Saturday, 18 November 2017

Mudik Obat Rindu yang Mengusik

Apa arti mudik bagimu kawan?

Mudik bagiku mengobati kerinduan.

Sejenak rehat dari kesibukan yang menawan.

Sabtu ini krucils libur sekolah karena ada kegiatan kemah untuk kakak kelas 5 dan 6. Krucils langsung minta mudik ke rumah Uti begitu menerima surat pengumuman.

Sepulang krucils TPQ kita memulai perjalanan. Menempuh enam jam ke Purworejo dari Kota Pekalongan. Membelah gunung dari jalur utara Jawa ke jalur selatan. Mudik selalu menjadi perjalanan yang menyenangkan. Ditemani derai hujan sepanjang jalan yang berkelokan. Krucils tidur sampai rumah Uti mulai dari Pemalang.

Jam dua belas malam tiba di kampung halaman disambut dengan pelukan. Ahhhh kehangatan yang selalu dirindukan. 

Purworejo adalah kampung halaman Pak Bojo, tapi entah mengapa sejak awal aku sudah merasa nyaman. Lingkungan yang asri, suasana yang masih asli pedesaan. Bukan hanya itu sebenarnya, disini saya tidak merasa jadi menantu, saya merasa jadi anak. Nasihat-nasihat berharga selalu saya dapatkan dulu dari almarhum bapak mertua. Pun sekarang saya selalu mendapatkan pelukan hangat seorang ibu setiap pulang. Maklum, sejak ibu meninggal tujuh bulan setelah pernikahan kami, ibu mertua jadi satu-satunya ibu bagiku. Banyak hal yang kupelajari dari beliau. Sosok sederhana dan pekerja keras. 

Panen mangga
Krucils pun disini selalu kami suguhi dengan cerita perjuangan Ayahnya dimasa lalu. Bagaimana kesuksesan itu harus diusahakan bukan disandarkan. Uti juga sering mengajak mereka ke sawah, membantu memasukkan padi ke tanah kata mereka. Ya meski kita tahu lah apa yang sebenarnya terjadi disana. Mungkin Uti harus mengulang menanam tapi yang terpenting adalah sebuah pelajaran. Mencari ikan di sungai belakang rumah, memetik cabe dan sayuran, juga memanen mangga dan rambutan seperti sekarang. 

Teringat dahulu almarhum ibu juga akan sangat senang jika mendapat kabar anak rantaunya akan pulang. Ibu selalu semangat mengajak saya menyiapkan makanan kesukaan. Pun hanya sayur tahu dan mendol tapi dimasak dengan sentuhan kasih sayang. Hhhhhh, ibu, belum sempat beliau menyambutku pulang dari rantau setelah berstatus istri orang. Sudahlah, untuk ibu hanya do'a yang bisa kupanjatkan. Semoga bahagia di surga yang tenang. 

Sayur belut pedes plus pete
Pagi ini sayur belut pedes terhidang di meja makan. Masakan yang sedap dengan bumbu kasih sayang. Ditambah petai membuat lebih lahap sarapan. Buatku masakan seorang ibu itu selalu berbeda. Rasanya lebih lezat dan mengandung keharuan. Seperti jawaban dari sebuah kerinduan.

Aroma tanah bekas hujan semalam menemani kita disini. Krucils sibuk mengikuti Uti kemanapun pergi. Membeli jajan di pasar selalu mengawali hari. Makan bersama bude pakde dan Uti selalu jadi momen yang dinanti. Berkumpul dengan keluarga, saling bercerita tentang itu dan ini. 

Disini krucils selalu jadi anak alam. Memetik mangga  dan rambutan juga tak lupa memberi makan ayam. Waktu berjalan lebih lambat disini, pagi tak segera bertemu siang. Semua terasa lebih tenang. Alhamdulillah keluarga ini selalu menyenangkan. Sesama saudara tak lupa tuk menanyakan kabar, berbagi bercerita meski jarak memisahkan. 

Lotisan mangga dan pepaya hasil panen

Harap dalam hati ini semoga semua dikaruniai kesehatan. Agar kita terus bisa bersama dibalut kerukunan. Kebahagiaan bagi orangtua bukan hanya melihat anak-anaknya sukses semata tapi juga anak-anaknya masih terus bersama saling menggenggam bagaimanapun keadaan. Rasa syukur juga tak lupa kuhaturkan karena telah dipertemukan dengan keluarga ini yang penuh kehangatan.

Baca juga : Ketika Wanita Berkata Terserah

No comments:

Post a Comment