Tuesday, 14 November 2017

Kasur dan Sandal Merah

Di Pekalongan ada toko sandal murah yang terkenal sampai luar kota, Tower namanya. Kami sering kesana meski hanya iseng lihat-lihat saja. Anak-anak suka diajak kesini, bagitu masuk mereka langsung sibuk memilih seketika.

Dua jagoanku ini punya aliran yang berbeda tentang memilih. Beberapa bulan lalu saat kami di toko mau membelikan tas sekolah, anak mbarep langsung sibuk memilih. Anak ragil tenang-tenang saja sambil mainan. Saat ditanya kenapa dia gak milih, jawabnya membuat saya ternganga. "Ummi ayah saja yang milih. Nanti kalau adik yang milih salah lagi salah lagi. Tambah lama. Jadi ummi ayah aja langsung yang milih.". 

Jawabannya bagaikan tamparan bagi kami. Apa segitu otoriternya kah kami sampai dia sepasrah itu? 

Kami pun menjelaskan kalau adik boleh memilih, ummi ayah hanya membantu memberitahu adik pilihan mana yang lebih bagus saja. Kalau adik suka dan memang barangnya bagus kami akan setuju dengan pilihan adik. Waktu itu sih dia tetap bersikukuh tidak mau memilih. Dan dia konsekuen dengan pilihannya untuk tidak memilih. Apapun pilihan kami dia terima dengan senang hati.

Tapi sekarang sudah berubah rupanya dia. Dia sibuk memilih sandal, warna biru, hitam, dan merah dia coba semua. Akhirnya pilihan jatuh pada warna merah. Dia bawa kemana-mana sandal itu sambil menunggu mas nya. Tapi tak lama kemudian dia cemberut dan berkata, "Aku gak mau sandal yang ini. Sandalnya rusak." Saya pun heran, sepertinya tadi sandal itu sudah saya periksa dan baik baik saja. "Apanya yang rusak nak?", tanya saya. 

"Tengok, ada hitam hitam di balik sandal. Aku tak nak. Sandal ini rusak.", dia berkata sambil menunjukkan hitam hitam yang dimaksudkan. Dan hitam hitam itu ternyata hanya sebutir kerikil keciiiiiiiil yang menempel pada bagian bawah sandal. 

Ahhhhh jagoan kecilku nan detail ini sungguh terlalu. Saya pun menjelaskan kalau itu hanya kerikil. Nantipun kalau sudah kita beli dan kita pakai pasti sandalnya akan bertemu tanah dan kerikil lebih banyak lagi. "Tak nak, aku tak nak sandal ini kotor.", begitu tekadnya. 

Dan benar saja, saat di mobil sandal merah yang akhirnya dibeli itu tak boleh turun dari atas jok. Sesampainya di rumah sandal disimpannya diatas kasur. Tak boleh sandal itu dipakai keluar rumah, dia hanya memakainya di dalam rumah. Mas nya pun ikut melakukan hal yang sama dengan sandal biru pilihannya. Biar seperti di hotel kata mereka.

"Nak, sandal itu kalau dipakai pasti kotor. Tapi kita bisa mencucinya. Trus meski sandalnya masih bersih, ditaruhnya di bawah aja ya. Bukan dikasur. Kan kasur juga harus dijaga kebersihannya.", saya berusaha memberikan pengertian pada mereka.

Seketika sandal ditata dibawah oleh mereka. Meski keesokan pagi setelah mereka berangkat sekolah, saya masih bertemu dengan sandal merah di atas kasur mereka. 

Kasur dan sandal merah

Jangan menyerah bunda, komunikasi produktif kadang belum menghasilkan checklist di buku agenda. Tapi teruslah berupaya untuk berkomunikasi lebih baik lagi dengan ananda.

Baca juga : Ibuku Guruku

#harike13
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah

No comments:

Post a Comment