Tuesday, 7 November 2017

Pecak Ikan Jalan Jawa

Selasa siang itu waktunya nge-date sama Pak Bojo. Mumpung anak-anak pada makan siang di sekolah. Itu artinya waktu kulineeeeerr. Yeayyyy.

Kali ini Pak Bojo yang menentukan pilihan. Katanya tadi teman-teman kantornya makan di Pecak Ikan Jalan Jalwa. Review dari teman-temannya sih mantabs sambelnya. Pak Bojo pengen kesana. 

Aduuuuh maapkan istrimu ini ya Pak Bojo, kalau ke rumah makan itu sih istrimu ini udah sering Paaak. Maklum lah ya istrinya Pak Bojo kan saingannya Ali Topan anak jalanan. Hehehehe. 

Yuks mari sekalian aja mumpung kita belum pernah kasih review tentang rumah makan ini ya. 



Taraaaaa ini dia penampakannya rumah makan Pecak Ikan Jalan Jawa. Rumah makan ini letaknya di Jalan Jawa, Kelurahan BendanKergon, Kecamatan Pekalongan Barat. Tidak jauh dari kantor Kelurahan. Rumah makan ini terkenal juga dengan sebutan Pecak Kandang Banteng. Lhoh??? Jangan kaget, bukan berarti di sekitarnya ada kandang banteng, tapi karena letaknya yang bersebelahan dengan posko salah satu parpol yang berlambang banteng. 

Rumah makan ini tempatnya cukup luas, bersih dan nyaman. Menu yang disediakan sebenarnya bermacam-macam seperti rumah makan pada umumnya. Tapi menu andalannya adalah pecak ikan. Saya baru mendengar nama pecak ikan itu di Pekalongan ini. Ternyata kalau makanan yang namanya pecak itu artinya dipenyet di atas sambel. Pecak paling populer di Pekalongan sendiri adalah pecak panggang, alias ikan panggang yang dipenyet sambel. Di rumah makan ini biasanya ikan panggang cucut, tongkol dan pe alias ikan pari yang disediakan untuk varian panggang. Meski yang lebih sering tersedia hanya panggang cucut. Kalau untuk varian goreng ada ikan pihi, dorang, gurame, kerapu, bandeng dan juga udang.

Hari ini kami mencoba menu yang seger yaitu sayur asem, pecak panggang cucut lengkap dengan tempe rebusnya dan yang gak boleh ketinggalan adalah sambel goreng pete. Wahh baru menyebut namanya aja sudah bikin ngiler ya. 

Sayur asem di rumah makan ini termasuk aliran sayur asem yang bening. Karena di rumah makan yang lain ada yang sayur asemnya gak bening, mirip sayur asem jakarta gitu. Tapi yang ini rasanya seger kok, dipadukan dengan sambel pecaknya yang nampoool banget. 

Beneran deh di siang yang terik makan sambel pecak ini dijamin bakal ngabisin tisu di meja. Bikin gobyossss. Sambel terasinya mantabs abisss. Apalagi ditambah dengan sambel goreng petenya. Jadi tambah maknyuzzzz. Meski bakal lebih makmyuzz lagi kalau petenya mentah atau dibakar aja. Lebih kriukzzz pasti ya.

Kalau pas jam makan siang, rumah makan ini lumayan rame. Banyak rombongan pegawai yang makan disini. Siang ini saja kami barengan dengan rombongan ibu Setda Kota Pekalongan beserta jajarannya yamg sedang makan siang disini juga.

So, tunggu apa lagi, segera merapat ke Pecak Ikan Jalan Jawa yuksss.



Pecak Ikan Jalan Jawa

🕖 Senin - Sabtu jam 07.00 - 16.00, Minggu tutup
💰 Sepaket nasi, sayur asem dan pecak ikan Rp. 15.500

Baca juga: Ayam Ungkep Kuripan







Poto dan Kopi = Potokopi?

Tadi buka instagram ternyata ada os jualan kopi yang tag emak dipotonya. Ada poto kopi dan suatu quote yang kece. Emak ngerasa bangga gitu tiba-tiba di tag sama os itu karena emak baru sekali beli kopi disitu. Cuma emak beberapa kali upload poto kopi beserta bungkus kopo merk itu. 
Eits, tunggu dulu. Kok kayaknya emak gak asing sama poto itu ya? Kayaknya emak kenal dengan serbet kumal yang dijadikan alas poto itu. 

