Monday 26 March 2018

Aliran Rasa: Menstimulasi Anak Suka Membaca


Pada materi level 5 kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional disampaikan bahwa sebelum menstimulasi anak suka membaca, kita haru memahami tahapan yang perlu dilalui anak dalam meningkatkan ketrampilan berbahasanya. Tahapan tersebut adalah ketrampilan mendengarkan (listening skills), ketrampilan berbicara (speaking skills), ketrampilan membaca (reading skills), dan ketrampilan menulis (writing skills). Keempat tahapan tersebut harus dilalui terlebih dahulu secara matang oleh anak.

Sayangnya tahapan mendengarkan dan berbicara sering dilewatkan oleh orang tua. Sehingga sebagian besar anak bisa membaca tapi belum tentu terampil dalam mendengarkan dan berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar dari kita, para orang tua, juga hanya menstimulasi anak untuk bisa membaca bukan suka membaca. Hal ini menyebabkan anak bisa menulis huruf tapi tidak bisa menghasilkan karya dalam bentuk tulisan.

Menstimulasi anak suka membaca sebenarnya bisa dilakukan dengan langkah-langkah yang sederhana. Dimulai dengan tahap mendengarkan, kita harus sering mengajak anak berkomunikasi yang bahkan bisa dilakukan sejak mereka dalam kandungan. Membuat forum keluarga, memperdengarkan lagu anak, membacakan buku dengan nyaring, dan juga mendongeng untuk anak adalah kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulasi anak untuk mendengarkan.

Pada tahap berbicara, kitalah orang tua yang harus belajar mendengarkan. Sediakan waktu kita sebanyak mungkin untuk mendengarkan cerita mereka. Berikan apresiasi ketika mereka bercerita tentang kesehariannya, temannya maupun tentang buku yang telah mereka baca. Sering mengajak mereka bersilaturahim akan melatih ketrampilan mereka untuk mendengar dan berbicara.

Tahapan membaca juga dan menulis juga bisa dikerjakan dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Membuat acara membaca bersama yang seru bersama anak, menempelkan pesan untuk mereka di pintu kamar, memberi apresiasi anak ketika membaca buku meski hanya senang melihat gambarnya saja, atau juga dengan membuat pohon literasi agar mereka termotivasi melihat semakin banyak daun-daun buku yang telah mereka baca. Mengajak anak-anak untuk berlatih menuliskan segala gagasan ataupun pengalaman kesehariannya juga akan menstimulasi mereka untuk suka menulis. Sediakan tembok khusus untuk menempelka  hasil coretan mereka atau juga sediakan buku diary khusus yang bisa digunakan untuk menulis ungkapan hati mereka.

Saya telah mencoba melakukan tahapan-tahapan yang disarankan. Memulai kegiatan menstimulasi anak suka membaca dengan membacakan buku sebelum tidur. Saya membacakan dengan nyaring dan intonasi yang membuat mereka tertarik untuk mendengarkan. Membacakan dengan intonasi yang tepat sesuai cerita dan juga memasang ekpresi wajah sesuai cerita sangat berhasil untuk memancing mereka penasaran dengan isi cerita. Bahkan terkadang anak-anak jadi minta dibacakan lebih dari satu buku dalam semalam.

Setelah membacakan nyaring saya mencoba memberikan tantangan pada anak-anak untuk membaca bersama, tidak lagi saya bacakan. Lalu mereka juga saya tantang untuk menuliskan pengalaman membacanya. Apa yang mereka baca dan bagaimana cerita dalam buku yang mereka baca. Mungkin karena sebelumnya belum pernah ada stimulasi apapun dari saya untuk mereka suka menulis, kegiatan ini menjadi agak membosankan dan kurang seru bagi mereka.

Saya pun mengganti strategi dengan memberikan tantangan baru. Memahami pesan yang ada dalam sebuah cerita. Kali ini saya kembali membacakan buku untuk mereka. Beberapa buku dongeng sederhana. Merek berlomba-lomba untuk menyampaikan pesan yang mereka tanhkap dari setiap cerita yang saya bacakan. Sepertinya ini adalah strategi yang seru untuk mereka. Mereka berusaha mendengarkan dengan seksama cerita yang saya bacakan, mereka berusaha berbicara untuk menyampaikan pesan yang mereka pahami dari cerita itu. Bahkan terkadang anak mbarep maupun anak ragil membaca ulang buki cerita yang sudah saya bacakan karena mereka tertarik dengan ceritanya.

Cara tersebut bisa diterapkan untuk cerita-cerita dongeng atau fiksi. Lalu bagaiman kalau mereka membaca buku pengetahuan atau non fiksi? Saya pun memutar otak untuk memasang strategi baru pada buku non fiksi. Ternyata cara yang bisa diterapkan adalah dengan menunjukkan gambar dalam buku lalu saya menceritakan ulang menggunakan bahasa saya sendiri. Jangan lupa ekspresi dan intonasi harus menarik. Buatlah anak-anak semakin penasaran. Cara ini cukup efektif. Membacakan dengan menarik seperti mendongeng sebanyak satu atau dua halaman saja berhasil memancing mereka untuk lanjut membaca lembar-lembar berikutnya.

Nah, ketika mereka sudah lanjut membaca lembar-lembar berikutnya biasanya mereka akan semangat untuk bercerita. Ketika momen ini datang, hadirlah dengan sepenuh raga dan sepenuh jiwa untuk mendengarkan cerita mereka. Sesekali berikan komentar yang menunjukkan ketertarikan kita pada cerita mereka. Tunjukkan kalau kita antusias dengan cerita mereka. Cara ini berhasil untuk membuat pancaran mata mereka berbinar. Anak ragil bercerita tentang dinosaurus dan anak ragil bercerita tetang mobil terkecil di dunia. Dan mereka mengambil buku berikutnya karena semangat untuk bercerita pada kita, orang tuanya.

Keberhasilan ini tidak lantas membuat saya cukup puas. Menjaga kebiasaan dan konsistensi waktu membaca bersama sangatlah penting. Saya juga akan mulai untuk menstimulasi anak-anak suka menulis melalui kegiatan sederhana. Mulai menuliskan pesan-pesan pendek di pintu kamar sepertinya akan menjadi pilihan. Dan mereka pun berhak menuliskan pesan untuk kami, orang tuanya. Saya rasa cara ini akan menarik untuk mereka. Membuat pohon literasi yang ditempel di tembok mereka masing-masing juga akan saya coba terapkan untuk memberikan semangat suka membaca pada dua jagoan saya.

#GameLevel5 #Tantangan10Hari #aliranrasa #KuliahBunsayIIP 
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst #InstitutIbuProfesional
#30DWC #30DWCJilid12 #Squad3 #Day5

No comments:

Post a Comment