Monday, 26 February 2018

Memetik Hikmah Dari Sebuah Peristiwa (Kebakaran Pasar Banjarsari dan Mall Borobudur Kota Pekalongan)

Foto dari instagram Humas Kota Pekalongan
Si jago merah meluluh lantakkan salah satu denyut nadi perekonomian Kota Pekalongan. Pasar Banjarsari dan Mall Borobudur yang berada dalam satu area habis dilahap oleh panasnya api. 

Diduga berawal dari korsleting listrik dan dilanjutkan dengan ledakan tabung gas membuat api semakin cepat menjalar. Pemadam kebakaran dari dalam dan luar kota sudah dikerahkan, tapi tak mampu menghentikan laju cepat api yang menghabiskan pasar terbesar di kota batik ini. 

Dari hari Sabtu (24/2) pukul 17.30 sampai Minggu (25/2) malam hari, para pemburu api masih terus berjuang menjinakkan si jago merah yang semakin membara. Luar biasa perjuangan mereka untuk menyelamatkan ratusan toko di pasar ini. 
Foto dari instagram Humas Kota Pekalongan

Tak banyak pedagang yang bisa menyelamatkan barang dagangannya. Ada teman yang bercerita, pada hari itu dia sedang bersiap-siap untuk menutup toko pakaian miliknya. Bau asap tiba-tiba menyengat. Tapi dia tidak tahu dari mana asal asap itu. Dia hanya tahu tiba-tiba kehebohan terjadi, banyak pedagang mengangkat barang dagangannya keluar pasar. Kepanikan mulai muncul sore itu. Tanpa banyak bertanya, dia pun ikut mengeluarkan barang-barangnya. Dia baru tahu ada asap besar setelah sudah ada di luar pasar. Teman saya ini beruntung karena semua barang dagangan sudah seluruhnya diselamatkan.

Foto dari instagram Humas Kota Pekalongan
Sementara itu ada satu teman saya lainnya yang sama sekali tak sempat menyelamatkan barang dagangan. Dia menutup toko jam 4 sore seperti biasanya. Begitu mendapatkan kabar tentang adanya kebakaran, bergegas dia kembali ke pasar. Sayangnya, jalur masuk ke pasar sudah ditutup oleh petugas keamanan guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Meski dia yakin, posisi api masih jauh dari tokonya, tetap saja dia tidak diijinkan untuk menyelamatkan barang. Hanya bisa berdo'a dan meratapi pemandangan memilukan ketika api semakin lama semakin mendekat ke tokonya.

Foto dari FB Afifah Maharani
Ada satu cerita menarik dari peristiwa ini. Satu los penjual jilbab yang hanya berdindingkan kayu triplek, tetap berdiri kokoh dan semua barangnya utuh tak tersentuh bara api. Padahal toko-toko lain yang dilindungi tembok tebal sudah berisikan barang dagangan yang berganti menjadi serpihan abu panas. Los-los lain di sekelilingnya pun sudah rata termakan si jago merah.

Peristiwa ini mengingatkan betapa kecilnya kita sebagai seorang hamba. Rezeki yang kita terima hanya amanah dan titipan Allah semata. Sewaktu-waktu bisa ditambah ataupun diambil kembali oleh Pemiliknya. Allah akan memberikan kita rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka sesuai dengan kehendak-Nya. Dan sekuat apapun kita mengejarnya, kalau memang bukan jatah rezeki kita maka tak akan pernah sampai ia menyapa. Jika memang bukan jatah rezeki kita maka bisa dengan mudah berpindah tangan meski ia sudah erat dalam genggaman. Sebagaimana yang tertulis dalam Al Qur'an surat Hud ayat 6, "Rezeki setiap hamba telah dijamin oleh Allah. Allah pun telah menetapkan kadar dan takaran bagian atau porsi rezeki setiap hamba." Allah akan menambah rezeki pada hamba yang dikehendaki-Nya dan Allah pun akan dengan mudah mengurangi rezeki hamba sesuai kehendak-Nya pula.

Semoga para pedagang yang sedang mendapatkan ujian bisa kuat dan tawakal dalam menghadapi ini semua.  Insyaallah ujian datang karena Allah sayang kita. Rasululullah bersabda, "Jika Allah mencintai suatu kaum, maka niscaya Allah akan menguji mereka" (Hadits Shahih Riwayat at-Tirmidzi).


#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday57
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday36
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike25

Sunday, 25 February 2018

Belajar Hidroponik


Sebanyak 12 orang anggota Ibu Profesional yang berdomisili di Pekalongan, hari ini (25/2) mengadakan kelas berbagi dengan tema Belajar Hidroponik di kolam renang BRD, Kota Pekalongan. Acara ini menjadi agenda kelas berbagi ke-2 setelah bloging class awal bulan lalu. Agenda belajar sekaligus playdate kali ini berlangsung seru. Di saat ibu-ibu belajar tentang menanam dengan teknik hidroponik, anak-anak bisa berenang bersama.

Ibu Profesional Pekalongan
(Tukang fotonya gak kelihatan :-) )
Ibu hebat yang bersedia berbagi ilmu hari ini adalah Mbak Festining Tarias, penulis dan bloger handal yang sejak kecil sudah dekat dengan bidang tanam-menanam. Beliau sudah terbiasa membantu ayahnya yang suka berkebun untuk mengumpulkan kotoran kambing yang akan digunakan sebagai pupuk tanaman. Menanam dengan teknik hidroponik berawal dari keprihatinan Mbak Festi akan banyaknya limbah botol air mineral. Rasanya sayang kalau botol itu hanya dibuang begitu saja. Akhirnya selain memanfaatkan limbah tersebut menjadi bahan membuat mainan anak, mbak Festi memanfaatkannya sebagai pot tanam hidroponik. Beliau dan suami mencari informasi melalui internet tentang tata cara menanam dengan teknik hidroponik yaitu teknik menanam dengan media non tanah. Sudah beberapa kali panen dan merasakan segarnya sayuran hidroponik membuat Mbak Festi semangat untuk berbagi ilmunya pada kami.

Cara memasukkan benih di dalam rockwool
Bahan dan alat yang diperlukan untuk menanam dengan teknik hidroponik antara lain botol air mineral bekas, botol semprotan, kain flanel atau sumbu kompor, nampan, plastik kresek hitam, media tanam berupa rockwool, tusuk gigi, cairan nutrisi A, cairan nutrisi B dan benih tanaman. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pembenihan. Kita siapkan dulu rockwool sebagai media pembenihan yang sudah dibuat lubang kecil menggunakan tusuk gigi di bagian tengahnya. Masukkan benih ke dalam lubang dan benamkan di dalam rockwool. Tata rockwool di dalam nampan untuk kemudian ditutup kresek hitam. Simpan benih di tempat yang lembab dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Langkah ini bertujuan untuk menjaga kehangatan dan kelembaban benih dalam media tanam. Sebelum disimpan, rockwool yang berisi benih tanaman ini harus disemprot terlebih dahulu menggunakan cairan nutrisi yang telah dicampur air biasa dengan perbandingan 1:50. Artinya 10 ml cairan nutrisi dicampur dengan 0,5 liter air. Campuran ini nantinya akan kita sebut AB mix karena 10 ml cairan nutrisi A dicampur dengan 0,5 liter air , begitu juga dengan cairan nutrisi B lalu keduanya di-mix alias dicampur. Semprot rockwool dengan cairan AB mix sebanyak 3x sehari. Proses pembenihan ini adalah proses menunggu munculnya tunas. Untuk biji sawi dan selada biasanya tunas mulai muncul setelah 24 jam. 

Ibu-ibu sedang serius praktek memasukkan benih ke dalam rockwool


Jika tunas sudah mulai muncul, maka kita akan memasuki masa persemaian. Pada langkah ini bibit sudah boleh keluar dari plastik kresek hitam dan bisa diletakkan di luar yaitu di tempat yang teduh. Untuk memaksimalkan pertumbuhan, setiap hari kita harus menjemur benih di bawah sinar matahari langsung. Sinar matahari yang baik bisa didapatkan di bawah jam 10 siang. Setelah itu, bibit harus kembali diletakkan di tempat yang teduh. Penyemprotan menggunakan cairan nutrisi AB mix tetap dilakukan 3x sehari. Proses penyemaian ini berlangsung kurang lebih 2 minggu atau sampai muncul 3 helai daun dari benih. 

Susunan botol untuk hridroponik
(Foto dari mbak Festi
Proses berikutnya setelah muncul 3 helai daun adalah proses penanaman. Kita harus memindahkan bibit ke tempat penanaman yang kali ini Mbak Festi menggunakan botol air mineral. Kita potong terlebih dahulu botol air mineral menjadi dua bagian, lalu pasangkan kain flanel atau sumbu kompor  pada sisi kanan kiri leher botol yang telah dilubangi. Bagian bawah botol nantinya digunakan sebagai tempat cairan nutrisi AB mix, sedangkan bagian atas botol akan digunakan untuk meletakkan media tanam. Letakkan bagian leher botol secara terbalik di atas potongan botol bagian bawah. 

Isi bagian bawah botol dengan cairan AB mix, tapi takaran pencampurannya berbeda dengan proses pembenihan dan penyemaian. Untuk proses penanaman ini takarannya adalah 1:100 alias kita campurkan 10 ml cairan nutrisi A dengan 1 liter air biasa, begitu juga dengan cairan nutrisi B lalu kita campurkan keduanya. 

Letakkan tanaman beserta media tanamnya dibagian leher botol. Pada sistem penanaman ini, tanaman menyerap nutrisi melalui air yang meresap pada kain flanel atau sumbu kompor. Simpan tanaman hidroponik ini di tempat yang teduh. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan, usahakan tanaman mendapatkan sinar matahari pagi setiap hari. Kita juga harus memeriksa ketersediaan cairan AB mix pada bagian bawah botol agar tanaman tidak kehabisan makanan. 


Ibu hebat hari ini: Mbak Festi (baju merah)
Menurut Mbak Festi tanaman yang dihasilkan dari teknik hidroponik rasanya lebih segar dan renyah. Tips agar tanaman tumbuh dengan optimal adalah pada saat pembenihan usahakan untuk tertutup rapat menggunakan plastik kresek hitam, karena mbak Festi pernah mencoba menutup dengan kertas dan hasilnya tunas gagal muncul. Ketepatan takaran AB mix juga sangat berpengaruh pada kesuksesan pembenihan, penyemaian maupun penanaman. Menanam dengan teknik hidroponik lebih baik dilakukan pada saat kemarau karena peran sinar matahari sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman. 

Teknik hidroponik lazimnya menggunakan pipa-pipa yang disusun sedemikian rupa dengan cairan nutrisi yang terus mengalir di dalamnya. Akan tetapi bagi pemula atau kita yang memang ingin memanfaatkan limbah barang, penggunaan botol air mineral ini sudah cukup untuk menghasilkan tanaman yang tumbuh segar dan ukurannya pun bisa besar. 


Anak-anak berenang sambil menunggu ibu-ibu mendapatkan tambahan ilmu
Alhamdulillah, agenda kelas berbagi hari ini berjalan dengan lancar. Para ibu mendapatkan tambahan ilmu, para bapak mendapatkan kenalan baru dan anak-anak bisa berenang dengan seru.  Kelas berbagi berikutnya akan dilaksanakan akhir bulan Maret yang rencananya akan diisi sesi belajar membuat kerudung untuk ibu-ibu dan membuat gantungan kunci sederhana dari kain flanel untuk anak-anak.

(Silahkan dibaca juga tulisan Mbak Festi: Cara Hidroponik Praktis dan Murah)


#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday55
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday34
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike23

Saturday, 24 February 2018

Aliran Rasa: Memahami Gaya Belajar Anak



Mengamati gaya belajar anak pada game level 6 kelas Bunda Sayang ini membuat saya sering berkata dalam hati, "Ooooh ternyata begini toh." Agak lucu sih ketika saya baru memahami perbedaan gaya belajar dua jagoan cilik saya ketika mereka sudah kelas 1 dan 2 SD. Sempat bertanya juga pada diri sendiri, kemana saja selama ini sampai baru menyadari kalau mereka memang berbeda.

Anak mbarep bergaya belajar visual dan anak ragil bergaya belajar auditori. Itu kesimpulan yang didapatkan selama pengamatan. Belajar lebih dalam tentang macam-macam gaya belajar membuat saya semakin mengenali anak-anak. Tadinya saya cuma bisa marah dan kecewa kalau proses dan hasil belajar anak-anak tidak sesuai dengan keinginan. Betapa egoisnya saya.

Anak mbarep lebih suka membaca buku yang berwarna dan bergambar. Untuk membaca buku pelajaran atau buku bacaan lain yang penuh tulisan tanpa gambar, dia akan mudah jenuh bahkan tidak tertarik. Anak mbarep ini lebih suka mengamati langsung segala hal yang dia lihat. Cara abang nasi goreng memasak, cara kasir menghitung belanjaan, cara Mbah Uti menanam padi, cara Pak Ustadz menyembelih sapi dan lain sebagainya. Nah, kalau sudah selesai mengamati dia akan bercerita hasil pengamatannya. Tidak hanya sekali, karena nanti saat dia ingat akan diulang lagi cerita itu. Kebiasaan bercerita ini sayangnya membuat dia kurang fokus dalam belajar. Baru sebentar saja fokus, dia akan bercerita lagi. PR bagi saya untuk mencarikan solusi agar hasil pengamatannya bisa tertuang dengan tuntas sehingga tidak.mengganggu fokusnya dalam belajar. Saya juga harus lebih sering mengajak dia mengeksplorasi alam sekitar untuk menambah pengetahuan dan mengasah rasa ingin tahunya.

