Sunday 8 January 2017

Pedagang Cabe dan Analogi Kehidupan (2)

Saya selalu menganalogikan berbagai hal dalam kehidupan dengan jejeran pedagang cabe di pasar.
Hubungan kita dengan manusia2 disekitar kita. 
Diantara banyaknya penjual cabe yang berjejer di pasar, apakah kita beli pada semua penjual disana?
Kalau saya punya langganan salah satu penjual cabe di pasar. Kadang juga sering beli dari penjual cabe di sebelahnya. 
Lalu apa alasan kita memilih untuk membeli pada salah satu penjual?
Pasti banyak alasannya kan? 
Ada yang memilih si A karena harga jualnya lebih murah. 
Ada yang memilih si B karena penjualnya lebih ramah.
Ada yang memilih si C karena cabenya lebih segar.
Ada yang memilih si D karena penjualnya jujur dan tidak sombong.
Ada banyak alasan.
Dan penjual-penjual cabe itu tidak bisa memaksakan para pengunjung pasar untuk membeli pada mereka saja bukan penjual sebelahnya. 
Bahkan, kadang ada yang menanyakan harga cabe pada si A tapi beli cabenya pada si B.
Hal yang lumrah dan tak bisa dipaksa.
Begitupun hubungan kita dengan manusia-manusia disekitar kita.
Ada yang suka dan ada yang tak suka
Ada yang akrab dan ada yang hanya sekedar melempar sapa
Ada yang peduli dan ada yang hanya cukup tahu nama saja
Sama dengan penjual cabe yang tak bisa memaksa pengunjung pasar agar membeli cabe padanya. 
Kita pun tak bisa memaksa orang lain untuk suka pada kita. 
Kita pun tak bisa memaksa orang lain untuk akrab semua dengan kita.
Kita pun tak bisa memaksa orang lain untuk selalu peduli pada kita. 
Karena orang lain punya berjuta alasan untuk itu semua.
Bisa jadi menurut si A kita baik, tapi menurut si B kita galak.
Bisa jadi menurut si B kita pelit, tapi menurut si C kita suka berbagi.
Bisa jadi menurut si C kita teman yg menyenangkan, tapi menurut si D kita teman yang menyebalkan.
Itu semua hal yang lumrah dan tak bisa dipaksa.
Meskipun saya tidak pernah beli cabe pada si D, penjual cabe tetaplah jd penjual cabe yang slalu berharap esok hari jualannya lebih laris dari hari ini.
Begitu pula kita, bagaimanapun pendapat orang tentang kita, kita tetaplah kita. Saya tetaplah saya yang slalu berharap esok hari menjadi manusia yang lebih baik dari hari ini.

No comments:

Post a Comment