Sunday, 31 December 2017

Refleksi Diri Tahun 2017


Me n my luvly family


31 Desember 2017

Alhamdulillah perjalanan sepanjang tahun 2017 sangat menyenangkan. Pak Bojo berkata saya banyak berubah. Level meledak-ledak saya mulai berkurang. Saya sudah gak terlalu baper dengan masalah kantor. Saya sudah jarang mengeluh bahkan gak pernah mewek-mewek karena masalah kantor dan seisinya.

Alhamdulillah saya merasa quality time dengan keluarga menjadi jauh lebih berkualitas. Saya merasa banyak hal yang bisa saya syukuri di tahun ini. Saya merasa tahun ini hati saya lebih tenang. Saya lebih kalem dalam menghadapi setiap persoalan. 

Alhamdulillah juga tahun ini saya diberi kesempatan belajar tentang banyak hal. Sudah lulus belajar Ilmu Sharaf dan akhir tahun ini melanjutkan belajar Ilmu Nahwu, semoga bisa lulus juga. Lulus program hafalan hadits level 1, gak lulus di level 2 karena gak bisa ikut ujian dan mulai akhir tahun ini mengulang level 2 dari awal. Program One Day One Line semoga lebih semangat di tahun depan agar bisa membersamai muroja'ah anak-anak dengan lebih optimal. Sayang untuk belajar Tahsin belum bisa konsisten, padahal gratis dan hanya seminggu sekali, tapi banyak sekali alasan yang membuat sering absen. Astaghfirullah.Bergabung di Institut Ibu Profesional menjadi gerbang yang membuka jalan  untuk semakin semangat menemukan passion saya. Bergabung dengan komunitas menulis dan komunitas mendongeng menjadi langkah awal untuk membangun mimpi di masa depan. 

Alhamdulillah banyak hal yang bisa saya syukuri di tahun 2017. Perjalanan dalam rangka bekerja yang membuat saya bertemu bermacam-macam kondisi dan karakter responden lagi-lagi membuat saya diingatkan untuk bersyukur. Proyek besar Sensus Ekonomi 2016 Lanjutan mempertemukan saya dengan para mitra, saudara-saudara baru saya di Kota Pekalongan tercinta. 

Alhamdulillah semua berjalan menyenangkan meski bukan berarti sempurna. Percikan percikan masalah juga pasti ada. Gesekan dengan tetangga, benturan dengan teman kerja, selisih paham dengan teman-teman lainnya maupun dengan keluarga itu mewarnai langkah di tahun ini juga. Beberapa kejutan yang tidak diharapkan juga pernah muncul dan mengalirkan air mata. Tapi semua itu menjadi pelajaran berharga untuk refleksi diri ini yang memang penuh dosa.

Satu hal yang menjadi catatan tahun 2017 adalah semangat yang luntur dalam menjaga kesehatan. Sudah dapat teguran dari Pak Bojo akhirnya tentang yang satu ini. 

Alhamdulillah perjalanan tahun 2017 diakhiri dengan beberapa silaturahim pada keluarga dan teman. Perjalanan yang cukup menghangatkan hati dan jiwa. 

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah tahun 2017 diawali dengan senyuman dan diakhiri dengan senyuman. Rasa syukur yang luar biasa untuk tahun penuh cerita dan ceria.

Ayat favorit saya di tahun 2017
Photo dari instagram @alia bonnie 

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?


Friday, 29 December 2017

Changemaker Family, Sebuah Tantangan di Tahun 2018



Video dari website Institut Ibu Profesional

Lagi-lagi Institut Ibu Profesional 'memaksa' saya untuk do something dalam perjalanan hidup saya. Setelah beberapa tantangan sepanjang kegiatan pembelajaran mulai dari matrikulasi sampai kelas Bunda Sayang yang sekarang sedang saya ikuti, sampai sekarang saat komunitas ibu-ibu pembelajar ini berulang tahun yang ke-6.

Pada ulang tahunnya kali ini IIP mengusung tema Changemaker Family yang diartikan sebagai keluarga yang senantiasa berpikir dan bertindak untuk membuat perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan. 

Untuk memenuhi tantangan ini saya mengusung tema tentang "No Gadget, Anak Tetap Ceria." Fenomena anak jaman now yang mulai kecanduan gadget dan juga ibu jaman now yang memberikan gadget pada anak dengan dalih biar anteng cukup menggelitik saya. Saya ingin berbagi inspirasi pada ibu-ibu semua bahwa kita bisa lho membuat anak-anak tetap ceria meski tanpa gadget ditengah mereka. Bukan berarti saya benar-benar melarang hadirnya gadget dalam hidup anak-anak saya. Tentu tidak, karena anak-anak masih butuh untuk mengikuti perkembangan jaman. Saya hanya membatasi waktunya saja. Dan saya ingin berbagi pada ibu-ibu semua tentang kegiatan-kegiatan seru yang bisa dilakukan anak-anak dan bersama kita orangtuanya tentunya. 

Ulasan lebih lanjut bisa dibaca di No Gadget, Anak Tetap Ceria. Semoga tantangan ini bisa mewarnai langkah kami di tahun 2018.

Terus belajar dan berbagi,
 terus berubah untuk menjadi lebih baik lagi.

#changemakerfamily
#IbuProfesional6th

Saturday, 23 December 2017

Aliran Rasa, Materi Level 2 Institut Ibu Profesional : Melatih Kemandirian Anak


Alhamdulillah pada level 2 ini saya mendapatkan badge Outstanding Performance yang artinya sudah mengerjakan tantanga selama 15 hari berturut-turut tanpa ada rapel karena terlewat hari. Peningkatan prestasi dibanding level 1, alhamdulillah semoga bisa lebih konsisten kedepannya.

Melatih Kemandirian Anak, materi level ini sangat luar biasa efeknya bagi saya dan keluarga. Awalnya saya berpikir ini tantangan yang mudah karena saya memang sudah membiasakan kawan-kawan untuk mandiri sejak mereka kecil. Ternyata proses dan hasilnya justru diluar ekspektasi saya. Selama ini saya dan Pak Bojo membiasakan kawan-kawan untuk mandiri bukan dengan mengajak tapi menyuruh. Selama ini saya juga tidak detail mengamati proses dan hasilnya. Saya hanya puas dengan yang tampak mata,  capaian mereka sudah sesuai dengan target yang saya inginkan. Tapi saya melupakan satu hal, apa mereka menjalaninya dengan bahagia?

Alhamdulillah dengan menjalankan tantangan ini saya 'dipaksa' untuk mengamati proses dan hasilnya. Saya merasakan manfaat positif sejak di level 1. Komunikasi saya dengan anak-anak menjadi lebih produktif, saya merasa jauh lebih dekat dan mengenal anak-anak. Terlebih untuk level 2 ini, mata saya berbinar saat Pak Bojo mengatakan kalau saya banyak berubah. Intensitas marah saya ke anak-anak sudah jauh berkurang. Pak Bojo juga mengatakan kalau saya sekarang menyediakan waktu lebih banyak untuk membersamai anak-anak. Alhamdulillah, semangat saya untuk belajar di Institut Ibu Profesional ini semakin bertambah.

Ada satu hal yang membuat terharu yaitu mendapat hadiah besar dari kawan-kawan kecil saya. Hadiah besar yang pernah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya, Kami Lebih Suka Ummi yang Seperti Ini. Mereka seakan menunjukkan kalau mereka lebih suka saya yang seperti ini. Mereka menunjukkan bukan dengan kata tapi dengan prestasi. Anak ragil meraih peringkat 1 dikelasnya pada Semester 1 ini. Anak mbarep alhamdulillah luar biasa juga mengalami peningkatan pesat pada hasil belajarnya, dia yang selama kelas 1 dulu tidak masuk 10 besar, sekarang bisa meraih peringkat 3 di kelasnya dengan isi kelas masih teman-teman yang sama. Ini hadiah istimewa bagi saya.