Sementara itu anak ragil adalah tipe pendengar yang baik. Dia selalu merekam apapun yang kami jelaskan pada memorinya. Ini menjadi tantangan bagi kami untuk selalu menjelaskan segala hal dengan benar karena akan terus diingat olehnya. Berbeda dengan anak mbarep yang hanya suka buku bergambar, anak ragil bisa membaca buku yang berisikan tulisan saja. Dia akan berimajinasi dengan bebas tentang cerita dalam buku yang ia baca. Dia juga mampu untuk menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri tentang semua yang dibacanya. Berbeda dengan anak mbarep yang menjawab rasa ingin tahunya dengan cara pengamatan, anak ragil menjawab rasa ingin tahunya dengan bertanya pada kami orang tuanya. Dia tidak mudah puas dengan jawaban yang kami berikan. Biasanya sedikit saja keraguam tercium dari jawaban kami akan mengundang protes dari dia. Lebih baik kami meminta maaf dan meminta waktu untuk mencari tahu dulu daripada kami menjawab alakadarnya. Anak ragil gak akan berhenti bertanya kenapa begini kenapa begitu kalau dia belum merasa jawaban yang kami berikan sudah benar. PR kami mengenai anak ragil adalah membantu dia untuk mengendalikan emosi dan mood belajar. Kalau dia sudah berkata tidak mau belajar, kami harus pintar-pintar mengeluarkan jurus rayuan maut.

Melihat perkembangan pertumbuhan anak-anak yang sudah semakin cepat, saya merasa harus lebih sering mengadakan family forum agar kami bisa menyampaikan semua hal yang perlu dievaluasi dari satu hari yang telah kita lalui. Evaluasi untuk anak-anak dan juga untuk kami orang tuanya.



#aliranrasa #tantangan10hari #gamelevel4 #kelasbunsayiip #institutibuprofesional
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday54
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday33
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike22

Menulis Untuk Bahagia


Mengapa Menulis? Sebuah pertanyaan yang sudah saya jawab pada tulisan sebelumnya. 

Saya menulis untuk bahagia. 

Secara sederhana, menulis adalah kegiatan mengungkapkan segala rasa yang ada. Menulis setiap hari membuat saya merasa lebih waras. Emosi saya lebih stabil ketika semua pikiran dan perasaan sudah tertuang dalam tulisan. Setiap untaian kata telah tersampaikan ada rasa lega, plong dan rasa  kepuasan tersendiri. Disitulah rasa bahagia saya temukan. Pada saat menulis, saya tidak terlalu menuntut banyak pada diri sendiri. Saya hanya mencoba untuk konsisten menulis setiap hari. Menulis apa saja tanpa perlu memikirkan segala aturannya dan juga kemungkinan ada tidaknya pembaca dari tulisan kita. Dr. James W. Pennebaker, psikolog yang  telah meneliti tentang writing therapy mengatakan, "Menulislah secara sangat bebas tanpa mempedulikan struktur kalimat dan tata bahasa. Niscaya Anda akan terbebaskan dari segala deraan batin."

Ketika teman-teman menyampaikan kesulitan utama mereka untuk menulis adalah menemukan ide, kesulitan saya justru sebaliknya. Terlalu banyak cerita yang ingin saya tuangkan dalam tulisan, sementara tak banyak waktu yang saya miliki untuk menuliskannya. Saya melihat, mendengar, dan juga merasakan banyak hal setiap hari yang harus dikeluarkan dari dalam diri agar tidak menumpuk dalam pikiran. Ketika malam tiba, saya ingin tidur dengan perasaan dan pikiran yang sudah plong dan siap menyambut pagi dengan hati dan pikiran bersih. 

Menulis untuk bahagia bagi saya sekarang bertambah maknanya. Jika sebelumnya menulis hanya bermanfaat untuk menjaga kewarasan diri saja, sekarang sejak aktif menulis di blog terpikir kalau tulisan saya juga bisa bermanfaat bagi orang lain. Berbagi pengalaman sehari-hari sebagai seorang ibu bekerja dengan dua jagoan cilik yang luar biasa dan juga ilmu parenting yang sedang giat saya pelajari ternyata disukai oleh beberapa pembaca. 

Berbagi kebaikan melalui tulisan mendorong saya untuk menambah ilmu di bidang kepenulisan. Tujuannya adalah ingin membuat tulisan-tulisan saya lebih nyaman dibaca. Saya bergabung dengan beberapa komunitas menulis online. ODOP (One Day One Post), #ODOPfor99days dan juga Rumbel Literasi Media IP Semarang adalah tiga komunitas yang sekarang sedang menjadi fokus tempat belajar saya selain ada beberapa komunitas online lainnya.

Alhamdulillah, Pak Bojo mendukung saya untuk mengembangkan passion dalam menulis. Beliau memberikan keleluasaan untuk saya membagi waktu antara mengurus keluarga, bekerja dan juga menulis. Beliau berpesan, "Luruskan niat. Selalu ingat bahwa tujuan utamanya adalah berbagi kebaikan melalui tulisan. Jangan sampai ditambah dengan obsesi-obsesi lain yang justru akan menambah beban pikiran."

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mingguan pada Rumbel Literasi Media Ibu Profesional Semarang.
#RumbelLiterasiMedia #IPSemarang
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday53
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday32
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike21

Komunitas ODOP (One Day One Post)

Foto: rikaaltair.blogspot.co.id
Bulan lalu saya sudah mengenalkan satu komunitas yang super keren, Institut Ibu Profesional. Komunitas ini memaksa saya untuk menemukan passion dalam diri yang ternyata adalah menulis. Sebenarnya menulis bukan hal yang baru karena sejak kecil saya memang suka menulis. Untuk mengembangkan kemampuan menulis, saya mengikuti beberapa komunitas di bidang ini. Salah satunya adalah ODOP (One Day One Post).

Kalau ditanya sejarah bisa bergabung dengan ODOP, jujur saya lupa. Sudah seminggu berusaha mengingat-ingat tak juga bertemu jawabannya. Ya sudah lah ya saya tuliskan apa yang masih ingat saja.

Dari nama komunitas sudah terpampang nyata kegiatannya, satu hari satu post alias satu tulisan. Sederhana kan? Eits, tunggu dulu, ternyata di dalamnya tidak sesederhana itu. Komunitas ini ternyata beranggotakan orang-orang hebat di bidangnya. Jadi tak heran kalau setiap hari banyak ilmu bertebaran dalam komunitas yang digawangi oleh Bang Syaiha (Syaiful Hadi), seorang penulis, pengajar dan juga pebisnis online.

