Showing posts with label Dunia Kerja Statistisi. Show all posts
Showing posts with label Dunia Kerja Statistisi. Show all posts

Saturday, 19 May 2018

Bunda Belajar Darimu, Nak



Assalamu'alaikum Ayah Bunda,

Kekecewaan orangtua pada anak, biasanya terjadi karena terlalu tingginya ekspektasi atau harapan. Mungkin juga terjadi karena orangtua lupa kalau anak-anak bukanlah orang dewasa yang bisa diperlakukan sama sesuai pikiran mereka. Dan terkadang orangtua terlalu egois dengan hanya memikirkan perasaannya sendiri bukan memposisikan diri pada posisi anak-anak. 

Meski telah banyak belajar ilmu parenting tentang perbedaan talents masing-masing anak, saya masih saja sering terjerembab pada jebakan yang sama. Hari ini saya mendampingi anak mbarep untuk belajar Bahasa Indonesia, persiapan ujian kenaikan kelasnya. Ini jebakan pertama. Saya lupa kalau anak mbarep kurang suka pelajaran ini dan memang kemampuan verbal bukanlah bakat unggulannya. Ekspektasi yang tinggi memunculkan rasa kecewa saya ketika membuat kalimat sederhana saja gagal dilakukannya. 

Monday, 5 February 2018

Monday is Statistics Day



Hai teman-teman pembaca setia blog Sejuta Kata.

Monday is Statistics Day.

Apa itu?

Senin lalu teman-teman sudah berkenalan dengan rumah ke-2 saya, Badan Pusat Statistik (BPS). Setelah memperkenalkan 'rumahnya', saya juga ingin mengenalkan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Nah, saya menyediakan satu hari khusus untuk menulis seputar kegiatan seorang Statistisi BPS. Hari yang saya pilih adalah hari Senin. Itulah kenapa agenda ini saya beri judul Monday is Statistics Day.

Statistisi adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan statistik pada instansi pemerintah.

BPS sebagai lembaga independen yang diberi amanah untuk menyediakan data, setidaknya melakukan lima tahapan kegiatan dalam pekerjaannya, yaitu:
  1. Perencanaan
  2. Persiapan lapangan
  3. Pelaksanaan lapangan
  4. Pengolahan data
  5. Penyajian atau diseminasi data
Tahapan pelaksanaan lapangan pada poin (3) membuat saya, seorang Statistisi, tidak hanya bekerja di balik layar komputer saja tapi saya juga turun ke lapangan untuk melakukan kegiatan pengumpulan data.

Disinilah letak serunya keseharian pekerjaa  saya. Tantangan dalam pengumpulan data ada banyak wujudnya. Kesulitan menempuh medan pendataan, kesulitan menghadapi responden yang tidak bersedia menerima kehadiran kita, dan juga tantangan untuk membuat responden paham mengapa mereka harus menjawab dengan benar semua pertanyaan para pengumpul data. Mungkin kami yang bertugas di wilayah Jawa tidak terlalu sering bertemu dengan tantangan medan kerja. Teman-teman di luar Jawa ada yang harus mengarungi lautan hanya untuk berpindah dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya.

Berbeda dengan teman-teman di luar Jawa yang sungguh luar biasa perjuangannya menghadapi medan kerja yang tak mudah, bukan berarti petugas pengumpul data yang berada di Jawa bekerja tanpa hambatan. Biasanya karakteristik penduduk pedesaan tergolong lebih mudah untuk ditemui pada saat pengumpulan data. Mereka juga lebih terbuka dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sedangkan penduduk perkotaan biasanya lebih sulit ditemui, apalagi kawasan perumahan. Pagar-pagar tinggi tak boleh menjadi penghalang untuk tetap berusaha menemui pemilik rumah di dalamnya. Meski seringnya bertanya pada tetangga tidak menjadi solusi. Tetangga sebelah saja tidak saling mengenal. Kalaupun saling mengenal, menyesuaikan waktu responden untuk bisa didata terkadang juga menjadi tantanggan. Kalau responden hanya bersedia ditemui sore, malam atau bahkan pagi-pagi sekali sebelum berangkat kerja, ya kita para pengumpul data tetap harus menurutinya.

