendiri selain ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi dan dapur, ada perpustakaan dan writing corner. Untuk mendukung passion menulis, ruangan dibangun dengan space terluas di Hexa House, dilengkapi dengan mini library.
Nurul Ku Hexa House ini terletak di co-housing Kepenulisan. Bersama-sama tetangga-tetangga hebat, semoga kita bisa bersama-sama membangun Hexagonia City menjadi kota hebat abad ini.
Gak sabar rasanya menantikan kejutan-kejutan yang akan muncul dalam bigproject pembangunan Hexagon City. Semoga bisa terus semangat menjadi warga kota yang produktif. Terus berkarya, terus istiqomah menerbangkan passion hingga menjadi sumber kebermanfaatan diri baik di Hexagon City maupun di semesta ini.
Tuesday, 7 July 2020
Rayakan Kemajuan
#programmentorship #bundacekatan #institutibuprofesional
Tuesday, 30 June 2020
Fokus Pada Kemajuanmu
Tuesday, 23 June 2020
My Progress and False Celebration
Tuesday, 16 June 2020
Check In, Cek Perkembangan Proses Mentorship
Sudahkah Anda menyusun daftar poin yang diprioritaskan untuk dibahas?
Bagaimana perasaan Anda tentang memberi dan menerima umpan balik?
Bagaimana Anda mendengarkan satu sama lain, merefleksikan dan merefleksikan apa yang Anda dengar?
Daftar poin yang diprioritaskan untuk dijawab kalau dari saya sebagai mentee belum ada. Mungkin ini perlu dibuat agar mentor lebih mudah untuk membimbing saya. Ke depannya mungkin saya akan membuat daftar pertanyaan agar lebih sering berkomunikasi dengan mentor.
4. Pertanyaan penutup
Proses
Apa proses yang sudah Anda kerjakan dan masih Anda harapkan sampai di titik ini? Apakah semua ini bisa diukur? Yakin untuk mencapainya?
Proses yang sudah saya kerjakan selama ini mencoba membuat target. Di bulan Mei target saya adalah membuat Al Qur'an journaling yang dibagikan ke sosial media 1 kali seminggu. Di bulan Juni saya mencoba menaikkan target dengan membuat Al Qur'an journaling yang dibagikan ke sosial media 2 kali seminggu dan juga membahasnya dalam obrolan keluarga.
Baru minggu lalu mencanangkan target itu, saya sudah melanggar. Hehehe. Alasannya sih karena sedang adaptasi perubahan jadwal dari worsk from home kembali work in office.
Kudu semangat lagi,, menyediakan waktu bukan menyisakan waktu, menata lagi skala prioritasnya.
Empowering
Sumber daya apa yang tersedia untuk membantu Anda bergerak maju?
Kekuatan apa yang dapat membantu dan atau menghalangi?
Sebenarnya saya butuh info detail tentang Al Qur'an journaling. Step by stepnya yang benar seperti apa. Saya juga membutuhkan evaluasi apakah yang saya lakukan selama ini sudah benar.
Untuk kekuatan yang membantu atau menghalangi, mungkin saya terlalu tinggi dalam membuat target. Hehe
Follow up
Informasi apalagi yang dibutuhkan untuk solusi?
Adakah pro dan kontra dalam setiap solusi?
Apa langkah pertama untuk mencapai hasil?
Langkah pertama untuk mencapai hasil sepertinya saya belajar dari awal lagi dan memperbanyak komunikasi dan bertanta pada mentor.
Tuesday, 9 June 2020
Miliki Rencanamu
Tujuan tanpa perencanaan hanya akan menjadi harapan tanpa kenyataan.