Dan ternyata benar saja, itu poto yang emak upload bulan lalu. Hmmm...antara senang dan prihatin kalau begini mah ya. Senang karena mereka berarti mengakui kalau poto emak bagus karena sudah memakai poto emak di ig os nya. Tapi prihatin juga karena main comot gak ijin pakai poto emak. 




Emakpun akhirnya komen di ig nya, dan setelah itu barulah mereka menambahkan caption credit 📷 @nurulku

 

Sebagai pendatang baru di dunia perpoto-potoan, emak sih seneng ya kalau poto emak dipakai, itu artinya mereka mengakui kalau poto emak bagus. Tapi kayaknya lebih bagus lagi kalau ijin dulu kali ya sama yang punya poto. 




Poto kopi boleh, yang gak boleh itu potokopi"


(Kurniasih, 2017)



_______________________________________________________________________________

Btw, jangan bingung ya kalau di blog ini kadang ada Bunda kadang ada Ummi kadang ada emak. Manusianya cuma satu kok, tapi bisa jadi apa saja. Bunda, Ummi ataupun Emak.
 Next akan diceritakan lebih lanjut asal usul tiga panggilan ini ya.

_________________________________________________________________________________



Darahe Diapain?

Komunikasi produktif itu bisa dilakukan kapanpun, dimanapun dalam kondisi apapun, termasuk di mobil saat perjalanan pulang dari dokter. Ya, hari ini anak ragil dijemput lebih awal dari sekolah karena kata Bu Guru nya dia muntah saat makan siang. Menurut cerita anak ragil tadi juga sempat mimisan lagi saat muntah. Akhirnya kita putuskan malam ini kita periksa ke dokter. 

Nah, di dokter dijelaskan tentang cara penanganan pertama kalau darah keluar dari hidung
alias mimisan. Dokter menjelaskan  dengan memeragakan langsung kepada anak ragil agar dia juga mengerti. Selain itu dokter juga memberi pesan jika sampai hari Kamis anak ragil masih demam disarankan untuk periksa darah ke laboratorium. Kami juga dibekali dengan surat rujukan ke laboratorium yang sudah kami pilih, CITO.

Anak mbarep yang selalu tertarik dengan hal-hal baru meminta surat rujukan itu untuk dia pegang. Sesampainya di mobil anak mbarep tiba-tiba bertanya, "Umi, darahe tadi diapain?".

Saya pun berusaha menjawab dengan jelas sambil memeragakan tentang penanganan pertama saat darah keluar dari hidung alias mimisan seperti yang dijelaskan Pak Dokter tadi. Kalau ada darah keluar dari hidung, ambil kain kasa trus dimasukkan ke hidung yang keluar darah tapi jangan terlalu dalam. Setelah itu hidung ditutup dengan dipencet pelan dua-duanya sambil kepala menunduk biar darahnya gak mengalir lagi. Oh iya jangan lupa hidung bagian atas diberi es atau ditempeli wadah air dingin. 

"Trus darahe diapain?, anak mbarep bertanya lagi. Saya pun menjawab, "Darahnya diusahakan biar gak mengalir lagi". 

"Iya, trus darahe diapain?", anak mbarep bertanya lagi dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya. Emosi saya pun jadi bertambah satu strip dari sebelumnya. Sepertinya saya sudah menjelaskan dengan cukup jelas tapi kok dia masih belum paham pikir saya. Pak bojo pun yang sedang nyetir juga ikut heran mendengarnya.

Tapi saya berusaha menenangkan diri lalu bertanya lagi, "Maaf yang Mas tanyakan darah apa Mas?".

Anak mbarep pun menjawab, "Ini darah yang sama Pak Dokter disuruh ke Cito. Darahe diapain?" 

Oooooalaaaah. Mungkin itu kata yang langsung bersamaan muncul di pikiran saya dan Pak Bojo. Ternyata anak mbarep bukan bertanya tentang darah mimisan tapi tentang cek darah. 

Astaghfirullah ternyata betapa penting peran komunimasi yang baik buat kita ya. Kalau saja saya tadi tidak mengulang dan memperjelas kembali pertanyaan yang dimaksud oleh anak mbarep, mungkin sampai di rumah kami masih terlibat dalam perdebatan tak jelas tentang 'Darahe diapain?'.
#harike6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah