Tak terasa berakhir sudah kuliah level pertama di kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional. Pada level pertama ini kita belajar tentang komunikasi produktif.
Setiap hari kita pasti berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kita, dengan suami, anak, ataupun teman-teman kita. Akan tetapi apakah komunikasi yang kita lakukan itu sudah baik? Apakah kita sudah melakukan komunikasi yang produktif?
Di kelas ini kita mendapatkan banyak ilmu tentang Komunikasi Produktif. Ternyata hal yang tiap hari pasti kita lakukan saja ada ilmunya ya.
'Selisih paham seringkali muncul bukan karena isi percakapan melainkan cara pencapaiannya.'
Nah pada level ini kita diberi tugas untuk mempraktekkan ilmu bersama salah satu anggota keluarga. Saya memilih anak mbarep sebagai partner tantangan level pertama ini. Anak mbarep adalah tipikal anak yang kurang cerewet, beda dengan adiknya. Jadi butuh sedikit perjuangan untuk bisa melakukan komunikasi produktif dengan dia. Harapannya sih saya bisa menemukan cara terbaik dalam berkomunikasi dengan anak mbarep agar dia lebih terbuka nantinya.
Tugas atau tantangan level pertama ini harus dikerjakan sedikitnya 10 hari dalam 17 hari yang disediakan. Berikutnya hasil praktek kita itu harus diceritakan dan tulisan dikumpulkan link nya. Saya mengerjakan selama 15 hari dan semoga penerapannya tidak berhenti disitu saja tapi selamanya.
Awalnya bingung mau melakukan apa. Awalnya agak sombong dikit, halah wong tiap hari udah komunikasi kok masih disuruh praktek lagi. Ehhhh setelah dijalani ternyata baru sadar saya selama ini tuh komunikasi dengan anak mbarep kurang fokus.
Pada materi pertama dijelaskan, bahwa untuk berkomunikasi dengan anak kita harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:
- Keep Informartion Short and Simple (KISS)
- Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
- Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
- Fokus ke depan, bukan masa lalu
- Ganti kata "TIDAK BISA" menjadi "BISA"
- Fokus pada solusi bukan masalah
- Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
- Mengganti nasihat menjadi refleksi pengalaman
- Mengganti kalimat interogasi dengan kalimat observasi
- Mengganti kalimat yang menolak atau mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
- Mengganti perintah menjadi pilihan
Banyak kan?
Coba deh kita ingat-ingat apakah komunikasi kita dengan anak sudah menerapkan poin-poin ilmu tersebut?
Dari dulu saya sangat percaya kalau keluarga yang baik itu yang komunikasi antar anggotanya berjalan dengan baik. Ternyata benar, dalam materi kuliah kemarin disampaikan kalau anak yang tumbuh dengan komunikasi yang positif dengan orangtua akan memiliki kepribadian, daya tahan terhadap stres dan self esteem yang lebih baik dibandingkan anak yang memiliki hubungan dan komunikasi buruk dengan orang tuanya.
Hari pertama saya mencoba mengganti kalimat interogasi menjadi kalimat observasi. Biasanya sepulang sekolah langsung menyerbu dia dengan pertanyaan seputar sekolahnya dan dia paling menjawab, "Gak ada PR." Sudah begitu saja. Sekarang saya ganti, "Tadi di sekolah main apa sama Fajar.?" Dan tanpa disangka serentetan cerita saya dapatkan dari dia. Alhamdulillah. Saya jadi tambah semangat untuk menjalankan tantangan hari berikutnya.
Ternyata kalau 'dipaksa' memperhatikan pola komunikasi kita begini jadi lebih produktif hasilnya. Ini ilmu yang sangat berguna untuk ibu muda seperti saya.
Komunikasi produktif dengan anak itu susah-susah gampang. Prinsip dasar dalam mewujudkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak itu adalah dengan menunjukkan ketertarikan dan perhatian agar anak yakin kalau apa yang mereka sampaikan adalah hal penting bagi kita, komunikasi non verbal alias bahasa tubuh juga penting agar anak merasa nyaman dan diperhatikan. Menerima perasaan mereka dengan ucapan, "Wuah seru sekali pasti ya tadi mainnya.", "Mas sedih ya kalau dimarahi Umi? Sama, Umi pun sedih kalau marahin Mas." Dan yang paling penting adalah fokus hanya pada anak. Sediakan waktu untuk benar-benar perhatian dan fokus pada apa yang mereka sampaikan.
'Biarkan cerita anak-anak mengalihkan dunia kita.'#aliranrasa #level1 #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip #kelasbundasayang #institutibuprofesional #iippekalongan #iipsemarang #iipjawatengah
Baca juga: Berani Imunisasi
No comments:
Post a Comment