Tapi dibalik semua tantangan yang dihadapi petugas pengumpul data, ada lebih banyak pengalaman bahagianya. Bagaimana tidak bahagia, kita diberi tugas untuk keliling kota hampir setiap hari. Kadang kita ke rumah-rumah orang, kadang kita ke pasar, kadang kita ke kantor pemerintahan, kadang kita ke hotel, bahkan kita juga ikut bersenggolan dengan lumpur di sawah.

Nah, cukup seru kan sedikit 'bocoran' tentang pekerjaan Statistisi, dalam mengumpulkan data terutama.

Nantikan cerita-cerita seru saya setiap hari Senin dalam agenda Monday is Statistics Day ya ....


#MondayisStatisticsDay #StatistikUntukSemua

#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday38
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday16
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike5

Monday, 29 January 2018

Berkenalan Dengan Badan Pusat Statistik (BPS)


Setelah menuliskan review acara 'Mengapa Statistisi Harus Menulis?', banyak yang bertanya dimana saya bekerja. Dan seperti biasa saat saya menyebut BPS, Badan Pusat Statistik, pasti ada pertanyaan lanjutan. Apa itu?

Apa itu BPS?

Sepertinya kantor tempat saya bekerja ini belum terlalu terkenal ya. Saat kurir paket mengantar barang, sering nyasar ke kantor BPJS. Saat kami melakukan pendataan ke lapangan, masyarakat masih lebih familiar dengan 'kantor sensus'. Jadi yuk kita kenalan dulu dengan rumah ke-2 saya. 

Badan Pusat Statistik adalah lembaga pemerintah non kementrian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. 

Tugas dari BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan dibidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.



Apa pekerjaan pegawai BPS? 

Kami melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis sampak diseminasi/penyajian data. Setidaknya itu tugas paling sederhana yang kami lakukan. Selain tugas-tugas lain yang tercantum dalam visi dan misi BPS. 

Sebagian besar orang mengatakan, "Kan Sensus itu cuma sepuluh tahun sekali? Jadi kerja pegawai BPS apa dong diluar sepuluh tahun sekali itu?"

Iya, kami memang mengadakan 3 sensus besar yang masing-masing dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Pada tahun berakhiran '0' kami melaksanakan Sensus Penduduk, pada tahun berakhiran '3' kami melaksanakan Sensus Pertanian, dan pada tahun berakhiran '6' kami melaksanakan Sensus Ekonomi. 

Akan tetapi diluar jadwal Sensus itu, kami juga melaksanakan survei-survei rutin. Ada yang dilaksanakan mingguan, dua mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran juga tahunan. Survei tersebut meliputi berbagai bidang, mulai dari sosial kependudukan, pendidikan, kesehatan, pertanian, perindustrian, konstruksi, pariwisata, perhotelan, harga-harga, transportasi sampai biaya hidup dan pengeluaran kita setiap hari juga akan didata. 

Untuk apa ada sensus, survei atau pendataan?

Karena pembaca blog saya didominasi ibu-ibu, jadi akan saya analogikan dengan kegiatan memasak. Kalau kita mau memasak biasanya pasti bertanya dulu kan ya pada suami atau anak, mereka mau dimasakin apa. Atau kalaupun tidak bertanya, kita sudah mengamati masakan apa saja yang menjadi kesukaan mereka. Nah dari situ, kita jadi punya arah mau masak apa hari ini atau seminggu ini. 

Setelah punya daftar menu masakan, apa yang kita lakukan? Buka kulkas, buka peti harta karun, masih ada tidak ya bahan-bahannya? Kita periksa satu per satu stok bahan-bahan dapur kita. Kalau masih ada alhamdulillah, kalau sudah menipis bahkan habis maka kita harus segera meluncur ke pasar. 