Pak Bojo pernah mengatakan, baik tidaknya perkembangan anak itu sangat bergantung usaha orangtuanya terutama ibunya. Inilah semangat saya untuk terus belajar memantaskan diri sebagai istri dan ibu yang semakin profesional.

Anak-anak sudah hebat,
kitalah orangtuanya yang memantaskan diri.
(Septi Peni Wulandari, founder Institut Ibu Profesional)
#aliranrasa
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandiriananak
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah

Friday, 22 December 2017

Kosong Hatiku Karena Kepergianmu, Penuh Jiwaku Dengan Semangatmu, Ibu

Aku dan ibu
Seperti dedaunan yang selalu rindu tetesan air hujan.

Seperti itu rinduku padamu ibu yang kini telah bahagia  di sisi Sang Pencipta Alam.

Seperti dedaunan yang layu kala dilanda kekeringan.

Seperti itu hatiku yang kosong sejak ibu pulang ke haribaan Tuhan.


Ibu, hari ini adalah tanggal 22 Desember. Orang-orang menyebutnya sebagai Hari Ibu. Kita tak pernah merayakan hari-hari seperti ini dulu. Bahkan ketika aku pernah ingin sedikit mengistimewakan hari ini untukmu, dulu ibu malah tertawa karena memang tak biasa. Karena sejatinya ibu istimewa setiap hari bagiku. 

Ibu, aku hanya ingin bercerita padamu. Cucu-cucumu kemarin terima raport semester satu. Alhamdulillah anak mbarep peringkat tiga dan anak ragil peringkat satu. Engkau memang tak punya waktu untuk mendampingi setelah pernikahanku. Kadang aku merasa iri melihat teman-teman didampingi ibunya dalam langkah-langkah awal membina rumah tangga. Mereka bisa belajar dan bertanya pada ibunya. Tapi aku, Allah lebih menyayangi ibu. Hingga tidak ada waktu bagiku untuk sejenak bertanya tentang ini itu seputar ilmu menjadi istri dan menjadi ibu. 

Ibu, itulah hebatnya dirimu. Secara fisik kau tidak ada di sampingku. Secara wujud tak ada hadirmu menemani langkah-langkah awal menjalankan perahuku. Tapi secara ilmu dan semangat kau selalu ada dalam hati, pikiran dan jiwaku. 

Ibu, itulah hebatnya dirimu. Hatiku kau buat kosong ketika pergi menghadap Illahi. Tapi jiwaku kau buat penuh dengan ilmu dan semangat darimu. 

Ibu, lihatlah cucu-cucumu yang luar biasa itu. Mereka rajin belajar sesungguhnya karena ibu. Ibu selalu berpesan padaku bahwa ibu tidak akan meninggalkan harta untukku karena jika itu yang ibu berikan maka akan habis dalam waktu yang tak lama. Ibu hanya akan memberiku ilmu yang dengannya aku akan bisa mencari sendiri jalan hidup terbaikku.

Ibu, kata-katamu seperti mantra bagiku. Cara ibu membesarkan dan mendidikku seperti panduan berharga dalam menapaki setiap langkah kehidupanku. Bahkan tanpa pernah kau membuat bimbingan khusus bagiku menapaki lembaran baru hidupku. Tapi sungguh, semangatmu tak pernah tertinggal dalam setiap hariku.

Ibu, ketika ku kadang mulai lelah dengan segala aktifitas sebagai istri dan ibu, lagi-lagi aku malu padamu. Aku berangkat sekolah pagi buta pun, nasi panas dan lauknya sudah terhidang penuh cinta di meja. Sarapan, adalah satu hal yang tak pernah aku lewatkan seumur hidupku bersamamu. Ibu adalah orang yang tidur paling akhir, bangun paling awal. Tapi lelah seakan tak pernah hadir pada wajahmu yang cantik itu.

Ibu, kau selalu mengajarkan hidup mandiri padaku. Kau tak pernah ingin aku bergantung dan bersandar pada orang lain. Dan ternyata pada akhirnya kau pun tak mau aku bersandar padamu. Mungkin itulah mengapa Allah memanggilmu setelah tujuh bulan pernikahanku. Pernikahan yang kau saksikan ketika stroke kedua sudah menyerang tubuh kuatmu. Ibu benar-benar ingin aku mandiri. Berdiri sendiri tanpa bergantung padamu. 

Ibu, kala itu aku sangat kehilanganmu. Kala itu hatiku kosong bersama kepergianmu. Kala itu aku bertanya pada Allah, mengapa tak diberi kesempatan tuk bahagiakan ibu. Ingin roboh rasanya aku. Tapi bayangan senyummu mengingatkanku pada sesuatu. Dulu waktu aku masih kecil saat aku bertengkar dengan kakak atau kawan, ibu selalu memintaku untuk mengalah, waktu aku tanya mengapa harus aku yang mengalah ibu menjawab, "Karena kamu kuat". Saat sudah remaja ketika aku mengalami kegagalan atau melalui hal-hal yang sulit aku bertanya pada ibu mengapa aku harus mengalami ini itu, ibu menjawab, "Karena kamu kuat."

Ibu, jawaban itu pula mungkin yang ingin kau berikan padamu ketika aku bertanya pada Allah mengapa secepat itu Dia memanggilmu. Bahkan saat aku belum sempat membahagiakanmu. Ibu pasti disana tersenyum dan menjawab, "Karena kamu kuat "

Ibu, kosong hatiku karena kepergianmu tapi penuh jiwaku dengan semangatmu.

Selamat Hari Ibu, untukmu pejuangku.

Dari aku anak ragilmu yang selalu dan akan selalu merindukanmu. 


Sebuah tulisan untuk Rumbel Literasi Media Institut Ibu Profesional Semarang dan Grup Menulis Asyik dan Bahagia BPS.


Thursday, 21 December 2017

Kami Lebih Suka Ummi yang Seperti Ini

Kawan-kawan kecil Ayah Ummi

Alhamdulillah,
.
.
Terimakasih kawan-kawan kecil Ayah Ummi. Kita akan terus belajar bersama lagi menjadi tim yang lebih kompak ya Nak.
.
.
Terimakasih partner belajar Ayah Ummi, benarlah adanya 'Madrasah pertamamu adalah ibu'. Jika ingin anak berproses menjadi lebih baik maka yang pertama kali harus memperbaiki diri adalah ibunya.
.
.
Masya Allah hari ini benar-benar menyadarkan Ummi betapa beruntung Ummi masih diberi kesempatan bertemu dan belajar bersama ibu-ibu pembelajar disana. Tak ada belajar yang sia-sia Nak dan tak ada kata terlambat untuk belajar.
.
.
Insya Allah Ummi akan terus belajar dan belajar memantaskan diri menjadi pendidik dan pendamping terbaik untuk kalian.
.
.
Mungkin bagi orang lain perasaan Ummi ini agak berlebihan. Tapi bagi Ummi ini adalah evaluasi diri. Betapa kalian menunjukkan pada Ummi, 'Kami lebih suka Ummi yang seperti ini'.
.
.
Maafkan Ummi jika selama ini kurang memahami kalian. Ummi janji nak, Ummi akan terus semangat belajar agar Ummi bisa lebih memahami kalian, Ummi lebih baik dalam menjadi pendamping dan pendidik kalian. Ini dia ternyata memang jurusan sekolah yang terbaik untuk Ummi. Bukankah selama ini Ummi ingin sekolah lagi. Dan ini jawabannya, sekolah di jurusan Ibu Profesional. Sekolah untuk menjadi ibu yang lebih baik lagi untuk kalian.
.
.
Terimakasih kalian telah menunjukkan pada Ummi, bukan lewat kata, justru itu yang sarat makna, "Kami lebih suka Ummi yang seperti ini".