Grup ini sudah memiliki agenda yang cukup rapi. Setiap hari, kami harus setor link tulisan pada grup Share Link. Grup ini layaknya saringan yang memilah siapa saja yang boleh melanjutkan belajar pada minggu berikutnya dan siapa saja yang harus dikeluarkan dari grup. Setiap minggunya kami diberi satu tema tantangan yang juga dijadikan dasar kelulusan. Biasanya tema ini berkaitan dengan bahasan pembelajaran minggu sebelumnya. Pembelajaran dilakukan pada grup besar ODOP batch 5. Dua kali dalam seminggu kami menerima materi dari senior ODOP. Materinya bermacam-macam, blogging, mencari ide, PUEBI, menulis cerita komedi, menulis non fiksi, menulis essay, menulis artikel, dan yang terbaru adalah materi tentang puisi.

Materi belajar tidak hanya kami terima di grup besar tapi juga di grup kecil. Tiga kali seminggu diadakan bedah tulisan. Sebelum acara bedah tulisan, kami diberi materi juga yang bisa dijadikan senjata untuk membedah tulisan sesama peserta. Bedah tulisan ini adalah agenda favorit saya karena di sini lebih banyak lagi ilmu yang bisa diserap. Apalagi saat kita yang jadi korban pembedahan, ilmunya langsung tertancap kuat dalam pikiran. Saya pernah menuliskan pengalaman ketika menjadi korban pembedahan, Bagaimana Rasanya Ketika Tulisanmu Diubrak-abrik?

Bergabung dengan komunitas menulis yang satu ini, membuat saya banyak bersyukur. Pertama, karena suasananya sangat kekeluargaan, apalagi di grup kecil alhamdulillah saya menemukan PJ dan teman-teman yang luar biasa menyenangkan. Saya mau menyebutkan nama-nama beliau semua di sini agar tercantum dalam catatan sejarah. Ada PJ yang merupakan senior-senior dari ODOP batch sebelumnya, Mak Hanum yang suka menulis quote-quote kece, Mak Renee yang masih menanti hadirnya sang pangeran berkuda putih, Kak Yoga yang pengetahuan bidang menulisnya luar biasa, dan Mbak Anis blogger handal kita. Ada teman-teman satu angkatan saya, Pak Puh Agus Heri yang paling semangat, Mak Leska partner heboh saya, Isal Iya yang puitis sekali meski sayang puisinya belum bisa membuat Rangga menggaet Cinta dan ada Mbak Floren yang pisaunya setajam silet setiap momen bedah tulisan. Ada juga Kak Ofi Gumelar yang tulisannya sudah kece abis, ada mbak Fitri dan Ivan yang ternyata aktivis Forum Lingkar Pena, mbak Aisyah, Mbak Aisy, Dik Deka, Eka, Seruni Femia dan juga mbak Zainatun. Alasan kedua saya bersyukur karena sudah bisa bergabung dalam komunitas ini adalah banyak ilmu bertebaran. Alasan ketiga, para seniornya baik hati dan tidak sombong. Meski mereka sudah pakar di bidangnya tapi mereka tetap rendah hati dan mau berbagi ilmunya dengan kami.

Program ODOP berikutnya ketika kami sudah dinyatakan lulus adalah belajar pada jurusan sesuai dengan minat dan bakat. Ada jurusan fiksi dan non fiksi yang harus dipilih nantinya. Ah, saya tidak mau membahas ini karena saya langsung galau harus memilih yang mana. Satu hal yang pasti, saya masih ingin terus bertahan dalam komunitas keren ini.

#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday52
#onedayonepost #ODOPbatch5 #tantangan5 #ODOPday31
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike20

Friday, 23 February 2018

Lepaskan Beban Bersihkan Perasaan


Jalani apa yang membuatmu nyaman bukan yang menambah beban. Kenyamanan akan menyemangatimu pada kebermanfaatan bukan obsesi yang meracuni pikiran.
Terus belajar dan berbagi.
 Terus berubah untuk menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih teman-teman yang telah menyusupkan virus semangat belajar. Saya bukan pembelajar yang cepat. Jadi bertemu dengan teman-teman yang saling menghargai dan memahami kelambatan orang semacam saya itu rasanya syukur luar biasa. Setelah sebelumnya sempat bertemu orang yang berkata, "Kalau mau berlari bersamaku ayo, tapi kalau kau tak kuat berlari maaf aku tak bisa menunggumu." 

Sempat tersudut ke pojok terbawah kaleng biskuit saat mendengar kalimat itu. Merasa bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Sempat meratap tentang betapa tidak bergunanya saya ada dalam lingkaran ini. Sempat bertanya-tanya kenapa saya didamparkan ke sini jika hanya untuk menjadi kepingan kecil yang mengganjal roda berputar.

Tapi saya juga harus berterimakasih pada teman  yang mengatakan kalimat luar biasa itu, karena dia menyadarkan saya kalau track berlari kita berbeda. Alhamdulillah di luar sana masih banyak teman-teman hebat yang dengan rendah hati dan sabar sekali berbagi ilmunya pada kami yang masih di titik nol ini.

Dan benar adanya orang bijak berkata, jangan terlalu lama berkubang dalam kotak korek api. Melompatlah lebih tinggi dan lihatlah bertebaran bintang di sana yang jauh lebih mempesona dibanding manusia-manusia yang hebat secara tampak mata di depanmu selama ini.

Allah menciptakanmu dengan amanah besar. Jangan biarkan cermin cembung seperti mereka menyurutkan langkahmu untuk menebar manfaat bagi sekitarmu. Karena cermin cembung hanya akan menghasilkan penilaian yang lebih kecil dan semu pada siapapun yang ada  di hadapannya.

Teruslah melangkah, jangan biarkan bayangan cermin cembung membuatmu berhenti untuk menebar manfaat pada sekitarmu. Teruslah menggali potensi diri agar semakin jelas apa misi penciptaanmu ke dunia ini. 

(Tulisan ini saya buat untuk membersihkan perasaan dan mewaraskan diri dari segala beban yang merusuhi pikiran. Ada kalanya kita terpuruk dan ada kalanya kita harus bangkit lagi.)


#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday51
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday30
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike19

Thursday, 22 February 2018

Bagaimana Rasanya Ketika Tulisanmu Diubrak-abrik?

Saya adalah penulis pemula yang baru belajar konsisten untuk menulis setiap hari. Fase saya baru sampai pada tahap menulis untuk mewaraskan diri dan melegakan hati. Lalu tiba-tiba mereka datang mengubrak-abrik tulisan saya. Orang-orang itu baru saya kenal hitungan minggu. Berani-beraninya mereka mengkritik habis-habisan tulisan saya. 

Saya dan Kopi, tulisan yang saya buat dengan sepenuh hati. Tulisan ini penuh rasa emosi, sentimentil, kesedihan, kerinduan dan semua rasa yang ada ketika jemari mengukir kata. Menggugah kenangan lama yang tak semua indah membuat tulisan ini cukup bisa menarik emosi pembaca menurut saya. Menulis dengan rasa, menulis sepenuh hati agar  pesan tersampaikan dengan baik pada pembaca adalah hal-hal penting yang saya percaya. 