Nah, begitu juga dengan negara kita tercinta. Kalau kita ibu-ibu, kegiatannya memasak maka pemerintah punya tugas membangun negara ini.

 Apa yang dibangun? 

Apa saja yang dibutuhkan dalam pembangunan? 

Dua pertanyaan ini bisa dijawab melalui kegiatan sensus, survei, atau pendataan. Pemerintah bisa mengetahui kondisi kependudukan, sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya secara riil melaui data yang dihasilkan oleh pegawai BPS dari Sabang sampai Merauke. 

Tanpa adanya data maka pembangunan akan berjalan tak tentu arah. 


Dimana kantor BPS itu?

Kantor BPS pusat atau BPS RI ada di Jl. Dr. Sutomo No. 6 - 8 Jakarta. 

Kantor BPS Provinsi tersebar di 34 provinsi, dan Kantor BPS Kabupaten/Kota tersebar di 515 kabupaten/kota seluruh Indonesia.

Apakah data statistik BPS itu hanya untuk pemerintah saja?

Oh tentu tidak, data BPS tidak hanya dimanfaatakan oleh pemerintah saja. Semua kalangan, masyarakat umum, peneliti, mahasiswa bisa mengakses data yang dihasilkan oleh BPS.

Bagaimana cara mendapatkan data dari BPS?

Ada dua cara untuk mendapatkan data dari BPS. Pertama, datang langsung ke Pelayanan Statistik Terpadu (PST) yang disediakan di semua kantor BPS se-Indonesia. Kedua, mengakses data melalui website BPS.

Website BPS RI : www.bps.go.id

Website BPS Provinsi : xxx.bps.go.id (xxx = nama provinsi, contoh: jateng.bps.go.id

Website BPS Kabupaten : xxxkab.bps.go.id (xxx = nama kabupaten, contoh: malangkab.bps.go.id)

Website BPS Kota : xxxkota.bps.go.id (xxx = nama kota, contoh : pekalongankota.bps.go.id)

Baik, sepertinya sampai disini dulu perkenalan dengan kantor tempat saya bekerja. Mungkin dilain kesempatan saya akan berbagi juga tentang keseruan saya dalam menjalankan tugas sebagai seorang pengumpul data ya.

#30haribercerita #30hbc #30hbc2018 #30hbc1829
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday29
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday7

Sunday, 28 January 2018

Review acara: 'Mengapa Statistisi Harus Menulis?' (1)


Hari ke-28 mengikuti challenge 30 hari bercerita. Kali ini disodori tema ‘Bergerak atau Pergerakan’. Apa yang akan saya ceritakan kali ini?

Pergerakan pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menulis menjadi pilihan cerita. Karena beberapa bulan terakhir, tepatnya sejak diadakannya Workshop Menulis oleh BPS RI geliat menulis pegawainya sungguh meningkat luar biasa. Pada workshop itu dikumpulkan pegawai-pegawai pilihan untuk belajar menulis dengan narasumber yang kompeten dibidangnya. Nah, ternyata semangat menulis tidak hanya dirasakan oleh peserta workshop saja. Pegawai-pegawai lain yang belum menjadi ‘pilihan’ pun satu per satu menunjukkan taringnya. Membunyikan data dengan bahasa yang lebih nyaman untuk dibaca. 

Nurin Ainistikmalia (Kepala Seksi BPS Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara) salah satu pegawai terpilih yang mengikuti workshop menulis BPS RI berinisiatif membagi ilmu menulisnya melalui grup whatsapp Menulis Asyik dan Bahagia. Setelah satu bulan berkegiatan dalam grup, blogger handal ini memiliki ide untuk membuat Seminar kepenulisan melalui grup whatsapp

Minggu, 28 Januari 2018 diadakanlah seminar melalui whatsapp pada Grup Perempuan  BPS Menulis bersama Pak Iswadi (Kasubdit Analisis Statistik BPS RI) dengan tema ‘Mengapa Statistisi Harus Menulis’. 