Wednesday, 20 December 2017

Tantangan Rumbel Keker (Kreatifitas Anak Keren) IIP Semarang, 'Ungkapan Sayang Anak Pada Ibunya'

Menjawab tantangan Rumbel Keker (Kreatifitas Anak Keren) di grup Institut Ibu Profesional (IIP) Semarang untuk membuat ungkapan terimakasih atau sayang anak pada Ibu, saya mengajak partner belajar saya untuk berkreasi. Ungkapan ini bisa diwujudkan dalam bentuk kata-kata, puisi, gambar ataupun  wujud kreatifitas lainnya. 

Kami mungkin tergolong terlambat dari jadwal karena minggu lalu kawan-kawan kecil saya sedang sibuk belajar untuk ujian akhir semester 1. Tapi tak apa, tak ada kata terlambat untuk belajar dan berkreasi. 

Malam kemarin saya awali kegiatan bersama kawan-kawan dengan menjelaskan tentang Hari Ibu. Saya menjelaskan bahwa setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. 

"Macam di Upin Ipin, Meymey membuat kartu ucapan untuk Ibu", kata si kecil.

Iya betul sekali, saya mengajak kawan-kawan untuk membuat hal yang sama seperti yang dilakukan Meymey dan kawan-kawannya. Membuat kartu ucapan untuk Ibu, boleh dalam bentuk apa saja. 

Sayangnya karena terlalu asyik mendampingi mereka berkarya sampai saya lupa untuk merekam dan mengabadikan proses berkreasi mereka. Alhamdulillah punya dua jagoan dengan karakter yang berbeda membawa warna tersendiri dalam pola didik yang saya terapkan di rumah. 

Anak mbarep yang melankolis langsung menyusun kata untuk mengungkapkan rasa sayang dan terimakasih pada ibu. Sedangkan anak ragil langsung membuat kata 'Terima Kasih' dengan ukuran besar yang nantinya akan diberi warna katanya. 

Hal yang paling menarik bagi saya adalah saat si anak mbarep mau menambahkan kata terimakasih juga dibawah kalimat yang sudah dia tulis. Tapi anak mbarep merasa tidak bisa menuliskan kata 'Terima kasih' dengan ukuran besar seperti yang dituliskan adiknya. Mengharukan bagi saya saat melihat mereka bekerjasama, Mas nya meminta tolong pada adiknya untuk menuliskan dan adiknya dengan ringan tangan mau membantu Mas nya. 

Kerukunan mereka ini justru menjadi hadiah besar buat saya. Dalam hati saya berdo'a semoga mereka selalu rukun, saling tolong dan saling sayang selamanya. 

Kembali pada kreasi mereka, ada satu lagi perbedaan. Anak mbarep beberapa kali bertanya pada saya, "Boleh gak kalau Mamas nulis begini?" atau "Boleh gak kalau huruf ini diberi warna ini?". Sementara anak ragil berkreasi dengan tenang dan santai bersama idenya. Tanpa bertanya apapun pada saya, tiba-tiba dia menunjukkan hasilnya. 


'Aku sayang ibu. Terimakasih ibu karena kau telah menjagaku dengan baik. Dan kau telah menyayangiku. Aku juga menyayangimu ibu. Dan ibu membelikan benda yang kuinginkan.'

Ini hasil karya anak mbarep si melankolis dan romantis. Dia selalu berhasil meluluhkan hati ibunya. Anak mbarep yang penyayang dan sangat perhatian pada ibunya. 



Ini adalah hasil karya anak ragil. Dia yang lebih lugas dalam mengungkapkan perasaanya dan lebih percaya diri untuk mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Dia menggambarkan bunga dan rumah karena menurut dia, Ummi suka bunga dan suka di rumah. Dia menggambarkan dua bunga yang awalnya mawar dan melati. Tapi karena bunga melati itu putih, kalau digambar gak kelihatan warnanya maka diganti bunga matahari sama dia. Hehehe. Selalu ada saja ide kreatifnya. Lalu dia juga menyampaikan kalau di dalam rumah itu ada empat orang. Ada yang sedang tidur dan ada yang sedang berjalan. Hmmmm, kira-kira siapa ya yang menurut anak ragil sedang tidur itu????

Tuesday, 19 December 2017

Duo Fahlavi Belajar Berbicara?



Pulang kerja sore ini disambut dengan cerita seru dari kawan-kawan kecil saya. Mereka membuka kulkas dan menunjukkan hasil karya mereka. 

Es Krim Milo.

Mereka membuatnya bersama siang ini, saat saya masih kerja. Saya pun meminta mereka menjelaskan bagaimana cara membuat Es Krim Milo nya itu. 

Ini edisi pertama sekaligus edisi percobaan. Tujuan saya untuk melatih kepercayaan diri mereka dan juga mengembangkan kemampuan verbal mereka. Setelah bulan lalu saya ajak mereka menulis cerita tentang 'serunya hari mereka', sekarang kita latihan berbicara. 




Setelah melalui edisi percobaan menjelaskan cara membuat Es Krim Milo, saya tawarkan kembali pada kawan-kawan kecil saya, "Siapa yang mau menjelaskan lagi cara membuat es krim sendirian bukan berdua?".

Anak mbarep langsung bersemangat dan anak ragil langsung mengatakan, "Aku tak nak."

Baiklah ini dia anak mbarep dengan susunan katanya sendiri. Good job nak, berusaha memperbaiki susunan kata setelah melihat rekaman video edisi percobaan tadi.


Ok, next time kita belajar menyusun kalimat yang lebih baik lagi ya nak. 

Monday, 18 December 2017

Celotehan Anak Jaman Now

"Ayah itu mau jadi warga biasa aja lah"

Dan tiba-tiba ada yang nyeletuk diantara obrolan kami, "Iya dan Ummi itu jadi ibu rumah tangga saja."

Sontak kami pun tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Kenapa malah ketawa? Emangnya aku salah?", dengan sorot mata tajam dia menatap kami. 

Pelukan gajah pun langsung menyergap anaknya, "Siap kapten."

Luv both of you
"Kacamata baru Ummi bagus.", dia menatapku dari dekat.

"Ummi cantik ya kalau pakai kacamata baru ini?", tanyaku.

"Ummi cantik kalau pakai jilbab.", jawabnya.

"Kalau gak pakai jilbab tetap cantik kan?", aku tak terima dengan jawabannya.

"Enggak", dengan enteng dia menjawab sambil memandang Upin Ipin sedang membantu Opa berkebun.

Sunday, 17 December 2017

Duo Fahlavi Belajar Menulis Cerita

Bulan lalu sebelum kawan-kawan mulai ujian akhir semester 1, saya mencoba mengajak mereka untuk belajar bercerita. Sebagai motivasi awal saya janjikan reward yang masih dirahasiakan wujudnya apa. Mereka yang awalnya ogah-ogahan untuk menulis sedikit tergugah semangatnya terpancing dengan reward yang saya tawarkan.

Saya mengajak mereka untuk menulis cerita tentang serunya hari ini. Kawan-kawan boleh menulis apa saja yang ingin mereka ceritakan. Mereka harus menulis minimal satu halaman penuh buku tulis. 

