Tuesday 5 November 2019

Mengatur Keuangan Keluarga

Menjadi menteri keuangan merupakan salah satu tugas dari seorang ibu rumah tangga. Dan mengatur keuangan rumah tangga bisa dikatakan yang paling berat setelah tugas mendidik anak. Bunda harus bisa mengatur pendapatan rumah tangga tidak hanya untuk mememuhi kebutuhan hidup tapi juga untuk tabungan dan investasi masa depan. Berikut ada tips mengatur keuangan keluarga yang saya dapatkan dari Mbak Prita Ghozie seorang Financial Planner dan founder ZAP Finance. 

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung semua pendapatan yang diperoleh setiap bulannya. Cara ini akan efektif jika pendapatan suami dan istri berada dalam satu pengelolaan, karena tidak semua keluarga menjadikan satu pendapatan di tangan istri. Hal kedua yang harus dilakukan adalah membuat pos-pos anggaran sebelum gaji diterima. Sehingga saat uang sudah ada di tangan, kita sudah siap untuk membagi-baginya sesuai dengan pos-pos anggaran. Langkah ini bermanfaat untuk menghindari pemborosan atau penggunaan uang untuk hal-hal yang tidak penting. 

Nah, mbak  Prita Ghozie memberikan tips cara menata pos-pos anggaran dengan membaginya ke dalam 5 pos anggaran sebagai berikut:

1. Sosial dan zakat - 5%

Pos anggaran ini disediakan untuk pembayaran zakat rutin bulanan, seperti zakat profesi (2,5%). Selebihnya bisa digunakan untuk infaq/sedekah, membantu orangtua/ saudara dan pengeluaran sejenisnya. Meskipun untuk kami, pos membantu orang tua dimasukkan ke pos lain karena kebutuhannya lebih besar. Jadi pos ini hanya kami gunakan untuk zakat dan infaq saja.

2. Dana darurat dan asuransi - 10%

Tabungan darurat bersifat wajib dimiliki oleh suatu keluarga. Dana ini bisa digunakan ketika tiba-tiba kendaraan rusak, alat rumah tangga rusak, kehilangan pekerjaan/sumber pendapatan padahal kebutuhan dan tagihan bulanan masih terus berjalan, perawatan kesehatan yang tidak ditanggung asuransi dan juga ketika terjadi musibah lain yang di luar dugaan. Sementara itu, asuransi yang dimaksud di sini adalah asuransi kesehatan. Di keluarga kami, karena asuransi kesehatan menggunakan BPJS yang dipotong langsung dari gaji, maka pos asuransi ini kami ganti dengan tabungan pendidikan untuk anak-anak.

3. Cicilan dan biaya hidup - 60%

Cicilan yang dimaksud dalam pos anggaran ini hanya cicilan rumah dan kendaraan. Untuk pembelian barang konsumsi, prinsipnya kalau bisa tunai yang jangan nyicil, kalau gak bisa tunai maka tahan diri dan nabung dulu saja. Dalam pos ini, semakin besar cicilan maka biaya hidup harus lebih dihemat. Dalam pos anggaran ini, kita bagi lagi ke dalam pos-pos kecil sesuai kebutuhan. Sebelum menerima gaji, Bunda sudah harus mencatat semua kebutuhan bulan depan baik yang bersifat rutin maupun tidak. Mulai dari cicilan, listrik, air, bensin, pulsa, laundry, belanja bulanan, belanja dapur mingguan, SPP sekolah anak, bayar les anak, dll. Kami juga memasukkan anggaran untuk orang tua, tabungan haji dan tabungan hari raya ke dalam pos ini.

4. Tabungan dan investasi - 15 %

Pembagian persentase antara tabungan dan investasi bisa Bunda atur sendiri sesuai dengan prioritas keluarga. Pos tabungan bisa digunakan untuk mempersiapkan target-target jangka pendek seperti liburan keluarga, perbaikan rumah, pembelian perabot rumah tangga, dll. Untuk investasi bisa berupa emas perhiasan (tapi pilih yang sederhana saja ya agar tidak anjlok harganya saat dijual lagi nanti), logam mulia, tabungan rencana, reksadana atau alat investasi lain yang bersifat menguntungkan dalam jangka panjang. Investasi adalah tabungan untuk masa depan seperti dana pendidikan atau dana pensiun.

5. Lifestyle - 10%

Nah, yang paling saya suka dari cara yang diberikan oleh mbak Prita Ghozie adalah adanya pos anggaran lifestyle. Karena Bunda, Ayah maupun anak-anak pasti butuh anggaran untuk gaya hidup. Berkumpul dengan teman, menjalankan hobi, membeli barang-barang yang disukai, membeli pakaian, dll. Dengan adanya pos ini, kita masih bisa menjalankan hobi dan melakukan kegiatan menyenangkan lainnya tanpa dibuntuti rasa bersalah karena takut mengganggu anggaran keluarga.

Disiplin!!

Kelima pos anggaran di atas tentunya hanya bisa dijalankan jika kita disiplin. Kalau yang kami terapkan dalam keluarga, pada akhir bulan saya sudah membuat catatan pendapatan dan pos-pos anggaran. Saat awal bulan kami menerima gaji, saya langsung memasukkan uang ke dalam amplop-amplo sesuai catatan pos anggaran. Tagihan-tagihan seperti listrik, biaya les, dll yang bisa dibayarkan secara online juga harus ditransfer hari itu juga.

Cara ini sangat membantu kita agar bisa menjalani kehidupan dengan lebih tenang karena semua kebutuhan sudah ada pos anggarannya. Semua kebutuhan sudah ada jatahnya, jadi kita terhindar dari pemborosan. Dan yang paling penting lagi adalah kita terhindar dari hutang karena dengan adanya pos-pos anggaran kita sudah punya pagar batas agar tidak membebaskan setiap keinginan untuk dipenuhi. Karena sebenarnya dengan uang sedikit kita akan tetap bisa hidup, tapi dengan uang sebanyak apapun tidak akan pernah cukup untuk gaya hidup.