Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah
adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak
mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik
terhadap dirinya maupun kepada orang lain.
Berikut diantara
adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu syar’i:
1.
Mengikhlaskan
niat dalam menuntut ilmu
Seseorang tidak akan
mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah.
Orang yang menuntut ilmu
bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan
api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari
wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari
keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari
kiamat.” (HR. Ahmad)
2.
Rajin
berdoa kepada Allah Ta’ala,
memohon ilmu yang bermanfaat
Hendaknya setiap
penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan
memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh
kepadaNya.
Rasulallah shallallahu
‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat
kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat.
3.
Bersungguh-sungguh
dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu
Dalam menuntut ilmu
syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan
dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah
apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang:
yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan
(2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR.
Al-Baihaqi)
4.
Menjauhkan
diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Seseorang terhalang dari
ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya
dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan
hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.
5.
Tidak
boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu
Sombong dan malu
menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih
ada dalam dirinya.
Imam Mujahid mengatakan,
لاَ
يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْىٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ
“Dua orang yang tidak
belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)
6.
Mendengarkan
baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru
Allah Ta’ala berfirman,
“… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu)
mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan
merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
7.
Diam
ketika pelajaran disampaikan
Ketika belajar dan
mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada
keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak
boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka
dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)
8.
Berusaha
memahami ilmu syar’i yang
disampaikan
Kiat memahami pelajaran
yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadapan guru,
memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman.
Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak
banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, mengulang pelajaran setelah kajian
selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
9.
Menghafalkan
ilmu syar’i yang
disampaikan
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Semoga Allah memberikan
cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya,
menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada
orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam hadits tersebut
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia
memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal,
dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun
diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran
dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan
Ketika belajar, seorang
penuntut ilmu harus mencatat pelajaran dan poin-poin penting agar ilmu yang
disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia
mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah
ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)
11. Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari
Menuntut ilmu syar’i
bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu
adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan
mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang
menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan
ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada
manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah
seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.”
(HR Ath-Thabrani)
🔋 Tematik BISA
Referensi:
Disarikan dari berbagai
sumber.
No comments:
Post a Comment