Saya sangat mengapresiasi ide Nurin untuk mengadakan acara ini. Sebagai salah satu panitia yang menangani pendaftaran, saya merasa terkejut dengan animo teman-teman. Hari pertama pemasangan poster acara pada profil whatsapp panitia, sudah membuat HP saya bunyi berkali-kali. Jumlah pendaftar di luar dugaan dan cukup membuat kami kewalahan. Sungguh saya pribadi tidak menyangka semangat teman-teman sejawat dalam belajar menulis ternyata sangat tinggi. 

Kuota grup whatsapp yang terbatas pada angka 200an memaksa kami membatasi jumlah pendaftar. Selain pendaftar umum yaitu pegawai perempuan BPS dari Sabang sampai Merauke, kami menyediakan 50 ‘kursi’ khusus bagi teman-teman dari grup ‘Menulis Asyik dan Bahagia’. Untuk mengisi 50 ‘kursi’ tersebut, teman-teman diharuskan menyelesaikan tantangan untuk menulis dengan tema ‘Mengapa Saya Menulis’. Pendaftaran ditutup pada hari ke-2 meski sampai hari H masih banyak yang berharap mendapat kuota. 

Alhamdulillah, acara sore ini berjalan lancar. Dua jam bersama Pak Iswadi terasa singkat. Beliau berbagi ilmu dan pengalamannya dalam menulis, baik menulis tentang data statistik maupun pengalaman beliau menulis novel. Semua peserta sangat antusias menyimak penuturan Pak Iswadi tentang tips-tips menulis juga tentang pengalaman menulis buku ‘Cara Gampang Cari Uang dengan Menulis Opini’ dan ‘Cinta Setengah Agama’. Banyak sekali pertanyaan masuk ke tangan moderator. Mungkin kalau boleh meminta, semua peserta akan meminta perpanjangan waktu.

Dan grup Perempuan BPS Menulis tidak akan ‘diselesaikan’ sampai disini meski acara seminar telah usai. Nurin dengan tangan dinginnya berencana untuk tetap menggerakkan  komunitas ini. Semoga saja dari gerakan komunitas Perempuan BPS Menulis akan dihasilkan penulis-penulis handal untuk membuat data statistik lebih dekat ke sisi masyarakat. 

#MenulisAsyikdanBahagia #PerempuanBPSMenulis
#30haribercerita #30hbc #30hbc2018 #30hbc1828
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday28
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday7

Friday, 10 November 2017

Jadi Pahlawan dengan Memberi Data yang Benar



Jadilah pahlawan dengan memberikan data yang benar.


Bagaimana cara pemerintah membangun negara jika tidak ada data yang dijadikan dasar?


Bahkan ibu-ibu pun punya catatan panjang saat berangkat ke pasar.


Jangan hanya bisa bilang pemerintah arah kebijakannya salah sasar,


Kalau kita sebagai warga masih suka memberikan data yang belum benar.


Kaya mengaku miskin, dagang online mengaku ibu rumah tangga padahal omsetnya besar.


Ada perusahaan yang enggan memberi data karena takut petugas pajak mengejar. 


Padahal sudah diyakinkan jika data yang diberikan adalah sebuah rahasia yang tak mungkin dibongkar. 


Mari kita kawal arah pembangunan negara dengan selalu memberikan data yang benar.


Selamat Hari Pahlawan!!