Ini dia hasilnya. 



Hasil karya anak mbarep

Hasil karya anak ragil
Good job kawan-kawan. Alhamdulillah mereka adalah partner belajar dam bermain yang menyenangkan. Ini baru percobaan ya nak, next time kita susun jadwal yum untuk belajar menulis cerita lagi.

Saturday, 16 December 2017

Saya Hanya Remahan Rengginang

Poto: wikipedia.org

Seringkali saat kambuh penyakit minder saya, kalimat sakti yang muncul dari hati pikiran dan mulut saya adalah 'Apalah saya ini hanya remahan rengginang di pojokan kaleng bekas Konghuan'. Itu kalimat andalan saat saya benar-benar merasa bukan siapa-siapa di tengah orang-orang hebat sekitar saya. 

Di rumah saya hanyalah seorang anak ragil yang tak tahu bagaimana kabar saudaranya, di perumahan saya hanyalah tetangga yang gak pinter masak seperti tetangga lainnya, di sekolah saya hanyalah wali murid yang gak gaul seperti ibu-ibu wali murid lainnya, di kantor apalagi saya hanyalah pegawai yang suka berisik dan miskin ilmu dibanding pegawai lainnya. 

Semua hal itu kadang muncul berbarengan dan sukses membuat hari saya kelabu. Sampai beberapa hari lalu saya dipertemukan dengan salah satu teman dalam komunitas Institut Ibu Profesional (IIP) Semarang dalam momen CoD, Celebrity of the Day. Beliau sosok yang sangat mempesona bagi saya. Konsepnya dalam mendidik anak dan mengembangkan keluarganya melalui konsep Family Branding sangat luar biasa. Keberhasilan beliau untuk merangkul suami belajar bersama dalam hal pendidikan keluarga juga mengagumkan. 

Satu sentilan yang saya dapatkan dari beliau saat kulwap adalah tentang kata-kata saya yang menyamakan diri dengan remahan rengginang. Beliau menyampaikan bahwa rasa minder itu muncul justru karena kata-kata kita sendiri yang merefleksikan diri dengan remahan rengginang. Sehingga itu akan secara tidak sadar tercermin pada cara kita membawakan diri ketika berhadapan dengan orang-orang yang menurut pemikiran kita lebih wow dan hebat.

Menurut Mbak Ilva, kita merasa bukan siapa-siapa tapi bagi pasangan, anak dan keluarga, kita adalah seseorang yang luar biasa. Agar kembali rasa percaya diri kita jangan segan untuk menawarkan dan berbagi ilmu kepada teman-teman dan komunitas. Dari situ juga teman-teman akan tahu kapasitas kita. Cobalah untuk rileks  dan semangat dalam membangun citra positif. 

Momentum tahun baru 2018 akan menjadi titik balik yang tepat untuk meninggalkan kalimat 'Apalah saya ini, hanya remahan rengginang di dalam sudut paling dalam kaleng bekas Konghuan'. 

Angkat dagumu dan melangkah dengan penuh percaya diri. Percaya bahwa Allah menciptakan kita ke dunia bukan tanpa manfaat. Tinggal bagaimana kita menggali manfaat apa yang bisa kita bagikan untuk sekitar kita. 

Friday, 15 December 2017

Kota Pekalongan, Jawaban Untaian Do'a


Kota Pekalongan.

Kota kecil yang memberikan warna tersendiri dalam kehidupan keluarga kami. Tak pernah sedikitpun terpikir dahulu kami akan kesini.

Kota Pekalongan.

Alhamdulillah merupakan sebuah jawaban atas do'a-do'a kami. Kembali ke tanah Jawa, kota kecil, lingkungan yang baik dan nyaman untuk anak-anak. Menciptakan kenangan indah di masa kanak-kanak mereka.

Kota Pekalongan.

Sejuta asa terajut disini. Melanjutkan do'a-do'a yang kami yakini akan dijawab Allah. Jawaban do'a seindah Kota ini yang diberikan Allah pada kami.

#nurulkuphoto #nurulkustory

Thursday, 14 December 2017

Mandiri, Berlatih Berdiri Diatas Kaki Sendiri


Anak-anak bukan benar-benar milik kita, melainkan kita diamanahi untuk mendidik dengan sebaik-baiknya.
 (Mbak Asri Diana Kamilin, Fasil Kelas Bunsay#3_JawaTengah)


Anak-anak Ayah Ummi


Dear anak-anak Ummi, 

Mungkin dimasa kecil kalian ini Ayah dan Ummi mendidik kalian terlalu keras. Kami selalu melatih kalian untuk mandiri melakukan apapun juga. Membereskan tempat tidur, mandi, menyiapkan baju sendiri, membereskan piring setelah makan, menata pelajaran, menyapu, mengepel, dan masih banyak lagi. 

Kalian pun tidak pernah dengan mudah mendapatkan apa yang kalian inginkan. Mungkin kalian ingin mainan seperti teman-teman lain, tapi kalian tahu tidak pernah mudah mendapatkan itu semua bagi kalian. Saat teman-teman kalian tinggal minta ini itu pada orang tuanya, kalian harus menabung dulu, menyisihkan uang jajan untuk bisa membeli barang yang kalian inginkan. Atau kalian harus membuat suatu prestasi agar mendapat reward dari kami. 

Dear anak-anak Ummi, 

Mungkin ini akan terasa berat untuk kalian sekarang. Tapi suatu saat nanti ketika kalian sudah dewasa, kalian akan menyadari bahwa ini adalah bekal berharga untuk langkah kalian dikemudian hari. Kami pun akan terus berusaha sebagai orang tua untuk tetap membuat masa kecil kalian sebahagia mungkin meski latihan hidup mandiri tetap wajib hukumnya.

Dear anak-anak Ummi,

Ummi hanya ingin kalian nanti terbiasa untuk berdiri diatas kaki sendiri. Ummi haya ingin kalian tidak terbiasa untuk bergantung pada orang lain, pun itu Ayah dan Ummi. Kalian harus menjadi anak yang mandiri, bertanggung jawab atas kehidupan kalian sendiri. Menjadi anak yang percaya diri dalam memutuskan dan menjalani segala hal. 

Dear anak-anak Ummi,

Ummi tak pernah tahu sampai kapan Ummi akan bisa menemani kalian. Do'a Ummi agar Ayah Ummi diberi umur panjang untuk bisa mendampingi kalian lebih lama hingga anak cucu cicit kalian kelak. Tapi umur siapa yang tahu, itu catatan rahasia Allah nak. Oleh karena itu Ummi merasa harus menyiapkan segalanya. Termasuk menyiapkan kekuatan kalian untuk bisa hidup mandiri, berdiri diatas kaki sendiri dan tak terbiasa bergantung pada orang lain.

Dear anak-anak Ummi,

Terimakasih sekali sudah hadir didalam hidup Ayah  Ummi. Ummi sangat bersyukur Allah mengamanahkan kalian, anak-anak hebat, kepada Ayah Ummi. Dari bayi kalian gak pernah rewel berlebih. Sampai sekarang pun kalian selalu menghadirkan bahagia. Ayah kalian sering berkata, anak itu bisa menjadi berkah dan bisa menjadi fitnah. Kami harus bisa mendidik kalian dengan baik agar kalian menjadi berkah bukan fitnah. 

