Mengamati gaya belajar anak pada game level 6 kelas Bunda Sayang ini membuat saya sering berkata dalam hati, "Ooooh ternyata begini toh." Agak lucu sih ketika saya baru memahami perbedaan gaya belajar dua jagoan cilik saya ketika mereka sudah kelas 1 dan 2 SD. Sempat bertanya juga pada diri sendiri, kemana saja selama ini sampai baru menyadari kalau mereka memang berbeda.
Anak mbarep bergaya belajar visual dan anak ragil bergaya belajar auditori. Itu kesimpulan yang didapatkan selama pengamatan. Belajar lebih dalam tentang macam-macam gaya belajar membuat saya semakin mengenali anak-anak. Tadinya saya cuma bisa marah dan kecewa kalau proses dan hasil belajar anak-anak tidak sesuai dengan keinginan. Betapa egoisnya saya.
Anak mbarep lebih suka membaca buku yang berwarna dan bergambar. Untuk membaca buku pelajaran atau buku bacaan lain yang penuh tulisan tanpa gambar, dia akan mudah jenuh bahkan tidak tertarik. Anak mbarep ini lebih suka mengamati langsung segala hal yang dia lihat. Cara abang nasi goreng memasak, cara kasir menghitung belanjaan, cara Mbah Uti menanam padi, cara Pak Ustadz menyembelih sapi dan lain sebagainya. Nah, kalau sudah selesai mengamati dia akan bercerita hasil pengamatannya. Tidak hanya sekali, karena nanti saat dia ingat akan diulang lagi cerita itu. Kebiasaan bercerita ini sayangnya membuat dia kurang fokus dalam belajar. Baru sebentar saja fokus, dia akan bercerita lagi. PR bagi saya untuk mencarikan solusi agar hasil pengamatannya bisa tertuang dengan tuntas sehingga tidak.mengganggu fokusnya dalam belajar. Saya juga harus lebih sering mengajak dia mengeksplorasi alam sekitar untuk menambah pengetahuan dan mengasah rasa ingin tahunya.
Sementara itu anak ragil adalah tipe pendengar yang baik. Dia selalu merekam apapun yang kami jelaskan pada memorinya. Ini menjadi tantangan bagi kami untuk selalu menjelaskan segala hal dengan benar karena akan terus diingat olehnya. Berbeda dengan anak mbarep yang hanya suka buku bergambar, anak ragil bisa membaca buku yang berisikan tulisan saja. Dia akan berimajinasi dengan bebas tentang cerita dalam buku yang ia baca. Dia juga mampu untuk menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri tentang semua yang dibacanya. Berbeda dengan anak mbarep yang menjawab rasa ingin tahunya dengan cara pengamatan, anak ragil menjawab rasa ingin tahunya dengan bertanya pada kami orang tuanya. Dia tidak mudah puas dengan jawaban yang kami berikan. Biasanya sedikit saja keraguam tercium dari jawaban kami akan mengundang protes dari dia. Lebih baik kami meminta maaf dan meminta waktu untuk mencari tahu dulu daripada kami menjawab alakadarnya. Anak ragil gak akan berhenti bertanya kenapa begini kenapa begitu kalau dia belum merasa jawaban yang kami berikan sudah benar. PR kami mengenai anak ragil adalah membantu dia untuk mengendalikan emosi dan mood belajar. Kalau dia sudah berkata tidak mau belajar, kami harus pintar-pintar mengeluarkan jurus rayuan maut.
Melihat perkembangan pertumbuhan anak-anak yang sudah semakin cepat, saya merasa harus lebih sering mengadakan family forum agar kami bisa menyampaikan semua hal yang perlu dievaluasi dari satu hari yang telah kita lalui. Evaluasi untuk anak-anak dan juga untuk kami orang tuanya.
#aliranrasa #tantangan10hari #gamelevel4 #kelasbunsayiip #institutibuprofesional
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday54
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday33
#PerempuanBPSMenulis #MenulisAsyikdanBahagia #15haribercerita #harike22
No comments:
Post a Comment