Saturday, 17 March 2018

Petualangan Si Pengumpul Data (7): Kerja Sambil Belanja

Hampir lima tahun duduk manis di balik komputer sebagai penanggung jawab olah data dan juga diseminasi data membuatku agak kaget ketika harus kembali terjun ke lapangan. Aku yang biasanya seharian di dalam ruangan dengan hembusan angin sejuk dari AC, sekarang harus bersahabat dengan teriknya Pantura Jawa. Aku harus blusukan ke kampung-kampung, berdampingan dengan truk-truk besar yang berjejeran di jalur pantura dalam perjalanan ke lapangan dan juga menghadapi responden yang tak selalu mudah untuk didata. 

Sempat ada rasa grogi lagi meski satu tahun pertama aku kerja sudah pernah menaklukkan Kota Manna. Tapi Kota Pekalongan itu berbeda, begitu kata hatiku yang selalu komplain ketika berusaha menenangkan diri. Kota Manna adalah ibukota kabupaten kecil dengan kultur kehidupan non kota. Warganya lebih mudah untuk menerima kehadiran kita para pengumpul data. Sementara Kota Pekalongan sudah identik dengan kehidupan hiruk pikuk perkotaan. Belum turun ke lapangan saja aku sudah ngeri dibuatnya. Meyakinkan diri bahwa semua akan berjalan dengan baik adalah sebuah tugas besar. Meskipun pada akhirnya satu-satunya jalan yang bisa kuambil adalah menikmati semua petualangan ini.


Survei Harga adalah salah satu tugas yang berusaha kunikmati. Aku harus rutin seminggu sekali, dua minggu sekali dan juga bulanan menanyakan harga barang-barang di pasar tradisional. Mulai dari harga beras, gula, sayuran, buah-buahan, ikan dan sepertinya semua yang dijual di pasar harus kutanyakan harganya.

Bagaimana caranya?? Itu pertanyaan pertama yang ada dalam pikiranku. Menanyakan harga tanpa belanja pada beberapa orang penjual sekaligus. Apa orangnya mau ditanya harga saja? Jam berapa aku harus ke pasar agar tidak mengganggu kegiatan jualan mereka? Bagaimana caraku bertanya agar para penjual itu tidak bosan didatangi terus?

Hari pertama melakukan Survei Harga, aku datang jam 10 pagi. Berharap kegiatan jual beli di pasar sudah tidak terlalu ramai lagi. Aku berjalan mengelilingi pasar sambil mengamati wajah para penjualnya. Mencari wajah penjual yang paling ramah adalah tujuan pertamaku. Mondar-mandir melewati semua toko dan semua los dalam pasar demi menemukan calon responden terbaik. Akupun harus mondar mandir dengan memasang ekspresi senyum termanis agar para penjual jatuh cinta lebih dulu padaku. Jangan sampai belum bertanya tapi mereka sudah sebel duluan melihat wajahku. 

Selain mencari wajah penjual paling ramah, sebenarnya tujuanku berkeliling pasar itu untuk menunda waktu pendataan. Jantungku masih dag dig dug. Pikiranku juga masih terus berputar menyusun kata-kata terbaik untuk mengawali percakapan dengan responden nanti. Rasanya seperti mau kencan pertama dengan pujaan hati. 

Sasaran pertamaku adalah pedagang sembako di dekat gerbang pasar. Ibu penjualnya selalu melempar senyum manis padaku selama tiga kali aku lewat depan tokonya tadi. Ini pasti responden yang tepat buatku. Aku pun memberanikan diri untuk menghampiri toko sembako yang sedang tidak dikunjungi pembeli ini. Aku datang dengan senyum paling manis. Tapi aku gak tega mau langsung memberondong ibu penjual dengan rentetan pertanyaan. Aku putuskan untuk membeli minyak goreng. Meski dalam hati berkata "Aduh, kalau tiap survei harus belanja tekor juga kantongku."

Setelah membeli minyak goreng, aku pun memberanikan diri untuk menyampaikan maksud hatiku sesungguhnya mendatangi toko ini. Rasanya jantung ini berdetak kencang ketika menyampaikan maksud hati ini. Berharap ibu penjual menerima pernyataanku dan bersedia menjadi responden rutin Survei Harga ini. Detik-detik menanti jawaban dari ibu penjual ini sungguh menegangkan. Berharap di belakangku ada suporter yang memberikan semangat dan berteriak "Terima...terima...terima...". 

Tapi sayangnya aku tidak membawa satupun suporter. Hanya berdo'a dalam hati yang bisa kulakukan. Sampai ibu penjual sembako akhirnya menjawab "Iya saya terima", "Iya mbak gak apa-apa, ke sini aja kalau butuh tanya-tanya harga. Asal pas gak saya lagi rame aja ya mbak"

Yes... yes... yes... rasanya lega sekali. Rasanya ingin langsung memeluk ibu itu sambil mengucapkan terimakasih, tapi saya harus tetap tampil elegan dong. Cukup dengan mengucapkan terimakasih, memberikan senyum terbaik dan tidak lupa membayar minyak goreng yang sudah saya beli tadi.

#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday48 #tantangancerbung

No comments:

Post a Comment