#menulisasyiksendiri #haripahlawan #nurulkuphoto #nurulkustory #katanurulku #sejutakata #onmyblog #untaiankatabunda #untaiankatabundadotblogspotdotcodotid

Baca juga : Rindu Ibu

Friday, 9 May 2014

Empat Kota Berjuta Rasa


Sejak pengangkatan CPNS sampai sekarang, saya sudah mengalami 3  kali pindah kantor. Bengkulu-Bengkulu Selatan-Metro-Pekalongan. 
Empat tempat dengan empat karakteristik yang berbeda.
Di Bengkulu hanya satu bulan saja dan saya pada posisi 'anak baru lahir'. Benar-benar seperti bayi yang masih melihat sana sini untuk mengenali dunia yaitu dunia kerja. Disini sayaberuntung karena dipertemukan dengan 'orang tua' yang ringan tangan untuk membimbing saya mengenali dunia.
Di Bengkulu Selatan awal perjuanganku hidup di 'dunia kerja'. Saya mulai diajari berjalan. Dipapah lalu perlahan dibiarkan berjalan sendiri. Budaya yang berbeda, suasana Kota Manna yang sepi, saya yang gak bisa naik motor, saya yang lulusan STIS harus menerima ditempatkan di bagian tata usaha, menjadi poin penting dalam usaha perjuangan saya belajar berjalan di dunia kerja ini. Dengan segala keterbatasan saya bisa menjalankan tugas-tugas dengan bantuan teman-teman dan menjalani hari-hari saya bersama teman seperjuangan, bapak ibu kos dan tetangga-tetangga yang sangat ramah dan baik hati.
Di Metro bisa dibilang saya tidak lagi dianggap seperti anak yang baru lahir. Saya sudah mulai menjadi anak yang mandiri. Harus beradaptasi dengan dunia kerja yang nyatanya tak seramah apa yang  saya bayangkan sebelumnya. Empat bulan ditugaskan di bagian tata usaha, tiga tahun ditugaskan menjadi pelaksana tugas Kepala Seksi IPDS, dan terakhir satu tahun ditugaskan menjadi Kepala Seksi IPDS. Di kantor ini lah medan perjuangan saya dimulai. Tanggung jawab dengan tugas  baru, tantangan untuk adaptasi dengan suasana kantor dan watak teman-teman yang sangat berbeda dengan dua tempat tugasku sebelumnya. Membutuhkan usaha lebih besar untuk bisa sampai pada 'level' enjoy disini. Banyak suka tapi ada juga duka. Saya yang  sangat sensitif dan melankolis dengan kadar 98 persen melankolis bisa dalam lima hari dalam seminggu berturut-turut mengeluarkan air mata. Mungkin masih kaget dengan kerasnya kehidupan kota kecil ini, tepatnya kantor kecil ini. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa menaklukkan tantangan di kantor ini. Dan di saat saya mulai bisa menikmati semuanya saya harus pindah tugas lagi.
Di Pekalongan sejak saya pertama kali datang saya sudah nyaman dengan suasana pertemanan disini. Beban kerja yang otomatis sangat berkurang dibanding dengan tempat tugas sebelumnya dengan lengsernya saya dari kursi panas membuat saya sedikit bernafas lega. Interaksi dengan rekan-rekan kerja bisa dibilang bisa lebih baik dibanding dengan tempat tugas sebelumnya. Atau ini mungkin karena saya sudah belajar banyak tentang adaptasi dan saya sudah mengurangi cukup banyak kadar melankolis saya? Tapi senyaman apapun saya disini saya tetap menemukan tantangan dan rintangan. Dan sampai sekarang saya masih belajar untuk menaklukkan tantangan dan rintangan yang ada dihadapan saya sekarang. 
Terimakasih untuk teman-teman di Bengkulu dan Bengkulu Selatan yang sudah bersedia mendampingi dan membimbing saya di awal perjuangan saya mengenal dunia.
Terimakasih untuk teman-teman di Metro yang sudah bersedia membuat saya jadi lebih kuat dan membuat saya bisa mengurangi kadar sensitif dan melankolis sya menjadi 75 persen.
Terimakasih untuk teman-teman di Pekalongan yang sudah mengajari saya untuk tidak terlalu mengurusi urusan orang lain, spesial terimakasih untuk teman saya yang sudah dan sedang mengajarkan saya untuk menjadi lebih kalem menghadapi semua tantangan dan rintangan yang menghadang, mengajarkan saya untuk tidak menomorsatukan emosi.
Terimakasih semuanya.