Tapi mereka semua mengubrak-abrik tulisan saya. Kalian tahu bagaimana rasanya menjadi saya saat itu?

Saya bahagia.

Bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang bersedia mengubrak-abrik tulisan kita adalah sebuah keberuntungan. Mereka yang sudah berani membedah total tulisan saya adalah teman-teman dari komunitas One Day One Post (ODOP) batch 5.

Tiga kali dalam seminggu kami mempunyai jadwal bedah tulisan. Masing-masing dari kami para peserta akan mendapatkan giliran untuk dicincang tulisannya. Bukan hanya satu atau dua orang tapi semua anggota grup ikut bedah kroyokan

Biasanya sih dikritik habis-habisan itu membuat kita tersinggung. Tapi di sini tak ada kata itu, karena agenda bedah tulisan justru menambah ilmu kita. Kalau disamakan dengan proses belajar di sekolah mungkin bedah tulisan adalah pelajaran prakteknya. Semua teori yang telah diterima akan terasa gunanya. 

Satu hal yang paling makjleb pada saat bedah tulisan adalah ketika teman-teman mengatakan kalau tulisan saya mbulet. What?????

Itu saja respon saya. Hanya ingin berteriak satu kata itu. Hahaha. 

Ternyata tulisan bagus versi penulis belum tentu bagus versi pembaca. Iya sih tulisan kita akan menemukan jodoh pembacanya masing-masing. Tapi kalau orang satu grup sudah menyepakati tulisan saya mbulet berarti evaluasi besar-besaran harus segera dilakukan agar pembaca semakin nyaman. 

Selain mbulet, disampaikan juga kalau tulisan saya kurang detail dan mendalam. Sebenarnya sudah bisa membuat pembaca larut dalam emosi tapi kurangnya unsur showing membuat mereka belum bisa sepenuhnya memasuki ruang imajinasi tulisan. Materi tentang tanda baca, kata baku dan penyusunan kalimat yang efektif juga tidak luput dari bidikan pisau bedah teman-teman.

Pokoknya saya bersyukur sekali bisa merasakan tajamnya tikaman pisau bedah tulisan teman-teman ODOP, tepatnya keluarga besar Merkurius. Berharap agenda seperti ini akan ada terus selamanya agar tulisan kami semakin baik dan nyaman bagi pembaca. 


Tulisan ini saya persembahkan untuk kakak-kakak PJ dan keluarga besar Merkurius ODOP yang telah berbagi banyak ilmu dan waktu pada kami. Luv u all genks ....


#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday50
#onedayonepost #ODOPbatch5 #reviewbedahtulisan #ODOPday29
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike18

Tuesday, 20 February 2018

Es Krim dan Kamu



Kamu dalam diriku
Bagaikan es krim di teriknya siang
Tapi itu dulu

Kamu dalam diriku
Bagaikan chocochip di tengah putihnya vanilla
Tapi itu dulu

Kamu dalam diriku
bagaikan lelehan es krim tanpa rasa lagi
Itu kini

Tak ada lagi dingin menghapus peluh
Tak ada lagi manis menyeka lelah
Tak ada lagi kamu dalam langkahku

Kamu dalam diriku
Hanya memori dalam sebuah lagu 

#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday56
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday35
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike24

Sunday, 18 February 2018

Relawan Keluarga Kita (RANGKUL)

Modul belajar Kelas Kurikulum RANGKUL part 1
Alhamdulillah Sabtu (16/2) saya bertemu dengan teman-teman yang memiliki energi dan semangat belajar yang luar biasa. Saya bersyukur bisa bergabung dengan satu lagi komunitas yang mendukung resolusi 2018 saya, "Terus belajar dan berbagi. Terus berubah tuk menjadi lebih baik lagi."

Bertempat di Rumah Makan Pande Rasa Kota Pekalongan, kami belajar dalam Kelas Kurikulum RANGKUL mulai jam 09.00 - 17.00. Kami menerima banyak materi bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan nantinya diharapkan bermanfaat untuk lingkungan sekitar, karena peserta hari ini akan menjadi RANGKUL alias Relawan Keluarga Kita. 

Komunitas Keluarga Kita adalah komunitas yang peduli dengan perbaikan pola pengasuhan anak-anak di negeri ini. Mereka memiliki tagline "Mencintai Dengan Lebih Baik" yang dimaksudkan bahwa yang terpenting bukan hanya menunjukkan seberapa banyak cinta kita untuk keluarga, tetapi bagaimana mencintai dengan lebih baik untuk cita-cita yang lebih besar. 

Keluarga Kita hadir karena tahu bahwa setiap anggota keluarga perlu terus belajar. Dan untuk menebarkan virus belajar itu, mereka mengajak banyak orang untuk menjadi RANGKUL alias Relawan Keluarga Kita. RANGKUL diharapkan bisa menebarkan ilmu yang telah didapatkan pada orang tua lain seputar pengasuhan yang baik untuk mendukung tumbuh kembang anak. Karena pada akhirnya, tanggung jawab pengasuhan adalah peran kolektif untuk masyarakat dan negara yang lebih baik, bukan hanya dari dan untuk satu keluarga.

Momen pembelajaran Kelas Kurikulum RANGKUL pertama ini membuat saya semakin berbinar karena dipenuhi dengan kekaguman pada teman-teman peserta maupun pada materi yang disampaikan. Ada sekitar 25 orang yang hadir dan tidak semua berasal dari Kota Pekalongan. Ada yang dari Brebes, Yogyakarta dan Indramayu. Sungguh luar biasa semangat belajar mereka sampai mengejar ilmu ke luar kota. Bukan gratis lho acara ini. Untuk menjadi RANGKUL kita daftar dengan membayar biaya yang menurut saya tergolong tidak murah. Saya kemarin mengajukan beasiswa sehingga saya boleh membayar setengahnya saja. Setelah mencari tahu, ternyata pertimbangan utama penerima beasiswa adalah sudah tergabung dalam suatu komunitas sebelumnya. 


Peserta Kelas Kurikulum RANGKUL terdiri dari berbagai latar belakang. Ada ibu rumah tangga, ada pegawai rumah sakit, ada praktisi homeschooling, dan sebagian besar berprofesi sebagai guru. Nah yang terakhir saya sebutkan ini membuat saya menaruh secercah harapan akan masa depan anak bangsa. Kenapa? Teman-teman yang berprofesi sebagai guru di sini tergabung juga dalam Komunitas Guru Belajar (KGB). Melihat semangat para guru untuk belajar pola pengasuhan yang baik itu rasanya seperti tenggorokan kering tersiram air putih es. Segeeeeer.

