Friday, 3 November 2017

Jadi Ibu, Jadi Teman

Hari ini adalah kedua menjalani game tentang Komunikasi Produktif di kelas Bunda Sayang. Sebenarnya tugas yang diberikan adalah membuat 'family forum' sebagai sarana komunikasi ala keluarga kita masing-masing. Berhubung partner saya dalam game ini adalah anak mbarep, saya tidak membuay 'family forum' yang terkesan formal. Saya berusaha menjalani game ini dengam natural mengikuti kondisi dan kegiatan anak mbarep saja. Akan tetapi saya menekankan pada diri saya untuk bisa menerapkan materi Komunikasi Produktif yang telah saya dapatkan di kelas Bunda Sayang ini. Harus ada perbaikan cara komunikasi antara saya dan anak mbarep setiap hari, itu intinya.

Hari ini saya menunggu anak-anak pulang mgaji di kursi taman depan rumah. Saya ingin anak mbarep bercerita tentang kegiatan mengajinya sore ini. Karena anak mbarep kadang kurang tertarik untuk bercerita panjang lebar, saya memakai sedikit trik untuk yang satu ini. Saya mengajak teman-temannya untuk berkumpul bersama kami. Lalu saya mulai dengan mengajak temannya yang suka bercerita untuk menceritakan kegiatan di TPQ tadi. Kemudian saya ajak anak ragil untuk bercerita dan giliran berikutnya adalah anak mbarep yang bercerita. Saya suka sekali momen seperti ini, ikut berkumpul dan bercerita bersama dengan teman-teman anak mbarep dan anak ragil. Saat bersama mereka saya berusaha mengikuti topik bahasan mereka dengan antusias. Saya menunjukkan ketertarikan saya untuk mendengarkan cerita-cerita mereka semua. Saya juga menyelipkan cerita tentang mengaji di masa kecil saya juga. Ternyata trik ini cukup efektif untuk memancing anak mbarep mau bercerita tentang kegiatannya di TPQ sore ini. 

Ternyata komunikasi produktif itu tidak harus dijalankan berdua saja lho, kita bisa melibatkan orang lain untuk membuat komunikasi lebih produktif. Seperti yang saya lakukan sore ini, anak mbarep malah antusias bercerita saat saya juga antusias menyimak teman-temannya bercerita. 

Baca juga : Beda Kata Merubah Rasa

#harike2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah


Thursday, 2 November 2017

Beda Kata Merubah Rasa

Alhamdulillah saya dapat kesempatan untuk kembali belajar bersama ibu-ibu hebat di Institut Ibu Profesional. Kali ini kami sampai pada tahap Bunda Sayang. Gak sebentar waktu yang akan kita lalui bersama, satu tahun. Wah pasti banyak yang akan kita pelajari nanti ya. Semoga bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Nah pelajaran pertama yang kita terima adalah Komunikasi Produktif dan kita harus melakukan tantangan 10 hari tentang tema ini. Untuk tema ini saya memilih anak mbarep sebagai partner dalam melakukan tantangan.

Anak mbarep adalah tipikal anak yang sangat aktif dan pintar. Hanya saja anak mbarep ketrampilan verbalnya tidak sebagus anak ragil. Kemampuannya menyusun kalimat masih perlu dikembangkan untuk anak seusianya. Ini jadi PR besar buat saya. Karena keaktifan fisiknya juga kadang dia agak malas untuk bercerita pada kami tentang kesehariannya di sekolah. Dengan adanya tantangan ini semoga menjadi jalan saya untuk bisa berkomunikasi lebih produktif lagi dengan anak mbarep.

Hari ini mencoba memulai komunikasi produktif dengan anak mbarep dimulai dengan merubah pertanyaan saat menjemput dia pulang sekolah.

Biasanya saat menjemput sekolah saya bertanya, "Ada PR apa?". 

Dan dia selalu menjawabnya dengan singkat, "Gak ada" atau "Matematika".

Ah, mungkin dia bosan ditanya seperti itu terus.

Hari ini saya mencoba pertanyaan yang berbeda, "Tadi di sekolah main apa sama Fajar?".

Responnya??

Saya melihat mata anak mbarep langsung bersinar, "Ada deeh, nanti minta tolong jahitin ya dirumah. Mamas punya sesuatu yang harus dijahit."

Obrolan pun mengalir dengan lancar sepanjang perjalanan pulang sekolah. Meski pada akhirnya muncul juga pertanyaan 'ada PR apa?', tapi kali ini nada bicaranya lebih ceria dibanding biasanya saat saya langsung bertanya itu.

