Monday 30 April 2018

Membangun Karakter Positif Anak

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 02 Bendan, Kota Pekalongan

SD Muhammadiyah 02 Bendan Kota Pekalongam mengundang wali murid kelas 1 dan calon wali murid baru  untuk mengikuti acara Smart Parenting pada hari Sabtu, 28 April lalu. Acara yang berjudul Membangun Karakter Positif Anak ini diadakan di kampus STIE Muhammadiyah Pekalongan. Menghadirkan pembiacara seorang dosen sekaligus psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dr. Sri Lestari, M.Si.

Ibu Sri menyajikan materi dengan sangat menyenangkan. Tidak terkesan teoritis tapi memberikan contoh-contoh kasus yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga semua materi yang beliau sampaikan bisa tersampaikan dengan baik pada peserta Smart Parenting. Banyaknya penanya setelah penyampaian materi juga menunjukkan tingginya antusiasme para wali murid dalam mengikuti acara bergizi ini. 



Ibu Sri Lestari, pemateri acara Smart Parenting

Saya akan merangkum beberapa hal yang telah disampaikan dalam acara kemarin sebagai oleh-oleh untuk pembaca setia blog Sejuta Kata. 

Anak-anak zaman now harus memiliki beberapa kompetensi yang akan menjadi modal utama mengarungi kehidupannya. Mereka harus memiliki fleksibilitas kognitif atau kemampuan berpikir fleksibel sesuai dengan situasi yang ada. Anak-anak juga harus memiliki kemampuan bernegosiasi dan berorientasi layanan. Selain itu anak-anak juga harus dibiasakan untuk bisa menilai suatu masalah dan mengambil keputusannya sendiri. Kecerdasan emosi, kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan kemampuan manajemen orang juga harus dimilki oleh anak zaman now. Jangan sampai pintar dan unggul dalam hal akademis tapi tidak cerdas dalam mengelola emosi atau tidak bisa bekerja sama dengan orang lain. Hal ini akan menyulitkan jalannya suatu organisasi. Kemampuan lain yang tidak kalah penting untuk dimiliki anak-anak adalah kreativitas, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memmecahkan masalah kompleks. Tentunya level kompleks masalah disesuaikan dengan umur anak. 

Ternyata banyak sekali PR kita sebagai pendamping dan pembimbing anak-anak. Selain menyiapkan anak untuk memiliki kompetensi-kompetensi tersebut, kita para orang tua juga harus memperhatikan hak-hak anak. Konvensi Hak Anak PBB tahun 1999 menyebutkan bahwa hak anak-anak antara lain bermain, pendidikan,  perlindungan, nama, status kebangsaan, makanan, kesehatan, rekreasi, kesamaan dan berpartisipasi. Sebuah keharusan bagi kita untuk memenuhi hak-hak anak tersebut.

Selain itu, kita juga harus memperhatikam prinsip-prinsip hak anak dalam mendidik dan membesarkan mereka. Anak-anak memiliki hak untuk tidak dibeda-bedakan. Mereka juga berhak untuk hidup dan berkembang serta mendapatkan penghargaan atas pencapaian-pencapaian dalam hidupnya. Dan yang pasti, apapun yang kita lakukan adalah untuk kebaikan anak-anak.

Untuk membentuk karakter positif pada anak tentunya dimulai dari pemahaman yang baik dari orang tua terhadap anak. Kita harus paham bahwa anak-anak adalah pembelajar yang cepat. Mereka akan belajar dari banyak hal. Anak-anak akan belajar dengan cara mengamati dan meniru segala hal yang terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, jadilah teladan yang baik untuk anak-anak kita. Jika kita tidak ingin anak-anak suka marah, maka kita harus memberi contoh terlebih dahulu tentang sikap lembut. Anak-anak juga belajar dengan cepat dari nasehat dan aturan-aturan yang kita berikan. Maka berikanlah nasehat dan aturan yang masuk akal dan bisa dijelaskan secara logis pada anak-anak. Jangan membuat peraturan yang mengandung kebohongan hanya karena ingin anak-anak kondusif sesuai keinginan orang tua.

Membangun karakter positif pada anak prinsipnya berawal dari orang tua. Anak memgamati dan meniru kita. Ada lima prinsip yang harus kita pahami untuk membangun karakter positif pada anak, antara lain:

  1. Mendengarkan aktif. Menghadirkan seluruh jiwa dan raga kita ketika mendengarkan anak berbicara atau bercerita akan membangun bonding yang kuat antara orang tua dan anak. Mereka juga akan melihat ketulusan kita dalam menanggapi cerita mereka. Dan secara langsung maupun tidak langsung, anak-anak akan menirukan ketulusan kita dalam mendengarkan dan memperhatikan orang lain. Anak-anak akan belajar sikap empati dan peduli.
  2. Penerimaan tanpa syarat. Menerima dengan tulus, rela dan ikhlas bahwa setiap anak dilahirkan dengan keunikan masing-masing merupakan tugas kita para orang tua. Jangan membeda-bedakan apalagi membandingkan anak-anak karena mereka memang tak pernah sama. Belajar untuk tidak menghakimi anak, belajar untuk tidak memberikan label pada anak ketika bertindak di luar harapan dan ekspektasi kita adalah contoh dari tindakan penerimaan tanpa syarat. Hal ini akan sangat berpengaruh pada pembentukan kepercayaan diri pada anak. 
  3. Kesadaran emosi diri dan anak. Orang tua adalah orang yang paling memahami karakter dan kebutuhan anaknya. Tapi itu tidak akan terjadi jika kita tidak berusaha untuk memahami, kita tidak berusaha menghadirkan seluruh jiwa dan raga untuk memperhatikan anak-anak. Mengenali emosi diri merupakan langkah awal agar kita paham apa yang harus kita lakukan dan bagaimana cara kita menghadapi anak-anak. Memahami emosi anak juga penting agar kita tahu bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi setiap perilakunya. Mengenali emosi diri dan anak ini menjadi penting agar kita undercontrol dalam mendampingi anak-anak. Mereka pun akan nyaman melalui harinya bersama kita. 
  4. Pengaturan diri. Mampu mengontrol sikap kita ketika anak melakukan kesalahan. Mampu menahan diri ketika perilaku anak-anak tidak sesuai harapan. Hal ini berkaitan dengan kesadaran emosi diri dan anak. Ketika kita sudah mengenali emosi diri dan anak, maka akan lebih mudah dalam mengelola emosi dan pikiran menghadapinperilju yang di luar harapan. 
  5. Kasih sayang pada diri dan anak. Jadilah orang tua yang mampu memaafkan diri sendiri maupun anak ketika melakukan kesalahan. Jangan menjadi orang tua yang suka mengungkit kesalahan. 
Dari lima prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk membangun karakter positif anak dimulai dari orang tuanya. Anak-anak akan mengamati dan meniru segala hal yang kita lakukan termasuk perlakuan kita terhadap mereka.

2 comments:

  1. Daging mba Nurul. Terima kasih sharingnya

    ReplyDelete