Dear anak-anak Ummi,

Mbah Uti almarhumah, dulu sering berkata pada Ummi kalau beliau tidak akan meninggalkan harta pada Ummi. Karena harta tak lama habisnya. Tapi kalau meninggalkan ilmu tak akan ada kata habisnya. Begitupun Ummi nak, sejak kecil ingin menanamkan ilmu terbaik pada kalian, bekal paling berharga untuk kehidupan kalian nantinya

Dear anak-anak Ummi, 

Contoh sudah ada didepan mata, mana yang biasa bersandar mana yang biasa berdiri dan berlari diatas kaki sendiri. Semoga kalian bisa mengambil hikmah dari setiap apa yang kalian lihat dan kalian hadapi dalam hidup ini. 

Peluk cium dari Ayah Ummi yang senantiasa bersyukur atas hadirnya kalian dalam hidup kami. 


#harike15
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjateng

Wednesday, 13 December 2017

Apresiasi Usaha Anak Untuk Mandiri

Anak ragil dengan mainannya

Anak ragil besok masih ada ujian pelajaran Batik dan penilaian membaca Asmaul Husna. Tadi sudah belajar dan mengerjakan soal bareng Ummi. Gak seperti malam ujian sebelumnya, kali ini anak ragil mengawali belajarnya dengan mengeluarkan mainannya. Robot dan mobil-mobilan dia jejer-jejer di kasur. 

Lalu Ummi harus bagaimana? 

Secara default Umi akan marah, lha wong waktunya belajar kok malah mengeluarkan mainan. Alhamdulillah malam ini mode default nya Ummi sedang off. Jadi Ummi bisa 'menganalisis' dulu, ada apa dengan cinta? 

Analisis pertama, sepanjang malam ujian kemarin anak ragil gak pernah seperti ini. Dia selalu serius belajar gak pernah dia sambi dengan mainan apalagi yang sengaja sekali seperti ini. Analisis kedua, pengamatan sepanjang waktu belajar. Apakah anak ragil selama waktu belajar bisa konsentransi meski ada jejeran robot dan mobil-mobilan di sebelahnya? Ternyata dia konsentrasi dengan baik. Hmmmm, ok. 

Setelah belajar bareng, tadi Ummi meminta dia untuk membaca ulang seluruh materi Batik nya. Bukannya belajar, dia sibuk dengan percakapan bersama mainannya. Baiklah tarik nafas panjaaaaaang lalu hembuskan. Banyak jalan menuju Roma kan ya?

Gak mau membaca materi bukan berarti waktu belajar cuk sampai disini ya nak. Ummi pun tak mau kalah, Ummi ajukan beberapa pertanyaan berdasarkan materi pelajaran Batik nya. 

Bagaimana hasilnya?

Anak ragil ini memang selalu membuat saya gemeeeeeeshhhhh. Sambil menjalankan mobil-mobilan dan mengisi suara robotnya dia menjawab semua pertanyaan saya dengan santai dan benar. Bikin gemes banget kan?

Analisis ketiga sekaligus kesimpulan saya, kenapa anak ragil malam ini malah mengeluarkan mainannya pada saat jam belajar? Mungkin anak ragil merasa sudah cukup bisa dan percaya diri dengan pelajaran yang ini. Sehingga dia merasa tak apa lah kalau sambil bermain juga. Atau mungkin juga dia sudah lelah belajar untuk ujian seminggu ini dan butuh rehat dari keseriusan itu. 

Ah nak, Ummi jadi ingat materi pelajaran Ummi sendiri.

Bukankah beberapa hari ini kamu sudah menunjukkan progress yang sangat baik dalam latihan kemandirian kita? Seharusnya Ummi pun juga harus berlatih untuk menghargai setiap langkah yang kamu pilih. Termasuk malam ini, langkah kamu untuk akhirnya mengeluarkan mainan adalah buah dari pemikiranmu yang tentunya sudah kamu sadari sepenuhnya resikonya. Resiko untuk dimarahi Ummi. Hehehe

Dan benar saja, kamu membuktikan pada Ummi kalau kamu bisa mempertanggung jawabkan pilihan langkahmu. Kamu mengeluarkan mainan dan kamu tetap bisa menjawab semua pertanyaan dari Ummi.

Ah nak, ternyata Ummi yang masih harus banyak belajar ya.

Bukankah dengan melatih kemandirian juga akan menimbulkan rasa bertanggung jawab? Dalam materi belajar Ummi di kelas Bunda Sayang dijelaskan bahwa hidup mandiri menuntut kita untuk bisa membuat keputusan yang baik oleh diri sendiri yang secara tidak langsung akan menumbuhkan rasa bertanggung jawab. Segala keputusan dan perbuatan yang dilakukan maka kita sendiri yang menanggung resiko baik dan buruknya.

Ummi juga berusaha mengingat kembali pelajaran tentang beberapa hal yang harus dilakukan orang tua jika ingin anaknya belajar mandiri:
  • Beri kesempatan anak untuk memilih dan membuat keputusan sendiri. 
  • Hargailah atau apresiasi usahanya dalam mengatasi masalah secara mandiri.
  • Hindari banyak bertanya agar anak tidak merasa terkekang.
  • Jangan langsung menjawab pertanyaan, berikan kesempatan berpikir pada anak.
  • Dorong untuk melihat alternatif dalam pemecahan masalahnya.
  • Jangan patahkan semangatnya.
Baiklah, rupanya malam ini Ummi harus belajar memberikan apresiasi padamu yang telah berusaha untuk lebih mandiri. Terimakasih nak atas pelajaran berharganya malam ini. 

Luv u so. 

Anak ragil sedang membaca Asmaul Husna




#harike14
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjateng

Tuesday, 12 December 2017

Mandiri, Kebiasaan yang Perlu Dilatih, Latihan yang Perlu Dibiasakan

Sudah masuk hari ke-13 dalam tantangan melatih kemandirian  bersama my partner si anak ragil. Alhamdulillah progressnya luar biasa. Saya harus banyak-banyak bersyukur. Dan benar saja anak-anak itu adalah sebuah kanvas putih dan kita orang tua adalah pelukisnya. Kita yang menentukan bagus tidaknya lukisan itu nantinya. 

Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk belajar memantaskan diri sebagai individu, istri dan juga ibu yang baik melalui Institut Ibu Profesional. Saya yang gak punya bekal apa-apa sebelumnya dalam memasuki dunia rumah tangga bisa menyerap banyak ilmu dari komunitas keren ini. Selain materi yang luar biasa pada setiap level, saya juga dipertemukan dengan teman-teman yang luar biasa. Terakhir saya dibuat melongo dengan kehadiran Mbak Ilva yang mengusung bahasan tentang Family Branding dalam CoD alias Celebrity of the Day. Semoga next time ada kulwap tentang ini agar saya bisa belajar lebih banyak lagi. 

Kembali ke progress melatih kemandirian anak ragil. Beberapa hari lalu ditengah kehebohan pagi kami yang agak kesiangan, kawan-kawan kecil saya meminta tolong untuk dibukakan kancing seragam dan dipasangkan ikat pinggang pada celana mereka. Jadi ceritanya si bude kalau setrika baju pasti dipasang semua kancingnya biar rapi. Oke sih meski agak ribet saat mau pakainya. Nah waktu itu saya bilang, "Lain kali seragamnya disiapkan pas malam aja gimana? Kan enak pagi gini tinggal pakai. Gak repot."

Malam harinya saya ingatkan mereka untuk menyiapkan seragam seperti yang saya katakan saat pagi. Mereka menyiapkan seragam, membuka kancing-kancing seragam dan memasang ikat pinggangnya juga. Keesokan paginya mereka baru merasakan manfaaat dari apa yang sudah mereka lakukan di malam hari. Ritual pagi jadi lebih cepat. 

