Saturday, 3 March 2018

Kendalikan Pikiran dan Perasaan Untuk Kesehatan Jiwamu


Kadang lelah datang bukan karena pekerjaan fisik yang berat, tapi perasaan yang terlalu terkuras. 

Tipsnya jangan mudah terbawa perasaan semuanya itu, biar berlalu terhempas oleh waktu.

Catatan buat kamu.

Beberapa hari lalu saya menuliskan kalimat-kalimat itu. Saya menuliskan dalam keadaan bahagia. Saya ingin berbagi pada teman semua kalau pikiran kita bahagia, lelah seakan tak terasa. Kekuatan pikiran itu sungguh sangat luar biasa. Dua tahun terakhir saya merasakan bisa bekerja dengan nyaman dan bahagia sebanyak apapun pekerjaan saya. Pulang dengan hati riang, tanpa beban pikiran. Kembali berkumpul dengan keluarga tanpa membawa beban berat pekerjaan. Suasana ini sulit tercipta kalau lingkungan dan pikiran tidak bisa diarahkan untuk mendukungnya. 

Dan benar saja, tiba saatnya saya dihadapkan pada satu hari tanpa tumpukan kerjaan yang berarti. Tapi saya pulang ke rumah dengan rasa lelah yang teramat sangat. Bayangkan, saya hanya mengerjakan satu dua jenis pekerjaan saja dalam satu hari tapi saya pulang ke rumah dengan hati yang sesak, pikiran berat dan badan rasanya remuk redam. Dan rasa ini bertahan hingga dua hari. 


Apa yang terjadi?

Ada satu kejadian yang membuat pikiran saya seperti kejatuhan reruntuhan tembok besar. Beruntungnya saya punya pimpinan-pimpinan yang menenangkan. Mengajarkan saya untuk bersikap lebih tenang. Mereka membimbing saya untuk lebih ikhlas menjalani setiap langkah. Meski jujur sebagai manusia wajar jika saya punya  rasa kecewa dan trauma. Saya berusaha sekuat diri untuk membersihkan perasaan dan pikiran saya. Memunguti serpihan reruntuhan tembok besar yang mengungkit kembali luka lama yang perlu kerja keras menyembuhkannya. 

Belajar mengendalikan semua rasa tanpa menggangu ketenangan perasaan dan pikiran orang lain memang tak mudah. Masih banyak manusia yang  egois, mencari kenyamanan diri tanpa memikirkan perasaan orang lain. Hanya yang mau belajar ikhlas katanya yang mampu menata diri untuk lebih punya empati.

Dan benar kata orang, setiap ujian membuat kita naik ke level berikutnya. Mengasah kembali keikhlasan diri menerima setiap jalan Illahi. Ajang  belajar juga untuk memahami satu per satu karakter individu di sekitar kita. Jika baik bisa kita serap kebaikannya, jika kurang baik bisa  dicatat untuk tidak  ditirukan dalam kondisi seburuk apapun kita. 

Kembali menuruti saran dari pimpinan-pimpinan bijaksana saya.

 "Jalani semua dengan ikhlas mbak, insyaallah akan diberi kemudahan oleh Allah.", 

"Jangan terlalu dimasukkan hati mbak, cukup cantelkan saja di sebelahnya. Jalani seperti biasa saja."

Sebenarnya sudah menahan diri untuk tidak menuliskan ini. Tapi bukankah menulis adalah jalan saya untuk mewaraskan diri? Mengungkapkan segala rasa agar emosi tidak baiknya tak berimbas pada keluarga. Atau pengalaman ini justru akan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, i hope so. 

(Jika suatu hari nanti saya membaca lagi tulisan ini, semoga akan menjadi pengingat untuk selalu memikirkan perasaan orang lain dalam setiap langkah saya.)


#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday62
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday41



No comments:

Post a Comment