Tuesday 30 January 2018

Saya dan Kopi


Saya dan kopi sedang 'dekat' setahun terakhir ini. Meski sebenarnya saya dan kopi sudah kenal lama. Lebih lama dibanding kenalnya aku dan kamu. Iya ... kamu ....

Ijinkan saya sedikit berbagi cerita kedekatan antara saya dan kopi.


****

Saya dan Kopi.

Kopi bukanlah barang asing bagi saya. Dulu almarhumah Ibu selalu menyiapkan kopi setiap pagi dan sore untuk Bapak. Dan saya selalu mendapat jatah 'kopi bening' alias segelas kopi yang mungkin bubuknya hanya seujung sendok saja. 

Saya lahir dan besar di daerah penghasil kopi. Siapa yang tak pernah mendengar nikmatnya kopi Robusta dari Dampit, Malang. Para penikmat kopi pasti pernah mendengar nama Kopi Dampit. 

Ya, saya lahir dan besar di daerah penghasil kopi. Dulu, Dampit punya perkebunan dan pabrik kopi besar yaitu PT Margosuko. Gudang-gudang kopi juga pemandangan yang lumrah bagi saya dimasa kecil dulu. Rombongan pekerja pabrik kopi selalu saya temui dalam perjalanan menuju SD dulu. 

Keluarga saya juga jadi bagian dari pabrik kopi, buruh pabrik kopi. Menjemur kopi, memilih biji kopi, menghitung bayaran pegawai pilih kopi bukan kosakata baru. Robusta dan arabika juga enaknya kopi dari Timor pernah saya cicip dimasa kecil dulu. Hanya saja saya dimasa lalu tak terlalu tertarik untuk mengenali kopi lebih jauh.

Aroma kopi bukan aroma asing bagi saya. Dulu, saya selalu mendapat tugas untuk menggoreng kopi. Ya, ibu saya dulu membuat kopi sendiri untuk bapak. Dari biji sampai menjadi bubuk dan disajikan untuk kami di rumah. 

Sekarang, kopi bagi saya adalah sebuah kehangatan. Kopi membawa saya merasakan kembali kehangatan keluarga yang dulu. Keluarga bahagia sebelum banyak cerita hadir dan merubah segalanya. 

Sekarang, kopi bagi saya adalah sebuah kekuatan. Kopi mengingatkan saya akan kekuatan perjuangan seorang ibu yang telah membesarkan dan mendidik saya sampai bisa jadi seperti sekarang ini. 

Sekarang, kopi bagi saya adalah sebuah kerinduan. Kerinduan akan aroma wanginya kopi yang hadir setiap sore dan pagi. Kerinduan akan tangan hangat yang menyiapkan dan menyajikan kopi itu dimasa kecil dulu.

Saya dan kopi bukan hanya sebatas hitam yang bisa dinikmati. 

Saya dan kopi adalah tentang berjuta memori di dalam hati. 

****

Begitulah sedikit cerita kedekatan antara saya dan kopi. Dimulai dari kopi bening, kopi manis, kopi instan, sampai sekarang mulai menikmati kopi hitam tanpa gula dari berbagai daerah.

Kopi Vietnam yang manis aromanya, kopi Mandailing dengan khas rasa asamnya, kopi Lampung yang tak kalah nikmatnya, kopi Java Arabica yang 'tebal' rasanya, kopi Toraja, kopi Temanggung, dan sekarang sedang berkenalan dengan Kopi Wamena yang 'light' di lidah. Sedang dalam proses pengiriman Aceh Gayo dan Bali Pupuan untuk dicicip pada antrian berikutnya. 


Merutinkan minum kopi sebagai pengingat diri jika pahit itu untuk dinikmati bukan ditangisi. 
(Kurniasih, 2017).
#onedayonepost #ODOPbatch5 #ODOPday8
#odopfor99days #odopfor99days2018 #odopday30

12 comments:

  1. Tulisannya saya suka mba :)

    ReplyDelete
  2. Kayaknya mbak nurul lebih expert soal kopi dibanding saya nih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahh enggak lah, saya kan cupa icip icip aja. Hehe

      Delete
  3. Assalamu'alaikum..., bunda Nurul, ikut iip juga ya? Salam kenal. Tulisannya kece banget.😉

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikumussalam. Iya mbak ikut IIP, saya matrikulasi batch 4. Sekarang baru masuk level 4 bunda sayang. Mbak winda juga?

      Delete
  4. Wahh maashaAllah penikmat kopi sejati ini kak Nurul Ku....

    Tulisannya keren kak Nurul ku

    ReplyDelete
  5. Saya juga penyuka kopi. Sukak tulisannya.

    ReplyDelete
  6. Saya jatuh hati pada Kopi Mandailing. *Toss* mbak. nemu satu lagi penikmat kopi :).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tambah satu lagi teman penikmat kopi. Suka kopi yang agak asam berarti ya?

      Delete