Nah yang buat saya bersyukur adalah malam berikutnya tanpa diingatkan anak ragil sudah menyiapkan seragam dengan sendirinya. Setelah selesai belajar dan gosok gigi sebelum tidur, dia langsung menyiapkan seragamnya. Saya gak mau ketinggalan momen untuk merekam aktivitas ini. Tapi rupanya dia keberatan kalau kegiatannya direkam, malu dia. Tenang nak, insya Allah apa yang kita rekam, tulis dan bagikan ini bisa menginspirasi ibu-ibu lain dalam melatih kemandirian anak-anaknya. Seperti halnya Ummi yang juga banyak terinspirasi dari ibu-ibu hebat melalui tulisannya dalam hal memberikan yang terbaik untuk keluarga. 


Anak ragil sedang menyiapkan seragam


#harike13
#gamelevel2 
#tantangan10hari 
#melatihkemandirian 
#kuliahbunsayiip 
#kelasbundasayang 
#institutibuprofesional 
#iippekalongan 
#iipsemarang 
#iipjateng

Monday, 11 December 2017

Tumbuh Bersama Menjadi Anak Mandiri


Selesai belajar tadi malam saya memberi tahu kawan-kawan kalau sprei harus diganti seminggu sekali. Saya mengajak mereka untuk mengganti sprei esok hari sepulang sekolah. Ternyata mereka sudah tak sabar lagi. "Sekarang aja ya kita ganti spreinya.", minta mereka. 
Saya persilahkan saja mereka untuk mengganti sprei asal langsung tidur setelah itu agar gak kesiangan bangunnya besok pagi. 

Mereka langsung melepas sprei dan sarung bantal guling. Saling bekerjasama mengganti sprei. Tanpa terlalu banyak arahan bahkan hampir tanpa arahan dari saya, mereka menyelesaikan sendiri kegiatam ganti spreinya. 

Ya Allah terharu sekali. Rasanya baru kemarin saya memompa ASI untuk mereka. Sekarang mereka sudah bisa bekerja sama untuk mengganti sprei. Antara bangga dan terharu. Bangga karena mereka sudah mandiri bahkan untuk merapikan kamarnya sendiri. 

Luv u so nak.


#harike12
#tantangan10hari
#gamelevel2
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjateng

Sunday, 10 December 2017

Mandiri Meningkatkan Rasa Percaya Diri


Apa ya yang sedang dilakukan anak ragil dalam poto itu?

Ceritanya tadi siang sepulang dari mushola untuk mengikuti peringatan Maulid Nabi, anak ragil langsung membuka kulkas. Dia mau minum susu tapi sepertinya dia kesulitan membuka kaleng susunya. Saya sengaja diam saja menunggu reaksi berikutnya dari anak ragil yang super cerewet ini. 

Saya menahan senyum melihat usahanya. Dia utak atik kaleng susu sampai pengaitnya lepas. Saya menghitung mundur sampai dia menyerahkan kaleng itu pada saya dan meminta tolong dibukakan. Ternyata sampai hitungan habis, dia tak kunjung meminta tolong. Anak ragil malah pergi begitu saja. Saya pikir mau minta tolong ayahnya. Ternyata bukan juga, anak ragil pergi ke dapur untuk mengambil gunting. 

Saya semakin penasaran apa yang mau anak ragil lakukan dengan gunting dan kaleng susu?

Nah itu dia yang dilakukan seperti yang terlihat dalam poto di atas. Anak ragil berusaha membuka kaleng susu dengan gunting. Meski hasilnya gak terbuka sempurna karena gunting hanya bisa membuat lubang kecil, tapi setidaknya dia berhasil meminum susu itu sampai tetes terakhir. 

Lha terus apa hubungannya dengan mandiri?

Manfaat dari hidup mandiri adalah menumbuhkan rasa percaya diri, belajar menganalisa, bertanggung jawab, mengembangkan daya tahan mental, kreatif dan memiliki pemikiran kritis. 

Inilah hubungannya antara aksi membuka kaleng dengan belajar mandiri. Si anak ragil jadi lebih besar kemauannya untuk mengatasi masalahnya sendiri. Mencoba menganalisa masalah yang dia hadapi dan berpiki kritis untuk mencari solusinya. Ketika dia berhasil dengan pemikirannya maka akan tumbuh rasa percaya diri yang tinggi. 

Good job nak!!

Kemandirian erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Apabila kita ingin meningkatkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandiriannya.

Baca juga :  Melatih Kemandirian, Sepuluh Hari Untuk Selamanya


#harike11
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#edisibonus
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjateng

Multazam, Mushola Ramah Anak

Hari ini ada acara peringatan Maulid Nabi di Mushola kami, Mushola Multazam. Alhamdulillah antusias warga perumahan tergolong tinggi untuk menghadiri acara ini. Tak ketinggalan rombongan anak-anak juga ikut hadir disini. Warga perumahan tempat saya tinggal sebagian besar adalah keluarga muda. Jadi jangan kaget kalau mushola kami dipenuhi dengan anak-anak. 

Photo by Om Sigit

Saya sangat bersyukur berada di lingkungan yang memiliki mushola ramah anak. Saat sholat berjama'ah, anak-anak tak kalah semangat dengan para orang tua untuk berlarian ke mushola begitu mendengar adzan berkumandang. Menjelang maghrib anak-anak yang sedang nyore bermain bersama langsung berlarian pulang. Tak lama kemudian akan terdengar suara mereka saling memanggil teman di rumahnya masing-masing untuk mengajak sholat berjam'ah ke mushola.

Anak-anak ikut meramaikan peringatan Maulid Nabi

Lalu bagaimana suasana di mushola?

Namanya anak-anak jangan bayangkan akan bisa rapi seperti harapan kita para orang tua. Saat yang satu anteng, yang satunya jawil-jawil. Nanti ada yang masih balita bahkan batita berlarian kesana kemari. Tapi ada juga barisan anak-anak yang sudah SD atau SMP yang sholatnya alhamdulillah sudah rapi. 

Lalu bagaimana reaksi para orang tua dan takmir masjid?

Alhamdulillah kami para orang tua bisa saling maklum disini. Tentunya dengan tetap memberikan pengertian dan pemahaman tentang aturan di mushola pada anak-anak di rumah kami masing-masing. 

Benar-benar ini rejeki. 

Pernah menemukan ini di masjid suatu daerah lain
Saya sedih kalau menemukan masjid yang memasang pengumuman 'Dilarang membawa anak kecil ke dalam masjid'. Dalam hati saya bertanya, "Lalu harus dibawa kemana anak-anak kecil kita?".

Kembali ke mushola Multazam pada acara peringatan Maulid Nabi. Barisan anak-anak berjejeran di mushola pagi ini, padahal ini hari Minggu. Ini hari libur mereka setelah mereka disibukkan dengan ujian akhir bagi yang SD dan SMP. Tapi anak-anak sejak pagi sudah memenuhi mushola. Padahal bisa saja mereka lebih memilih untuk bermain bersama di hari liburnya ini kan?

Ini yang ingin sekali lagi saya syukuri. Mushola ramah anak adalah awal dari gerakan cinta mushola, cinta masjid pada generasi selanjutnya. Sejak kecil mereka sudah biasa akrab dengan kegiatan-kegiatan di mushola. 

Teringat pada bulan Ramadhan, setiap hari disini diadakan pengajian menjelang berbuka dengan sajian ta'jil yang disediakan bergilir oleh semua warganya. Anak-anak dengan semangat pergi ke mushola menjelang berbuka. Mungkin sekarang tujuan mereka masih untuk berbuka bersama teman-temannya, untuk mendapatkan ta'jil yang beraneka ragam jenisnya. Tapi ini adalah langkah awal bagi mereka untuk mencintai masjidnya yang kemudian akan membuat mereka mencintai kegiatannya disana dan akhirnya menyerap banyak ilmu dari sana. 

Makan siang bersama menambah suasana'rahat'

Selain ramah anak, takmir mushola kami juga selalu berusaha membuat kegiatan untuk memakmurkan masjid. Bagi kami kegiatan seperti peringatan Maulid Nabi ini adalah ajang silaturahim warga. Semua warga berbondong-bondong berkumpul ke mushola untuk menghadiri majlis ilmu. Suasananya 'rahat' kalau kata orang Pekalongan. 

Alhamdulillah, terimakasih tak terkira untuk bapak-bapak takmir mushola Multazam atas ketulusan dan kerja kerasnya memakmurkan mushola. Untuk kesabarannya dalam mengajak anak-anak kita untuk semangat ke mushola. Semoga kami para warganya juga senantiasa tertular semangatnya dalam memakmurkan mushola kita.

Baca juga : Hidup Itu Bukan Lomba Lari

Saturday, 9 December 2017

Melatih Kemandirian, Sepuluh Hari Untuk Selamanya

Anak mbarep pulang ujian lebih dulu hari ini dibanding adiknya. Sambil menunggu waktu menjemput adik, saya beri dia tugas mencatat list belanja bulanan yang perlu kita beli. Dia semangat sekali melongok ke dapur, membuka box penyimpanan, memeriksa ini itu mana yang sudah habis dan perlu dibeli.

Hhhhhh....dan emaknya pengen mewek. Ternyata anaknya sudah besar.

Catatan belanja anak mbarep
Itu dia barang-barang yang menurut anak mbarep perlu dibeli. Benar-benar membuat emaknya pengen mewek. Rasanya baru kemarin dia belajar membaca dan sekarang dia sudah bisa mencatat list belanja. 

Hari ini kami pun mengisi weekend dengan belanja ke supermarket. Karena anak mbarep sudah membuat catatan belanja, dia pun semangat sekali begitu sampai di supermarket. Memilih ini itu dan memasukkan ke troli. Tentu kali ini personil sudah lengkap karena anak ragil sudah pulang ujian sekolah. Anak ragil juga gak kalah semangat untuk belanja, apalagi dia sudah makan bakso Malang 2 porsi sebelumnya.

Tak terasa tiga jam kami habiskan waktu di supermarket. Sesampainya di rumah, perut yang sudah terisi bakso Malang sudah terasa lapar lagi. Kawan-kawan langsung membuka sereal yang tadi mereka beli, sementara saya dan Pak Bojo menikmati tape singkong Raja Madu yang juga kami beli di supermarket.

Anak ragil sedang membersihkan kamar
Setelah perut sudah kembali anteng, saya ajak kawan-kawan untuk menata barang belanjaan. Anak mbarep dan anak ragil sekalian membersihkan kamar sebelum menata barang belanjaan mereka yang selain sereal, susu dan sosis juga berisi parfum dan minyak rambut mereka. Mereka saling bekerja sama untuk membersihkan kamar. Anak mbarep mengambil sulak, anak ragil menurunkan barang-barang yang ada di atas Macaron TV Cabinet. Kemudian anak mbarep merapikan tempat tidur dan anak ragil membersihkan debu di atas Macaron. Terakhir mereka menata kembali barang-barangnya ditambah dengan hasil belanja mereka. 

Macaron TV Cabinet sudah rapi kembali
Alhamdulillah, sepuluh hari sudah saya secara 'khusus' mengamati perkembangan hasil belajar kemandirian mereka terutama anak ragil. Alhamduliah juga hasilnya bukan hanya bagus dan memuaskan tapi justru membuat saya ternganga. Dua jagoan kecil Ayah Ummi yang hebat, sejak kecil selalu menjadi anak-anak yang menyenangkan. Sampai sekarang kelas satu dan dua SD mereka dengan senang hati diajak belajar mandiri.

Insya Allah belajar kita bukan hanya sepuluh hari ini ya nak, tapi selamanya akan terus belajar untuk bisa hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Next kita akan memulai pelajaran-pelajaran lain yang gak kalah seru dari ini nak. 

Do'a terbaik selalu Ayah dan Ummi panjatkan untuk kalian kawan-kawan kecil agar selalu sehat, sholeh, cerdas dan bermanfaat untuk umat.  


#harike10
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjateng

Friday, 8 December 2017

Mandiri, Dari Hal Kecil Untuk Manfaat Besar

Hari ke-9 tantangan game level 2 Melatih Kemandirian di kelas Bunda Sayang Institut Ibu Peofesional. Alhamdulillah setelah menjalani pembelajaran level 1 dan masih proses pembelajaran level 2 ini efek yang paling saya rasakan adalah semakin dekat dengan anak-anak. Sebelumnya sudah dekat pastinya tapi dengan proses pembelajaran yang 'memaksakan' kita untuk mengamati setiap interaksi dengan anak itu membuat kedekatan kita lebih berkualitas. Merasa sangat beruntung bisa bergabung dengan komunitas ini.

Dihari ke-9 ini masih bersama my partner yang super cerewet yaitu si anak ragil. Jangan bosan ya dengan cerita saya tentang melatih kemandirian ini. Jangan bosan juga untuk ikut praktek melatih kemandirian pada anak-anak Anda semua ya ibu-ibu hebat. 

Seperti yang sudah saya tuliskan pada part sebelumnya bahwa kemandirian bukan hanya bisa diajarkan tapi juga bisa dibiasakan dan ditularkan. Yup, dibiasakan. Mulai dari hal sekecil-kecilnya karena kebiasaan baik yang sekarang dianggap kecil itu akan menjadi hal besar suatu saat nanti. 

Ini teori dari mana?

Itu teori saya sendiri sih. Hehehe. Budaya mengantri contohnya, kalau sudah dibiasakan dari kecil untuk mengantri dijamin gak ada yang namanya menyerobot antrian karena gak sabar menunggu. 

Nah, kemandirian pun sama bisa dimulai dari hal yang kecil. Seperti yang sedang kami biasakan pada kawan-kawan kecil saya ini. Meletakkan dasi, hasduk dan ikat pinggang pada tempatnya setelah dipakai. 

Pernah dong ya ibu-ibu muda mengalami kehebohan di hari Senin hanya karena dasi dan topi?

Dimulai dengan menyediakan tempat khusus untuk menyimpannya. Tentunya di tempat yang mudah dijangkau oleh anak-anak. Penyediaan tempat ini ada dua manfaatnya, yang pertama memudahkan anak kita untuk menyimpan barang-barangnya dan yang kedua memudahkan kita mengontrol keberadaan si dasi, topi dan ikat pinggang itu. 

Anak ragil menyimpan dasi di lemari.
Kebiasaan kecil ini baru saya mulai kira-kira sebulan ini lah. Dan dengan adanya tantangan game level 2 untuk melatih kemandiriam, saya jadi lebih intens mengamati progressnya. Alhamdulillah anak ragil sudah semakin konsisten melakukannya. Tetap dengan apresiasi yang sesekali saya berikan sebagai motivasi buat dia, "Alhamdulillah adik sudah tambah pinter langsung menyimpan barang-barang ke lemari. Jadi enak kan kalau mau pakai gak susah mencari."

Tau gak sih??