Sesampainya di rumah, anak mbarep langsung mengajak saya masuk kamar. Dia ambil kotak alat jahit saya, "Nah ini tolong jahitkan ya ummi. Mamas tadi beli ini dari Fajar."

Rupanya dia beli manset lengan untuk anak-anak cowok. Katanya dia beli dari Fajar harganya dua ribu satu manset dan dia beli dua manset. Fajar beli di TPQ katanya. Dan anak mbarep minta tolong dijahitkan karena ada jahitan yang sudah lepas di ujung salah satu mansetnya.

Saya pun gak mau menyia-nyiakan momen ini, saya menjahitkan mansetnya sambil memancing dia untuk bercerita lebih banyak tentang harinya. 

#harike1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah



Saturday, 23 September 2017

Galau Karena Gak Tahu Tujuan Hidup Kita



Malam ini teman-teman seangkatan jaman kuliah buat grup baru "Pengusaha 45". Grup ini katanya buat teman-teman yang punya bisnis alias usaha biar bisa saling berbagi pengalaman. Nahhh disini letak salahnya, udah tahu gak punya bisnis dan belum ada niatan bisnis malah nekat join grup.

Hasilnya apa?

Tiba-tiba jadi semakin meragukan diri sendiri. Tiba-tiba jadi bertanya-tanya apa sih sebenernya tujuan hidupku?

Dan yang lebih konyol lagi, tiba-tiba search di google dengan keyword 'cara menentukan tujuan hidup'.

Hasilnya apa?


Ringkasannya gini nih, saat kita sedang bingung menentukan tujuan hidup, tanyakan 5 hal ini pada diri sendiri:

1. Sebenarnya, Hal Apa Sih yang Paling Membuatku Bahagia?

2. Apakah Hal yang Aku Lakukan Akan Membawa Dampak Baik Bagi Orang-Orang Terdekatku?

3. Apakah Kelak Hal Ini Bisa Dengan Bangga  Kuceritakan Pada Anak-Anakku?

4. Pencapaian dan Perubahan Apa yang Paling Ingin Aku Ciptakan?

5. Jika Besok Saatnya Mati, Cukup Banggakah Aku Pada Diriku Hari Ini?

Nah, udah bisa jawab belum?

Dari 5 pertanyaan itu ada satu kata saja yang terbersit dalam pikiran saya. Apa mungkin itu memang jawabannya?

Apa jawabannya?

Jawabannya biar saya sendiri yang menyimpannya sebagai tujuan besar hidup saya.

Nah kalau saya sudah menemukan jawabannya, meskipun hanya satu kata, lalu apa yang harus saya lakukan?

Kalau kita browsing tentang 'langkah-langkah dalam menjalankan tujuan hidup' akan banyaaaaaak sekali bermunculan berbagai macam tulisan.

Tapi saya akan membuat langkah yang mudah saya lakukan, tentunya menulis ini sambil memberikan sugesti pada diri bahwa saya harus punya komitmen tinggi untuk melakukannya.

1. Tulis besar-besar tujuan hidup kita itu. Ditulis dimana? Didalam pikiran kita. Karena kadang kalau kita menulis di tempat umum kita bakal malu kalau tujuan itu tidak tercapai ya. Dan bakal jadi beban malah nanti. Tempat umum yang dimaksud sih padahal bukan lapangan atau bioskop tapi kamar tidur. Tempat umum yang bisa dilihat anak dan suami. Hehehe. Cukup ditulis besar dalam pikiran aja deh ya. Atau dalam buku diary ala ala remaja boleh lah, biar gak lupa. Tulis dengan tinta berwarna jrengg ya biar kelihatan dan terus teringat.

2. Nah tentukan langkah-langkah apa yang mau kita lakukan dalam menjalani tujuan hidup tadi itu. Jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

3. LAKUKAN.

Selesaaaiiiiiiii. Itu aja sih. Langkah-langkahnya itu gak susah kalau kita sudah ketemu apa garis besar tujuan hidup kita.

Tips nya biar kita ketemu tujuan hidup kita adalah, jujurlah pada diri sendiri. Tutup mata dan telinga dari mendengar dan melihat tujuan hidup orang lain.

Ya seperti pada cerita awal tadi, kegalauan saya yang muncul gara-gara ikut grup Pengusaha 45. Sebagian besar teman-teman punya bisnis kok saya enggak? Lha saya ngapain dong? Saya bisanya apa dong? Apa yang saya lakukan dalam hidup saya? Mereka udah berbisnis, udah punya usaha, saya masih gini gini aja.

Kalimat menohok dari suami saat saya cerita galau tadi itu,"Jangan pernah mengukur diri dari orang lain."