Inilah yang kusuka dari bulan Ramadan, makan bersama pun terasa lebih ceria dari biasanya. Tiga lelakiku tampak lahap sekali menikmati makanannya. Padahal sebelum salat tarawih tadi sudah menyantap beberapa potong martabak.
Tanpa terasa senyumku mengembang, penuh rasa syukur dalam hatiku. Melihat senyum dan semangat mereka adalah anugerah bagiku.
"Bundaaa... tolong geser dikit. Aku kesempitan nih duduknya." aku keluar dari lamunan. Anak bungsu sudah mendorong lenganku agar aku sedikit bergeser.
"Luas gini kok bilang sempit sih, Dik." jawabku sambil menggeser posisi duduk sedikit ke kiri.
Anak sulung dan ayahnya hanya tersenyum-senyum saja sambil melanjutkan suapan berikutnya, melihat aku dan si bungsu beradu kata. Anak bungsuku ini memang unggul dalam kemampuan verbal alias cerewet.
"Bunda itu tambah gendut lho. Aku jadi kesempitan duduknya kalau deket Bunda. Makanya Bunda itu maeme jangan banyak-banyak biar gak tambah gendut." jawabnya dengan tegas dan ekpresi wajah bak orangtua menasihati anaknya.
Oh tidaaaakk, si cerewet ini sudah berkali-kali mengatakan hal yang sama. Meski masih kelas 1 SD, anak bungsuku ini memang tergolong kritis. Tak pelak kata-katanya membuatku tertohok.
"Emang bunda sama ayah gendutan siapa?" aku bertanya sambil pura-pura cemberut. Padahal aslinya sih ingin cemberut beneran.
Anak sulung yang melankolis menjawab sambil melempar senyuman paling manisnya, "Masih gendutan ayah kok."
Ayahnya yang sudah selesai makan mau protes sepertinya dibilang lebih gendut dari aku.
"Iya, gendutan Ayah dikit banyakan Bunda. Pokonya Bunda itu jangan makan banyak-banyak biar kuat lomba lari sama aku." jawab si adik dengan santai lalu melanjutkan makan potongan terakhir ayam gorengnya.
Dua lelaki di seberang meja semakin terkekeh mendengar percakapanku dengan si adik. Beginilah nasib jadi yang tercantik di rumah, selalu saja jadi pusat perhatian. Bukan hanya perhatian dari satu lelaki saja tapi tiga sekaligus. Si ayah tak lagi jadi satu-satunya lelaki yang menghujaniku dengan perhatian, kasih sayang dan juga keisengan seperti yang aku alami malam ini.
Tanpa terasa senyumku mengembang, penuh rasa syukur dalam hatiku. Melihat senyum dan semangat mereka adalah anugerah bagiku.
"Bundaaa... tolong geser dikit. Aku kesempitan nih duduknya." aku keluar dari lamunan. Anak bungsu sudah mendorong lenganku agar aku sedikit bergeser.
"Luas gini kok bilang sempit sih, Dik." jawabku sambil menggeser posisi duduk sedikit ke kiri.
Anak sulung dan ayahnya hanya tersenyum-senyum saja sambil melanjutkan suapan berikutnya, melihat aku dan si bungsu beradu kata. Anak bungsuku ini memang unggul dalam kemampuan verbal alias cerewet.
"Bunda itu tambah gendut lho. Aku jadi kesempitan duduknya kalau deket Bunda. Makanya Bunda itu maeme jangan banyak-banyak biar gak tambah gendut." jawabnya dengan tegas dan ekpresi wajah bak orangtua menasihati anaknya.
Oh tidaaaakk, si cerewet ini sudah berkali-kali mengatakan hal yang sama. Meski masih kelas 1 SD, anak bungsuku ini memang tergolong kritis. Tak pelak kata-katanya membuatku tertohok.
"Emang bunda sama ayah gendutan siapa?" aku bertanya sambil pura-pura cemberut. Padahal aslinya sih ingin cemberut beneran.
Anak sulung yang melankolis menjawab sambil melempar senyuman paling manisnya, "Masih gendutan ayah kok."
Ayahnya yang sudah selesai makan mau protes sepertinya dibilang lebih gendut dari aku.
"Iya, gendutan Ayah dikit banyakan Bunda. Pokonya Bunda itu jangan makan banyak-banyak biar kuat lomba lari sama aku." jawab si adik dengan santai lalu melanjutkan makan potongan terakhir ayam gorengnya.
Dua lelaki di seberang meja semakin terkekeh mendengar percakapanku dengan si adik. Beginilah nasib jadi yang tercantik di rumah, selalu saja jadi pusat perhatian. Bukan hanya perhatian dari satu lelaki saja tapi tiga sekaligus. Si ayah tak lagi jadi satu-satunya lelaki yang menghujaniku dengan perhatian, kasih sayang dan juga keisengan seperti yang aku alami malam ini.
#RuangBerkaryaIbu #IbuProfesional #MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta #KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu #Proyek2RBI #Day13
#semuaanakadalahbintang #institutibuprofesional #kelasbundasayang #Day7
#30DWC #30DWCJilid13 #Day8
No comments:
Post a Comment