Ternyata kebiasaan kecil ini  menumbuhkan kebiasaan baik lainnya. Bukan hanya dasi, topi dan ikat pinggang, anak ragil juga melakukan hal yang sama pada sarung, peci, selimut dan juga mainan. Semua kembali ke tempatnya dengan kemauan dia sendiri. Alhamdulillah.



#harike9
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah

Thursday, 7 December 2017

Belajar Mandiri, Mandiri Belajar

'Kemandirian itu merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung pada orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.'

(dari materi level 2 Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional tentang Melatih Kemandirian)

Materi ini pasti jadi tantangan tersendiri buat ibu-ibu muda seperti saya. (Iya, saya masih muda, tolong dicatat ini ya. Hehe). Melatih kemandirian pada anak itu adalah tantangan seru buat ibu-ibu. Apalagi katanya anak jaman now itu manja dan semua ingin serba instan gak seperti anak jaman old. Kalau menurut saya sih anak-anak mau menjadi seperti apa itu bergantung pada kita orang tuanya. Kalau kita mendidik mereka mandiri sejak dini, Insya Allah mereka akan bisa 'berdiri di kaki sendiri' saat besar nanti. Mandiri itu kebiasaan, mandiri itu latihan dan mandiri itu bisa ditularkan. 

Tujuh hari sudah saya secara 'sengaja' mengamati perkembangan anak ragil tentang kemandiriannya. Alhamdulillah anak ragil itu sebenarnya sudah bisa mandiri. Hanya butuh ketlatenan dari saya dan Pak Bojo untuk lebih memotivasi dia agar lebih konsisten. 

Seperti juga kemandirian dalam hal belajar, masih butuh ketlatenan untuk membuatnya lebih konsisten. Anak ragil ini sebenarnya semangat belajarnya tinggi, tapi entah bagaimana ceritanya beberapa hari ini agak mengendur. Biasanya setelah sholat maghrib dia langsung sibuk menyiapkan jadwal pelajaran untuk besok dan mengajak saya belajar tanpa saya ingatkan. Tapi beberapa hari ini malah kudu diingatkan dulu. Mungkin kemandirian itu sama seperti keimanan kita ya, adakalanya melemah dan butuh motivasi agar menguat lagi. 

Caranya?

Sounding dan pillow talk

Sering sekali ya menemukan dua kata itu dari tulisan saya? Yup, karena memang dua cara itu adalah cara paling ampuh yang saya bisa terapkan ke kawan-kawan kecil saya ini. 

Minggu ini kawan-kawan kecil saya sedang ujian akhir semester sekolahnya. Jadi dari awal saya harus sounding biar mereka lebih 'terkendali' selama minggu ujian ini.  Saat pillow talk saya mengajak mereka untuk memanfaatkan waktu siang untuk nyicil belajar, biar malamnya mereka belajar gak sampe terlalu malam. Saya jelaskan kalau siang belajar sebentar saja sebelum tidur siang. Untuk selama minggu ujian saja waktu nonton tivi siang diganti dengan belajar. Awalnya mereka keberatan saat saya mengatakan waktu nonton tivi diganti belajar. Maklum, waktu menonton mereka setiap harinya memang hanya siang sepulang sekolah sebelum tidur siang. Akhirnya saya tawarkan lagi bagaimana kalau kawan-kawan masih bisa nonton tv tapi pas makan siang saja. Setelah itu langsung belajar dan tidur siang. Alhamdulillah mereka setuju. 

Kawan-kawan sedang nyicil belajar

Hari pertama sepulang ujian mereka langsung menjalankan kesepakatan. Ganti baju, nonton tv sambil makan, sholat dzuhur lalu belajar. Alhamdulillah. 

Hari kedua? Taraaaaa karena saya terlambat pulang istirahat siang, mereka jadi kecantol TV lagi. Huaaaa......

Ups...sabar...sabar....namanya juga naluri anak-anak. Dalam pikirannya masih lebih besar bermain dan bermain. Baiklah tugas emaknya untuk mengingatkan dan mengingatkan lagi kan ya. 

Hosh...hosh....malam hari harus sounding lagi berarti. Belajar mandiri dan mandiri belajar harus dijalani dengan ekstra sabaaaaaarr demi masa depan mereka nanti. 


#harike8
#gamelevel2
#melatihkemandirian
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjateng


Wednesday, 6 December 2017

Menularkan Virus Kemandirian

Masih ingat kenapa saya memilih anak ragil sebagai partner pada game level 2 ini? 

Iya benar karena melatih kemandirian anak ragil adalah PR besar bagi kami. Entah karena faktor ragilnya itu atau ada faktor lainnya tapi yang pasti anak mbarep suda selangkah didepan untuk urusan kemandirian. 

Anak ragil itu unik, kalau sedang rajin dia adalah anak yang sangat detail. Pernah sore hari saya mendengar anak ragil menangis di halaman rumah. Saya mengira dia bertengkar dengan Mas nya. Ternyata saya salah, setelah saya susul ke halaman dan menyakan alasan kenapa dia menangis, jawabannya adalah "Itu Mamas parkir sepedanya salah. Harusnya kan madep kesini. Aku udah kasih tahu tapi Mamas gak mau nurut."

Itu edisi rajin dari anak ragil. 

Tapi sayangnya anak ragil masih sering merengek kalau diminta melakukan sesuatu. Sangat berbeda dengan anak mbarep. 

Nah kondisi inilah yang kami manfaatkan untum saling menularkan virus kemandirian. Anak mbarep menularkan rasa tanggung jawab dan kemandiriannya, sedangkan anak ragil menularkan sifat rapi dan detailnya. 

Seperti kemarin contohnya, anak mbarep mau makan pakai sosis katanya. Saya mengatakan kalau kawan-kawan diperbolehkan menggoreng sosis  sendiri. Anak mbarep yang memang dari kecil sudah senang 'bermain' di dapur langsung semangat 45. Sementara anak ragil masih ragu-ragu untuk ikut terjun ke dapur. 

Anak mbarep dan anak ragil mau menggoreng sosis
 "Ayo dek bantuin goreng sosis. Adik yang ngupas, Mamas yang iris iris sosisnya ya.", anak mbarep berusaha mengajak adiknya terjun ke dapur. Alhamdulillah berhasil. Mereka berdua seketika langsung sibuk dengan kegiatannya di dapur. Sementara saya mengawasi mereka dari jauh. 

Anak mbarep memang tergolong anak mandiri. Rasa ingin tahu dam ingin mencobanya cukup besar. Sejak TK dia sudah bisa menggoreng telur dadar sendiri. Tahun lalu saat kelas 1 SD, anak mbarep sudah bisa menggoreng nasi. Melihat tahap demi tahap yang saya lakukan dan pada kesempatan berikutnya dia mengatakan ingin mencoba. Saya ijinkan dia mencoba dibawah pengawasan saya. Tangan tersenggol wajan panasa juga sudah pernah dia coba. Hehehe

Anak mbarep dan anak ragil mau menggoreng sosis
Sementara anak ragil masih takut-takut untuk langsung pegang penggorengan. Tapi tidak apa, karena perkembangan masing-masing anak berbeda. Untuk anak ragil sudah mau menyiapkan makanannya sendiri itu sudah perkembangam yang bagus. Terimakasih untuk anak mbarep yang sudah membantu Ayah Ummi untuk menularkan virus kemandirian pada anak ragil.

Proses terbentuknya kemandirian menurut catatan pembelajaran level 2 Bunda Sayang tentang Melatih Kemandirian sangat dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, salah satunya adalah kemandirian. Sikap orang tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya. 

Kemandirian itu bisa ditularkan bukan hanya dibiasakan.

Baca juga: Berlatih Mandiri Sejak Dini

#harike7
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah