Wednesday, 15 November 2017

Ketika Wanita Berkata Terserah

"Mau makan dimana kita?"

"Terserah Ayah aja."

Percakapan ini selalu sukses membuat level galau Pak Bojo tiba-tiba berada pada klimaksnya. Serasa langsung muncul backsound suara, "Habislah kau Maiiiill."

Itu curhatan Pak Bojo kala kewarasan saya sudah kembali pada taraf normal. Itu juga salah satu alasan Pak Bojo kenapa beliau lebih senang saya rajin memasak daripada beli makan di luar. Bukan apa-apa, hanya bermaksud mau makan kalau mood si istri ini tak benar, yang terjadi malah perang berkobar.

"Mau makan soto?"

"Gak mau ah, masa siang gini makan soto."

"Gimana kalau mi ayam?"

"Kok mi ayam lagi? Kan terakhir makan di luar waktu itu makan mi ayam."

"Hmmm, pecel aja ya?"

"Enggak ah. Mau yang ada nasinya."

"Lha ummi pengennya makan apa?"

"Kan ummi udah bilang dari tadi, terserah ayaaah."

Kalau ada kamera mungkin Pak Bojo ingin melambaikan tangan ke kamera. Menyeraaaah. Dan percakapan seperti itu biasanya bisa berlangsung lama sampai kita khatam mengelilingi kota. 

Padahal saat saya kembali waras, saya suka tertawa sendiri mengingatnya. Tapi alhamdulillah bukan hanya saya saja yang sering mencetuskan drama 'terserah'. Wanita pada umumnya memang pernah menjadi pelakunya.

Dr. Aisyah Dahlan dalam Kajian Ilmiah Perbedaan Otak Laki-laki dan Otak Perempuan menyampaikan bahwa saat sedang marah wanita sulit untuk berterus terang, sementara lelaki sebaliknya lebih suka berterus terang. Itulah sebabnya saat suasana hati sedang tak terkendali, akan muncul 'terserah' sebagai kata sakti.

Pria dan wanita memang diciptakan berbeda. John Gray dalam bukunya 'Mars and Venus in Love' mengisahkan cerita kebersamaan makhluk dari dua planet berbeda ini pada awalnya akan sempurna. Tapi setelah beberapa lama, pengaruh atmosfer bumi mulai bekerja. Keduanya mengalami 'amnesia selektif' yang membuatnya lupa berasal dari dua planet berbeda. 

Untuk bisa terus tumbuh bersama dalam cinta, masing-masing dari kita harus menyadari bahwa pria dan wanita memang tak sama. Pria dalam sehari hanya perlu mengeluarkan 7.000 kata sementara wanita perlu mengeluarkan 20.000 kata. Jadi jangan heran kalau emak emak itu tahan lama dalam berbicara. 

Para wanita selalu ingin mengungkapkan semua yang dia rasa. Berbicara banyak sampai lega. Tak perlu solusi, hanya didengarkan dengan sepenuh hati. Nah, masalahnya disini. Saat saya bercerita menggebu tentang semua yang terjadi hari ini, tak jarang saya mendapati Pak Bojo mengangguk angguk saja tapi perhatian tetap ke tivi. Kalau ditanya cerita apa saya tadi, ya pasti gak bisa menceritakan ulang kembali. 

Jangan galau dulu wahai wanita, itu bukan karena para pria tak cinta kita lagi. Ternyata menurut penelitian pria itu otak tengahnya tipis, sehingga otak kiri dan kanannya bekerja sendiri-sendiri. Hal ini yang menyebabkan pria cepat fokus dalam waktu 10 menit dan pada saat fokus pendengaran pria akan berkurang. Cerita kita tadi akan kalah tanding dengan serunya  Naruto Uzumaki. Sementara itu otak tengah pada wanita lebih tebal 30% dibanding pria sehingga otak kiri dan kanannya bisa bersambungan. Itulah kenapa dalam satu waktu wanita bisa mengerjakan lebih dari satu pekerjaan meski hanya punya dua tangan dua kaki.

Perbedaan antara pria dan wanita masih banyak lagi. Jika kita memahami dan menyadari kalau kita memang berasal dari dua planet yang berbeda, niscaya cinta akan terus tumbuh dan bersemi. Biarkan peperangan sesekali terjadi, tapi jangan lupa bahwa ada saatnya untuk mengangkat bendera putih. Gencatan senjata dan kembali untuk bersama tertawa lagi. Menertawakan ketidakwarasan dari perbedaan yang memang harus dijalani sepanjang hidup ini.

*Cerita ini terinspirasi dari Resume Kajian  Ilmiah Perbedaan Otak Laki-laki dan Perempuan oleh Dr. Aisyah Dahlan, yang disampaikan pada kelas Bunda Sayang Jawa Tengah*

Baca juga: Kondangan Rasa Kulineran

2 comments: