Sammy, si kura-kura hitam |
"Jimbo lihatlah, satu lagi nila yang menjadi korban kekejaman Sammy si kura-kura." Sandy si koi meratapi nasib temannya. Dory, nila hitam besar, tubuhnya sudah terkoyak oleh cakaran kura-kura. Kepalanya sudah terpisah dari badan. Potongan-potongan dagingnya sudah bertebaran di dalam kolam.
Entah mengapa Sammy membunuh temannya sendiri. Sudah tujuh ekor warga kolam yang mati di tangannya. "Padahal pemilik kolam tak pernah terlambat memberi kita makan. Jadi sepertinya tak mungkin dia melakukannya karena lapar." ujarku.
Ada 15 ekor nila, 5 ekor koi, dan 1 kura-kura yang hidup bersama dalam kolam ikan berukuran 1 x 3 meter. Semua hidup bersama dengan tenang dan damai. Kami hidup bersama dalam kolam dengan gemericik air yang membuat syahdu suasana. Bersih dan jernih membuat kami semakin riang berenang kesana kemari.
Kadang kami, para ikan, bercanda dan berkejaran mengelilingi kolam. Ada juga ikan yang senang bersembunyi dalam kotak pompa pancuran. Nila dan koi hidup rukun, berbagi tempat hidup dan berbagi makanan. Dua kali sehari kami mendapat makan dari pemilik kolam.
Semua ikan bergerombol berebut makanan setiap pagi dan sore. Pemandangan yang menjadi favorit sang pemilik kolam. Mereka tampak tersenyum bahagia setiap melihat kami ceria menyambut makanan yang ditebarkan. Meski sesekali ada saja salah satu dari kami yang iseng untuk lompat keluar kolam. Kami penasaran dengan kehidupan di luar sana. Apakah sama serunya dengan kehidupan kami di kolam ini.
Untuk melompat keluar kolam kami mengumpulkan banyak tenaga. Rasanya bangga bisa merasakan kehidupan di lantai putih itu. Ada sensasi berbeda dengan kehidupan di dalam kolam. Meski ternyata kami tidak bisa berlama-lama di sana. Mau pingsan rasanya kalau terlalu lama di luar kolam. Bagaimana bisa sang pemilik kolam hidup dengan santai dan bahagia di atas lantai putih itu? Sementara kami harus berdo'a mendapat pertolongan dari mereka untuk bisa kembali ke kolam dan bernafas dengan lega. Tapi beberapa menit pengalaman hidup di atas lantai putih itu memang menyenangkan, ada kebanggaan tersendiri pernah ada di sana meski kami selalu mendapat omelan dari pemilik kolam.
Begitulah kehidupan kami yang menyenangkan sebelum datang si Sammy, kura-kura hitam. Sammy adalah sosok pendiam. Dia jarang sekali ngobrol bersama kami. Hanya sesekali ikut bermain , berkejaran dan berebut makanan. Kalau bosan, dia naik ke tepian kolam. Rupanya dia hebat. Dia bisa berlama-lama di atas kolam tanpa tampak mau pingsan seperti kami. Bahkan dia bisa berjalan-jalan mengelilingi lantai putih nan luas itu. Untuk pulang, dia tak butuh bantuan pemilik kolam. Dia bisa menemukan jalan kembali meski harus susah payah memanjat dinding kolam untuk berenang bersama kami lagi.
Awalnya kami tak melihat keanehan pada diri Sammy kecuali sifat pendiamnya. Sampai pada suatu hari Sammy keluar dari kota pompa pancuran dengan membawa satu nila dalam gigitannya. Dengan beringas dia mengoyak seluruh tubuh salah satu teman kami. Kami tak bisa membela, hanya bisa diam terpaku melihatnya. Dan hari ini, kematian Dory menjadi kali ke tujuh Sammy melakukan tindakan mengerikan dalam kolam.
Aku Jimbo, nila oranye yang menjadi penghuni terlama dalam kolam, merasa bertanggung jawab untuk menuntaskan masalah ini. Aku harus berbicara pada Sammy sebelum dia menyapu bersih warga kolam termasuk dirinya.
Maaf, aku tak pernah bermaksud membunuh teman-teman. Hanya saja mataku ini rabun. Aku tak bisa melihat kalian dengan jelas. Itulah mengapa aku jarang ikut ngobrol bersama kalian. Aku tak tahu satu per satu teman-temanku dalam kolam ini. Aku hanya mengandalkan penciumanku untuk bertahan hidup. Dan aku selalu mencium makanan lezat dalam kotak di ujung sana. Sayangnya, setelah aku mencabik-cabik mereka hingga mati barulah aku mendengar teriakan kalau ternyata yang kugigit adalah temanku sendiri dari kolam ini. Aku ingin mengatakan semuanya sejak lama, tolong jangan masuk ke kota itu agar aku tidak salah mengenali kalian. Tapi aku tak pernah punya kesempatan tuk menjelaskan. Setiap aku mendekat sepertinya semua menjauhiku. Itulah kenapa aku sering naik ke tepi kolam, menghindar, agar kalian tak berenang dengan ketakutan. Maafkan aku." Sammy mengungkapkan semua penyesalannya padaku. Bukan dia saja yang menyesal, tapi aku juga. Mengapa tak dari dulu aku mengajaknya bicara? Setidaknya aku dan teman-teman bisa membantunya yang rabun, untuk tidak kembali salah sasaran mencari makan.
(Sebuah hikmah dari cerita ini adalah jangan tunda untuk membicarakan masalah yang sebenarnya bisa dituntaskan dengan komunikasi yang baik. Membiarkannya bukanlah solusi, justru membuat masalah terus berlarut-larut.)
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday63
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday42 #tantangan6
No comments:
Post a Comment