Saturday, 14 April 2018

Matematika Perbandingan Berat

Terkadang kita sebagai orang tua merasa pusing sekali untuk membuat anak cinta matematika. Padahal penyebabnya karena pikiran kita sendiri sudah dipatri untuk rumit jika mendengar kata matematika. 

Bagai hantu yang ditakuti, matematika menjadi pelajaran yang turun temurun tidak disukai. Saya tidak mau anak-anak mengalami itu. Masa ibunya lulusan statistik trus anaknya gak suka angka? 

Lhoh apa hubungannya? Hehe

Bukan itu sih alasan utamanya. Sebenarnya saya hanya ingin memberikan pemahaman pada anak-anak bahwa ilmu matematika itu memang diperlukan dalam kehidupan kita. Lalu saya memberikan contoh langsung penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 


Bisa tentang penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian, perkenalan jam, memahami bentuk benda dan juga mengenai perbandingan berat. Seperti ketika anak-anak membantu menurunkan barang-barang dari dalam mobil sepulang kita mudik. Anak mbarep penasaran kenapa beras diletakkan pada tumpukan pertama dibanding oleh-oleh yang lain seperti lanting. 

Seperti biasa kami tidak langsung menjawab tapi malah balik bertanya. Bukannya tidak mau menjawab, kami hanya memberikan waktu untik mereka berpikir logis. 

"Kira-kira kenapa hayo kok bukan lanting yang ditaruh di bawah dan beras di atas?" tanya saya. 

Seperti langsung menangkap sinyal perintah berpikir, anak-anak langsung melayangkam pandangan pada satu titik kosong. Mereka berpikir. 

"Karena sekarung beras itu lebih berat dari sekardus lanting. Nanti kalau kardus lanting yang ditaruh di bawah sekarung beras bakal penyet terus hancur." jawab anak mbarep. 

Saya dan suami tersenyum menyatakan benar jawaban anak mbarep. Tak lupa sambil mengacungkan dua jempol ala Boboboy sebagai apresiasi kami, "Mamas memang terrrrrrbaik."

#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
#Day9

No comments:

Post a Comment