Thursday, 15 March 2018

Aku Ingin Tahu Mengapa


Beberapa hari lalu saya pernah mengajak anak-anak untuk menuliskan apa yang telah mereka baca. Awalnya mereka antusias tapi tak bertahan lama, mereka sudah tidak mau lagi menulis. Sebagai orangtua tentu saya tidak boleh memaksa. Saya tetap bersyukur meski tidak mau menulis, anak-anak justru semakin semangat membaca. 

Kemarin saya melihat anak ragil membaca buku Aku Ingin Tahu Mengapa ketika jam belajar. Waktu saya tegur, dia menjawab, "Umi tahu gak kata bu guru kalau anak mau pintar harus rajin membaca. Sekarang aku lagi apa?" 


Saya gak bisa menjawab lagi. Dia sedang membaca. Dan saya sebagai orangtua terlalu didewakan oleh buku pelajaran. Padahal belajar kan bisa darimana saja. Akhirnya saya biarkan dia melanjutkan kegiatam membacanya. Hanya saya mengingatkan dia untuk sedikit refresh tentang pelajarannya setelah selesai membaca. 

Malam ini pun sama, anak mbarep tidak mau membaca buku pelajaran. Dia mau membaca buku Aku Ingin Tahu Mengapa: Perutku Keroncongan. Saya gak komplain lagi malam ini. Saya biarkan anak mbarep membaca bukunya. 


Seperti biasa buku pilihan anak mbarep adalah buku bergambar yang full color. Saya pun bertanya "Mamas baca apa?"

Katanya, dia ingin tahu adik bayi itu lahirnya bagaimana. Penjelasan tentang ini memang ada di bagian tengah buku. Dia tampak antusias lagi mencari jawaban dari apa yang ada dalam pikirannya. "Trus mamas udah tahu sekaranf bagaimana adik bayi lahir?"

Dia pun menjawab "Enggak, mamas belum ngerti."

Saya tersenyum mendengar jawabannya "Tak apa mas, itu artinya besok kita harus baca tentang itu lagi ya. Biar semakin paham. Kalau ada yang gak paham bisa tanya ayah ummi kok yang mana yang gak paham."

#GameLevel5 #Tantangan10Hari #harike15 #KuliahBunsayIIP 
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst #InstitutIbuProfesional

1 comment: