Sunday, 3 December 2017

Mandiri Butuh Motivasi

Memasuki hari ke-4 tantangan game di level 2 pembelajaran kelas Bunda Sayang. Bagi saya tantangannya adalah harus mencatat apa yang sebenarnya sudah kita jalankan sehari-harinya. Tapi pembelajaran ini jadi seru karena mau tidak mau saya harus mengamati apa yang biasanya hanya berjalan mengalir begitu saja. Sejak pembelajaran pertama lalu saya jadi lebih tahu kelebihan dan kekurangan sistem parenting yang sudah kami jalankan selama ini. Dan perlahan kami belajar untuk memperbaiki kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran ini.

Melatih kemandirian pada anak harus dilakukan dengan cara-cara yang fleksibel karena harus mengikuti perkembangan mereka yang terkadang menakjubkan. Saya paling menyukai jalur 'sounding' saat pillow talk. Ini menjadi waktu mustajab bagi saya untuk 'menyuntikkan' aturan atau kesepakatan baru bersama mereka. Terkadang anak akan bosan kalau kita menyampaikan berbagai aturan kesepakatan secara formal ala anak dan orang tua. Apalagi kawan-kawan kecil saya ini, mereka terlalu kritis dan cerewet. Semua kesepakatan harus ada jawaban dari satu pertanyaan mereka, 'Kenapa?'.

Post Card dari Bubu Mia di Bern, Swiss

Dan kemarin saya mendapatkan cara ampuh untuk menyuntikkan motivasi pada kawan-kawan kecil saya. Sepucuk post card berlatarbelakang pegunungan di Swiss datang di rumah kami. Heboh sekali mereka setiap ada hal baru yang menghampiri.

"Itu apa Umi?", anak mbarep tak sabar ingin tahu tentang selembar kertas itu. Anak ragil pun tak kalah penasaran, "Aku nak lihat...aku nak lihat.".

Saya pun bercerita kalau kartu pos itu dikirimkan dari luar negeri, dari Swiss tepatnya. Mereka semakin penasaran setelah mendengar kata 'luar negeri'. Dari siapa? Bagaimana mereka mengirimnya?

Kartu pos ini dikirim oleh teman Ummi yang sedang ada di Swiss karena suaminya bekerja disana. Anak mbarep dan anak ragil selalu bersemangat jika saya bercerita tentang luar negeri. Mereka selalu semangat belajar Bahasa Inggris karena ingin bisa jalan-jalan ke luar negeri. Lalu bagaimana teman Ummi bisa bekerja disana?

Nak, suami teman Ummi itu bekerja di kedutaan Swiss. Beliau bertugas mengurus dan menjaga orang-orang Indonesia yang juga hidup disana. Untuk bisa bekerja di luar negeri seperti beliau pastinya harus pintar. Coba deh baca isi kartu posnya.

Post Card dari Bubu Mia di Bern, Swiss
"Tidak ada yang sulit bagi Allah. Maka tidak ada yang mustahil bagimu untuk keliling dunia suatu hari nanti. Rajin belajar dan berdo'a ya Abid dan Naufal, agar semuanya Allah ijinkan."

Tuh, Bubu Mia memberi tahu Mamas dan Adek bagaimana caranya agar bisa kelliling dunia. Harus rajin belajar dan berdo'a. Iya kan?

Mamas Adek mau rajin belajar dan berdo'a?

Mereka menganggukkan kepala serempak dengan wajah berseri-seri.

Rajin belajar dan berdo'a itu artinya Mamas dan Adek harus mandiri, tahu waktu kapan harus belajar, sholat atau bermain. Ayah Ummi gak perlu mengingatkan terus. Anak yang sudah besar dan pintar kalau dengar adzan langsung berangkat ke mushola. Sholatnya rapi gak becandaan. Kalau waktunya belajar tanpa diingatkan langsung menata pelajaran dan belajar.

Nanti suatu saat kalau Mamas Adek diberi rejeki oleh Allah untuk kuliah di luar negeri, Mamas Adek juga harus bisa hidup mandiri. Kalau kuliah di luar negeri artinya hidup jauh dari Ayah Umi jadi kalian harus mencuci baju sendiri, menyiapkan makan sendiri, bersih-bersih rumah sendiri. Harus belajar sejak kecil untuk bisa hidup mandiri. Kalau gak terbiasa mana bisa. Ya kan?

Mereka kembali menganggukan kepala serempak.

Baca juga: Melatih Kemandirian Penuh Tantangan

#harike4
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#iippekalongan
#iipsemarang
#iipjawatengah

2 comments:

  1. Subhanallah.. aku terharu sekali baca tulisan ini. Sampai nangis bacanya �� sehat sehat yaa anak-anak sholeh.. insyaAllah nanti tiba waktunya Allah ajak jalan-jalan melihat bagian bumi Allah yg luas ini. Salam sayang dari Swiss.

    Mia Saadah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah bubu, selembar post card yang memunculkan motivasi besar untuk anak-anak. Terimakasih BuBu. Salam sayang untuk Kak Athar disana.

      Delete