Nah lanjut pada materi yang diberikan pada Kelas Kurikulum RANGKUL pertemuan pertama. Materi yang dipelajari bagi saya sangat bermanfaat, sangat menarik dan membuat saya langsung berpikir, "Gak rugi saya membayar mahal untuk ikut acara ini. Karena ilmu yang seperti ini memang mahal harganya." Kami diberikan materi tentang Hubungan Reflektif, mulai dari pemahaman salah kaprah tentang hubungan dengan keluarga yang kita pahami selama ini, macam-macam emosi dan cara pengelolaannya, cara komunikasi yang efektif, penyelesaian konflik sampai manajemen waktu. Semua materi disampaikan dengan cara yang menyenangkan, ada sesi sharing dan juga sesi bermain game. Para fasilitator yang menyampaikan materi datang langsung dari kepengurusan pusat Keluarga Kita, Jakarta. 

Tak sabar menunggu pertemuan ke-2 dengan para fasilitator dan RANGKUL semua. Pada pertemuan di awal Maret nanti kita akan belajar tentang Disiplin Positif dan juga praktek sebagai RANGKUL ketika nanti bertugas pada SESI BERBAGI CERITA. 

Untuk teman-teman yang ingin tahu lebih lanjut tentang Komunitas Keluarga Kita:


Instagramn : @keluargakitaid 
Website Keluarga kita : http://keluargakita.com/ 
Website Relawan Keluarga Kita (RANGKUL) :  http://rangkul.keluargakita.com/ 


#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday49
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday28
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike17

Arjuna Si Pengawas Sampah

📷 source: pinterest


"Kenapa kok kalau hujan jalan-jalan pada banjir Bunda?" Arjuna bertanya sambil menatap genangan air dari balik jendela mobil. 

Seharusnya air hujan mengalir ke dalam got bukan menggenang di jalanan. Air dalam got akan mengalir menuju sungai lalu bermuara di lautan. Tapi sayangnya sekarang aliran air dalam got banyak yang tidak lancar, tersumbat oleh sampah. Begitupun air sungai, sekarang mulai tak lancar mengalir ke hilir. 

"Kenapa ada sampah di got? Sampah kan harusnya di tempat sampah." begitulah pendapat polos anak umur 5 tahun yang masih memegang teguh teori yang benar.

Nak, seandainya semua orang dewasa di luar sana masih mengingat apa yang diajarkan orang tuanya semasa mereka kecil, mungkin got-got dan sungai-sungai itu masih jernih sampai sekarang. Tapi sayangnya bawaan orang dewasa itu suka lupa Nak. Termasuk lupa di mana tempat membuang sampah. 

"Jadi kita harus ingetin tante-tante sama om-om yang lupa dimana tempat buang sampah ya Bunda?" matanya berbinar merasa mendapatkan mandat baru yang harus dilaksanakan. 

Sebenarnya menjaga kebersihan itu adalah tugas kita semua. Mengingatkan orang lain yang berbuat salah termasuk membuang sampah di got dan sungai juga tugas kita. Karena Allah memerintahkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. 

Obrolan seru Bunda dan Arjuna membuat perjalanan ini menjadi cepat. Tanpa terasa kita sudah mau sampai di rumah. Setelah jembatan di depan sana lalu belok kanan, sampai deh kita di rumah. 

"Pelan Ayah ... pelan Ayah ...." tiba-tiba Arjuna berteriak meminta ayahnya mengurangi kecepatan laju mobil ketika bergerak menaiki jembatan. Dan seketika dia membuka jendela. 

"Ooooommm buang sampah itu gak boleh di sungai tauuu. Nanti banjiiir. Buang di tempat sampah doong." 


Tulisan ini diikutkan dalam challenge grup Menulis Cerita Anak. Tantangan untuk membuat cerita fiksi bertemakan superhero dengan pesan cerita menjaga lingkungan. #kelasmenulisceritaanak
#kelasMCA

#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday48
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday27
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike16

Saturday, 17 February 2018

Secercah Harapan Menepis Perilaku Menyimpang

📷 source: pinterest
Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) semakin sering saja beritanya wara wiri di depan mata, baik di televisi maupun sosial media. Hal yang membuat saya ternganga adalah sekarang mereka yang memiliki perilaku menyimpang sudah semakin bangga dengan kesalahannya. Entah bagaimana sejarahnya sampai kini mereka percaya diri untuk menunjukkan pada khalayak kalau mereka adalah pelaku LGBT.

Mungkin kalau kita mau menoleh ke belakang yang namanya wadam alias wanita adam atau bencong itu sudah ada sejak jaman kita kecil. Tapi dulu keberadaan mereka masih menjadi pencilan di antara populasi penduduk negara kita. Mereka masih malu untuk muncul apalagi diketahui orang kalau mereka menyimpang. Rudi Agung P, seorang jurnalis yang membuat tulisan "Menelisik Perjalanan LGBT di Indonesia", menyebutkan bahwa LGBT sudah ada sejak dekade 60-an. Lalu, ia berkembang pada dekade 80-an, 90-an, dan meledak pada era milenium 2000 hingga sekarang. 

Bertambah banyaknya jumlah pelaku LGBT ini sekarang bagaikan berkembangnya jamur di musim hujan. Sikap permisif yang diberikan atas nama kemanusiaan membuat para pelaku LGBT tak sungkan lagi untuk unjuk gigi. Bahkan sekarang sudah ada 200-an organisasi yang menaungi mereka dan sudah tersebar di sekuruh pelosok nusantara. Semakin banyaknya organisasi ini membuat mereka lebih percaya diri menunjukkan eksitensi.

Para pelaku LGBT ini mengatasnamakan Hak Asasi Manusia untuk melegalkan sikapnya. Padahal mereka harus ingat bahwa seks menyimpang menyalahi fitrah manusia, norma dan agama. Hal ini jelas harus dicegah perkembangannya dan disembuhkam penyimpangannya. 

Saya sebagai ibu tentunya sangat khawatir melihat kejadian ini. Apalagi dari banyak berita yamg saya baca, pelakunya bukan hanya remaja tapi juga orang-orang dewasa yang dalam kesehariannya baik-baik saja, mapan, sopan dan tampak cerdas juga ada yang terjangkit virus perilaku menyimpang. 

Kondisi maraknya LGBT tentunya membuat saya berpikir bagaimana nasib anak-anak saya nanti, apa yang harus saya lakukan untuk melindungi mereka dari marabahaya ini. Apakah ketika mereka remaja nanti kondisinya akan semakin menjadi ataukah sudah bisa teratasi?

Pertanyaan saya itu ternyata mendapatkan jawaban. Setahun terakhir saya bergabung dalam komunitas Institut Ibu Profesional dan hari ini saya juga baru bergabung dalam komunitas Keluarga Kita. Dua komunitas ini menekankan benar bahwa pendidikan utama dan pertama seorang anak adalah keluarga. 

Dari dua komunitas ini saya merasakan adanya secercah harapan. Banyak ibu-ibu, bapak-bapak bahkan teman-teman yang masih jomblo semangat untuk belajar bersama tentang pola asuh yang baik terhadap anak. Bagaimana cara melakukan komunikasi efektif dengan pasangan dan anak, bagaimana cara mengelola emosi, bagaimana cara membentuk karakter baik pada anak, bagaimana mengajarkan kemandirian pada anak dan lain sebagainya. Intinya adalah bersama-sama menjadikan anak-anak kita generasi penerus yang terbaik terutama dari segi karakternya. 

Komunitas-komunitas ini memberi bekal pada orang tua untuk terus menjadi pendamping terbaik bagi anak-anaknya. Baik atau tidaknya seorang anak ditentukan oleh pendidikan keluarganya. Komunitas-komunitas ini tersebar di seluruh Indonesia dan keduanya menekankan pada anggotanya untuk menebarkan virus positif tentang pola asuh anak yang baik kepada lingkungan sekitar. 

Bayangkan kalau di kota tempat tinggal saya saja ada 20-an orang yang bergabung dan belajar bersama dalam komunitas-komunitas ini. Lalu, masing-masing menularkan satu saja ilmu yang didapatkan pada lingkungan sekitarnya maka berapa besar efek perbaikan generasi berikutnya yang bisa dihasilkan? 

Dari sini saya mulai merasa percaya diri untuk berharap bahwa nantinya akan ada peradaban baru yang tercipta dari keluarga-keluarga pembelajar ini. Ada secercah harapan yang mulai disemai oleh para pembelajar dalam berbagai komunitas positif untuk menciptakan generasi penerus yang unggul, berakhlak baik dan memiliki karakter handal dan kuat untuk menepis virus perilaku menyimpang. 

Tulisan ini diikutkan dalam postingan tematik Februari 2018 pada Blogger Muslimah


#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday47
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday26
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike15
#postingtematik #februari2018 #bloggermuslimah

Thursday, 15 February 2018

Kumpulan Keajaiban Anak Ragil

Anak ragil
Perkenalkan, dia anak ragil, anak yang penuh keajaiban. Celetukan-celetukan gurihnya selalu mewarnai hari-hari kami sekeluarga. Kemampuan verbalnya memang sudah tampak baik sejak dia umur 1,5 tahun. Meski selalu tidak terima saat saya katakan dia cerewet, tetap saja gelar dia cerewet. Anak ragil adalah anak yang sangat kritis dan ceriwis. Berikut beberapa kumpulan cerita keajaiban si anak ragil. 

🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲

Percakapan anak ragil (3 tahun) dan emaknya.

Emak: "Dik, adik itu besok masuk kelas adik sendiri ya di kelas PAUD. Jangan ikut Mas di kelas TK."

Anak: "Gak mau"

Emak: "Kenapa gak mau?"

Anak: "Ya kan adik udah makan sayur siihh."

Emak: (Alasan apalagi ini, pasti cuma mengarang alasan. Apa hubungannya coba masuk kelasnya sendiri dengan makan sayur.) "Emang kenapa kalau makan sayur dik?"

Anak: "Ya kan kalau makan sayur itu katanya adik jadi tinggi."

Emak: "Trus?" (Masih sambil berpikir apa hubungan makan sayur dan masuk kelas sendiri)

Anak: "Ya kan kalau udah tinggi berarti udah boleh masuk kelas TK. Jadi kalau adik makan sayur berarti adik jadi tinggi jadi boleh masuk TK."

Emak: *#$@&$:*&@-@'$

(11 Februari 2015)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Kemarin sandal biru dek Nau hilang sebelah di sekolah, saat pulang ditanya sama budhenya.

Budhe: "Sandalnya yang satu kemana dek?"

Dek Nau: "Hilang di sekolah budhe."

Budhe: "Udah dicari belum dek?"

Dek Nau: "Budheee kalau hilang itu ya udah gak ada kok malah suruh nyari. Ya udah gak ada budhe, udah hilang."

Budhe: (nokomen)


🚲🚲🚲


Tadi pagi sebelum sekolah, Ayah mencari sandal Dek Nau yang merah tapi gak ketemu.

Ayah: "Dek sandal merah ditaruh mana?"

Dek Nau: "Adek buang"

Ayah: "Kenapa dibuanggg adekk itu sandal kan baru jarang dipake sama adek."

Dek Nau: (dengan tenang) "Abis sandalnya kotor ya adek buang aja."

(Ummi di kamar ngomel sendiri. Kemarin mau buang sandal jepit bututnya dia aja harus debat dulu karsena gak diperbolehkan sama Dek Nau, padahal sudah pada copot gambarnya, sekarang giliran sandal baru malah dia buang.)

(12 Agustus 2015)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


My Little Nau

🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Ummi: "Adek, waktunya tidur sekarang, udah malem."

Nau: "Emoh, aku tidurnya nanti aja."

Ummi: "Lha kok nanti sih dek, ini udah malem lho."

Nau: "Ummi ini aku kan lagi pake celana masa disuruh tidur, ya gak bisa. Aku tidure nanti abis pake celana." (Dia baru selesai gosok gigi dan pipis sebelum tidur)

Ummi: *"%@%$-$)@)#&$?-@

(5 Januari 2016)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Dan percakapan terbaru.

Emak: "Dik, botol minumnya kenapa rusak lagi?" (Sudah botol ke-XX yang rusak saat pulang sekolah)

Dik Nau: "Ya nggak tau, dia rusak sendiri."

Emak: "Kalau rusak terus Ummi gak mau beliin botol minum lagi lho ya."

Dik Nau: "Ya udah adik gak usah bawa botol aja. Kan di dapur sekolah juga ada minum."

(11 Februari 2016)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Anak ragil hari ini saat dijemput di sekolah.

Emak: "Adekkk sandalnya mana?"

Anak ragil: "Di atas genteng. Ituuu." (Sambil menunjuk ke genteng)

Emak: "Lhaaa kok bisa nyampe sana, siapa yang lemparin?"

Anak ragil: "Hanun sama aku. Tadi pengen ngenain belalang, tapi gak bisa."

Emak: "Terus nanti adek pake sandal apa, klo sandale di atas genteng??"

Anak ragil: "Ya pake sandal baru lah, kan kemarin udah dibeliin ayah. Ya mau adek pake lah, buat ke sekolah juga."

(22 April 2016)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Si batik ijo

Hari ini anak ragil mengikuti pementasan di sekolahnya. Dia mendapatkan jatah pentas satu kali untuk membaca do'a sehari-hari.

Anak ragil: "Ummi aku tadi naik panggung lagi. Tapi bukan baca do'a."

Emak: "Trus ngapain dong?"

Anak ragil: "Aku halo halo aja."

(Si batik ijo)

(14 Mei 2016)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Anak ragil pagi ini,

"Ummik, ummik itu makannya jangan banyak2 sih. Ummik itu tambah genduuut, naik motornya jadi tambah sempit sekarang."

#sarapanpagi

(24 Juli 2016)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Dimintai tolong menata mainan dan ini hasilnya.

Menata mainan ala anak ragil
Kata anak ragil, "Tentaranya melindungi hewan-hewan dari para pemburu. Kalau pemburunya mau menangkap hewan nanti pemburunya ditembaki sama tentara."

Good job my little Nau.

#bekerjadenganhati

(15 September 2016)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Anak mbarep dan anak ragil beranteman sampai ada yang menangis. Lalu diminta untuk saling bermaafan oleh ayahnya. Ketika semua sudah tenang, ditanyalah mereka,

Ayah: "Jadi tadi kenapa beranteman?"

(Sunyi, gak ada yang menjawab.)

Ayah: "Jadi tadi siapa yang nakal?"

Anak ragil: "Ayah."

Ayah: "Kok ayah?"

Anak ragil: "Iya, ayah nakal orang lagi beranteman malah dipisahin."

(27 Nopember 2016)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


My little Nau yang selalu istimewa cara berpikirnya. Beberapa hari lalu kami sedang seru membahas siapa yang menang antara gajah dan semut. Seperti yang ada dalam buku-buku cerita, kalau ada pertempuran antara gajah dan semut yang menang pasti semut.

Pesan dari cerita itu adalah jangan sombong menjadi orang besar karena yang kecil pun kalau diinjak akan bisa mengalahkan yang besar, kira-kira begitu. Tapi anak ragil ini tidak setuju.

"Gajah dan semut yang menang itu gajah" katanya.

"Kenapa gajah? Kan semut bersatu gigitin kaki gajah." seperti itu biasanya alur di buku cerita.

Jawaban anak ragil, "Kan abis itu semut-semutnya disemprot air pakai belalai gajah, jadi semutnya pergi semua dari kaki gajah karena kesemprot air. Gajah menaanggg."


(5 Januari 2017)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Bentukku bulat
Aku berwarna warni
Ada merah hijau kuning
Ada pula biru putih jingga
Aku diisi dengan gas

Benda apakah aku?

"Baloooooonnnn" si anak ragil menjawab duluan dengan semangat.

Tapi sesaat kemudian, "Harusnya gak gitu, kalau balon tuh macem ni. Aku berbentuk bulat. Aku bisa kempes bisa mlembung. Aku bisa ditiup bisa dipompa".


(9 Februari 2017)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Kemarin si emak dilanda kegalauan setelah mendapat telpon pemberitahuan kalau anak ragil pagi ini harus ikut tes masuk SD. Kaget, karena tahun lalu jadwalnya masih bulan April kalau gak salah. Tahun lalu tes masuk SD dilakukan serentak, sementara sekarang dipanggil satu per satu. Kegalauan si emak bukan karena khawatir anak ragil gak bisa membaca atau menulis. Tapi lebih ke anak ragil pagi ini 'udele lagi bolong' apa tidak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan gurunya. Sounding tentang tes masuk SD belum terlalu banyak kita berikan mengingat jadwal yang saya kira masih lama.

Tapi tadi pagi,

Emak: "Nanti paling ditanyanya udah bisa makan sendiri belum, mandi sendiri, pakai baju sendiri. Udah bisa belum dek?"

Anak: "Udah lah. Kan aku makan sendiri, mandi sendiri, pakai baju sendiri. Tapi... Aku ada yang belum bisa."

Emak: "Apa?"

Anak: "Aku belum bisa pasang tali sepatu sendiri (dg ekspresi sedih)"

Emak: "Ya udah nanti bilang aja kalau memang belum bisa. Yang penting jujur."

Anak: "Kalau bilang belum bisa, nanti aku gak lulus masuk SD" (masih dg ekspresi sedih)

Emak: "Trus gimana dong?"

Anak: "Ya udah kalau gitu sekarang emak ajari aku dulu pasang tali sepatu. Biar nanti kalau ditanyain Bu Guru, aku jawab sudah bisa tapi baru belajar."

Luv u nak. Ternyata kamu antusias sekali untuk masuk SD ya . Dan tetaplah jadi anak jujur ya cinta.

(21 Maret 2017)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Hari ini Ummi sengaja ijin kerja untuk mengantar anak ragil yang masuk SD hari pertama. Eh waktu pulang sekolah, anak yang ditungguin malah tanya, "Kok Ummi tadi gak kerja sih malah nungguin adik di sekolah? Kenapa?"

"Kan adik hari pertama masuk SD makanya Ummi tungguin" jawab saya.

"Trus kenapa kalau Adik hari pertama masuk SD? Kan Adik gak apa-apa Ummi" jawabnya dengan wajah polos.

... dan Umminya pun speechless tak tahu harus menjawab apa.

(17 Juli 2017)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Masih tentang dia.

Dia: "Ummi, untung adik tadi gak dimarahi Bu guru."

Ummi: "Lha kenapa?"

Dia: "Masa tadi itu bu guru nyuruh nulis nama di dalam buku. Ya adik gak nulis lah. Kan di sampul buku sudah ada namanya. Buat apa nulis lagi. Kan bu guru bisa lihat di sampul aja."

Ummi: "Trus bu guru gak marah?"

Dia: "Nggak marah, lha adik tolah toleh kok teman-teman nulis semua. Jadi pas bu guru udah mau nyampe bangkunya adik, ya langsung nulis cepet2."

Ummi: "Dik, itu ibu guru pengen tau yang sudah nulis rapi siapa yang belum siapa. Bukan nyuruh kasih nama bukunya."

Dia: "oh macam tuuuuuhh."

(Cerita hari pertama anak ragil masuk SD)

(17 Juli 2017)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲


Si anak ragil sedang belajar ketika ayahnya pulang kerja. Anak mbarep yang sedang belajar juga langsung menyambut Ayahnya, "Ayah kok gendut banget sih sekarang "

"Lebih gendut mana ayah apa ummi?" tanya si ayah.

Dua jagoan pun terdiam.

Si ayah tersenyum jahil, "Takut ya pasti mau jawab. Kalau jawab umi lebih gendut pasti umi marah nanti ya?"

"Aahhhh aku tau, gini aja. Ayah sama Umi lomba lari dulu. Nanti yang larinya lebih lambat berarti dia yang lebih gendut. Yang menang berarti dia cuma agak gendut.", anak ragil tiba-tiba berwajah sumringah serasa menemukan ide paling cemerlang sejagad raya.

Dan ayah ummi pun cuma bisa terbengong-bengong dengan ide brilian anaknya yang menyimpulkan bahwa hanya ada dua kategori yaitu 'dia yang lebih gendut' dan 'dia yang agak gendut'. 

(12 Desember 2017)


🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲

Tulisan ini diikutsertakan dalam event challenge Menulis Cerita Anak dalam kulwap Kelas Menulis Cerita Anak bersama Putri Utami #menulisceritaanak #kelasmenulisceritanak #kelasMCA


                  #harike10 #tantangan10hari #gamelevel4 #kelasbunsayiip #institutibuprofesional
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday46
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday25 #tantangan4 #ceritakomedi
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike14